CHAPTER 14

250 20 0
                                    

Kamu harus yakin akan datang suatu saat kamu dipertemukan dengan orang yang tepat, yang kedatangannya untuk menetap, bukan karena nafsu sesaat.

-Gus Miftah-

Jangan lupa Vote dan Comment
Hargai karya penulis,
Dengan cara Vote
Jangan jadi silent readers 💮😊

💮💮💮

Pagi ini, Nafisa akan pergi ke pasar untuk belanja bulanan. Ya, Nafisa biasa ke pasar daripada ke supermarket. Lebih murah dan juga masih segar-segar.

Nafisa sudah siap dengan gamis navy dengan Khimar abu dan cadar hitam nya. Ia menunggu angkutan umum di depan komplek untuk pergi ke pasar.

Beberapa menit kemudian setelah mendapat angkutan umum. Nafisa sudah sampai di pasar dan mencari bahan-bahan dapur apa saja yang sudah habis. Setelah dapat semua, ia kembali berjalan untuk menikmati hari liburnya. Hingga...

"Maaf, Bu. Ada yang bisa saya bantu. Sepertinya ibu sedang kebingungan." Nafisa melihat ibu-ibu yang celingak-celinguk.

"Eh oh, tidak perlu Nak. Saya hanya sedang menunggu anak saya saja. Mung--- "

"Sebentar, kamu... Nafisa kan??" Lanjut ibu-ibu tadi saat menyadari ia seperti mengenal gadis di depannya.

"Iy--iyaa. Saya Nafisa. Ibu kok bisa mengenal saya." Pasalnya ibu-ibu ini memakai cadar juga seperti Nafisa.

"Masya Allah, masa lupa sih sama Umi. Saya Umi Fatma, Nduk." Ucap ibu-ibu tersebut mengingatkan Nafisa.

"Astaghfirullah, maaf Umi. Nafisa lupa, iya-iya Umi Fatma yang mengisi pengajian di komplek. Masya Allah. Afwan, Umi."

"Tidak apa, Nak. Kamu habis belanja juga disini??" Tanya Umi Fatma

"Iya, Um. Keperluan bulanan dan beberapa perabot rumah yang belum terbeli."

"Masya Allah. Sepertinya kamu sudah terbiasa pergi ke pasar?? Umi lihat sudah tidak merasa risih." Tebak Umi Fatma

" Umi ini bisa saja. Saya kan dari desa, jadi ya kepasar seperti ini sudah terbiasa dan kebiasaan, Um." Jelas Nafisa

"Oh ya, habis ini mau langsung pulang?? Atau mampir ke suatu tempat dulu??"

"Langsung pulang, Um. Umi sendiri?" Tanya Nafisa

"Umi juga, tapi anak umi tidak jemput-jemput. Mampir kemana dulu dia?"

"Mungkin masih macet, Um. Kan hari ini weekend . " Jelas Nafisa

"Iya ya. Bis---"

"Assalamu'alaykum, Mi. Maaf ya, Abang telat. Tadi harus ke toko buku beli keperluan kampus sebentar. Ternyata, malah macet pas mau ke pasar. Umi gak apa kan?? Gak nunggu lama kan??" Celoteh seorang pria yang baru datang.

"Wa'alaykumussalam. Kamu ini, nyerocos saja seperti perempuan. Umi kan jadi bingung mau jawab yang mana dulu." Jawab Umi Fatma.

"Oh ya, Fisa. Ini anak saya. Namanya, Fadsyah. Dia satu kampus sama kamu, lebih tepatnya mungkin senior ya?" Jelas Umi Fatma

" Iya, Um. Tapi, Fisa tidak tau. " Jawab Nafisa.

Ini?? Bukannya Maba yang tidak sengaja aku tabrak waktu itu? Kok bisa kenal sama Umi ya? Batin laki-laki itu yang melirik gadis bercadar di depan umi nya.

Yaa Allah, nih jantung. Gak bisa apa jangan kayak gini. Udah kek mau lepas aja dari tempatnya. Gerutu Nafisa dalam hati.

"Hey.. kenapa pada diam-diaman?" Umi Fatma membuyarkan lamunan kedua insan yang sibuk berperang batin itu.

BIDADARI BERCADAR KU [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang