CHAPTER 10

322 23 0
                                    

Setiap pertemuan yang indah pasti akan berakhir dengan sebuah perpisahan, karena dalam kehidupan ini tiada yang abadi, perpisahan ini akan menyakiti, tapi aku yakin hal
itu akan membuat kita bahagia di kemudian hari.

💮💮💮

Percaya atau tidak, kebahagiaan dan kesedihan dalam kehidupan itu akan silih berganti. Setiap hari kamu bisa bertemu dengan orang-orang baru, berpisah dengan orang lama.

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Sedih memang jika bicara tentang 'perpisahan'. Apalagi jika kita harus terpisah dari orang yang kita sayang.

Entah itu orangtua, saudara, kerabat, sahabat, kekasih, teman sekolah, maupun rekan kerja. Menangislah jika ingin menangis. Tapi jangan sampai terlena dengan yang namanya 'sedih'. Karena hidupmu masih panjang.

Waktu tidak akan mau menunggumu untuk berdiri kembali. Angkat pundak, langkahkan kakimu lagi ke depan. Masa depan masih cerah, kebahagiaan baru ada di depan mata.

Untuk memaknai arti perpisahan, meski sedih dan bikin merana, ungkapkan perasaanmu dengan kata-kata. Bukan sekadar kata-kata menyayat hati, tapi ambil sisi positifnya yaitu untaian kalimat mutiara indah. Jangan lupa kirimkan kepada orang lain yang sekiranya membutuhkan.

💮💮💮

Seorang gadis yang sudah rapi dan anggun sedang mematut dirinya didepan cermin, memutar tubuhnya kekanan lalu kekiri dan menghadap belakang. Entahlah, sepertinya ia kurang percaya diri dengan penampilannya sekarang. Ia seakan merasa berbeda, bukan dirinya yang sedang terpantul dicermin.

Make up tipis yang terpatri diwajah cantiknya, yang memang cantik walaupun tanpa polesan make up sekalipun. 

"Fisa, sudah selesai nak? " teriak Umi dari luar kamar.

"Sebentar, Umi. Fisa, masih siap-siap. " Huh, ia heran dengan dirinya sudah hampir setengah jam ia berdiri didepan cermin. Tapi, masih saja ia tak nyaman dengan penampilannya sekarang.

"Kamu kok lama sekali Fisa? " Umi membuka pintu kamar Nafisa dan melihat anaknya berdiri didepan cermin sambil terus memandangi dirinya.

"Kenapa? Apa ada yang kurang? Atau make up nya kurang bagus?

"Tidak, Umi. Fisa, hanya tidak percaya diri saja dengan dandanan Fisa sekarang. Sudah seperti ondel-ondel saja. " ucap Nafisa sambil memberengutkan bibirnya. Sambil tetap menatap dirinya di cermin.

"Seperti ondel-ondel bagaimana? Orang anak Umi ini cantik pakai banget malah. " puji Umi Anisa sambil memegang pipi Nafisa sambil mengelusnya pelan.

"Sudah, ya. Ayo, kebawah Abi sama Hafidz sudah menunggu. " ajak Umi Anisa sambil memegang pundak anaknya lembut.

"Sebentar, Mi. Beneran kan tapi, Fisa tidak seperti ondel-ondel? "

"Masyaallah, anak Umi ini. Bener sayang. Sudah ya? Nanti kamu telat. Kamu mau melewatkan momen indah ini dengan cara datang awal kan? "

"Iya dong, Mi. Ini momen bersama terkahir kita. Kapan lagi bisa gini kan? "

"Iya, itu tau. Sekarang ayo turun. Kasihan Abi dan Hafidz sudah lama menunggu. " Umi Anisa menggandeng tangan Nafisa untuk turun kebawah menemui Abi dan Hafidz yang sudah menunggu.

BIDADARI BERCADAR KU [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang