#19

21 1 0
                                    

"Kunci dalam menghadapi sebuah cobaan adalah sabar. Karena, dengan kesabaran segala sesuatu yang ingin kita raih namun belum bisa tersentuh saat ini, perlahan akan menjadi milik kita dikemudian hari."

Hari ini semua mahasiswa Universitas Bina Prestasi akan melaksanakan program magang tak terkecuali Alya dan teman-temannya.
Mereka semua sudah bersiap-siap untuk ke tempat mereka magang selama satu semester kedepan.

Alya sudah bersiap untuk berangkat ke sebuah stasiun televisi tempat ia magang. Alya sudah siap dengan setelan baju kemeja putih dan rok bahan hitam panjang dipadukan dengan hijab segitiga berwarna hitam. Ia kini sedang duduk di kursi ruang tamu sembari menunggu ojek online pesanannya sampai. Sebenarnya bisa saja Ilham yang mengantar, namun Alya tak ingin merepotkan sang ayah yang juga punya tanggungjawab pada pekerjaannya.

"Yakin gak mau ayah antar?" tanya Ilham pada Alya lalu duduk di sebelahnya.

"Yakin ayah, ayah kan juga harus kerja," jawab Alya dengan senyuman manis.

"Yaudah kalau begitu."

Bunyi klakson motor yang berasal dari ojek online pesanan Alya pun terdengar. Alya pun beranjak dari duduknya dan berpamitan pada sang ayah.

"Alya berangkat ya yah," ujar Alya.

"Hati-hati ya sayang," pesan Ilham.

"Iya yah, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Alya pun langsung menuju ojek online yang ia pesan lalu meluncur ke tempat magangnya. Ia tidak mau menciptakan image buruk di hari pertama magang karena terlambat.

----

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, Alya pun sampai di kantor Niara TV (nama stasiun tv hanya fiktif belaka) salah satu stasiun tv swasta yang akan menjadi tempat magang Alya selama satu semester kedepan. Alya masuk ke kantor tersebut lalu menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan Pak Dirga, pembimbing Alya selama magang di sini.

"Permisi mbak," ujar Alya pada resepsionis.

"Iya mbak ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau ketemu Pak Dirga, bisa?"

"Anak magang ya?"

"Iya mbak."

"Mari saya antar ke ruangan Pak Dirga."

"Makasih mbak."

Alya pun mengikuti langkah resepsionis tersebut menuju ruangan Pak Dirga. Tak lama, ia pun sampai di depan sebuah ruangan Pak Dirga tersebut.

"Ini ruangan Pak Dirga, beliau ada di dalam."

"Terimakasih ya mbak."

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi."

Resepsionis itu pun meninggalkan Alya untuk kembali pada pekerjaannya. Alya pun mengetuk pintu ruangan tersebut. Setelah ada sahutan dari dalam, ia pun membuka pintu tersebut dan masuk.

"Permisi pak," ujar Alya dari ambang pintu.

"Silahkan duduk," titah Pak Dirga.

Alya pun duduk di kursi yang tersedia di depan Pak Dirga. Alya tersenyum sopan pun juga Pak Dirga.

"Kamu Alya kan? Anak magang dari Bina Prestasi?" tanya Pak Dirga.

"Iya benar pak."

"Saya sudah tahu tentang kondisi kamu dari pihak kampus. Ayah kamu juga sudah memberitahu saya. Jadi, pekerjaan kamu sama seperti anak magang yang lain hanya saja pekerjaan kamu tidak terlalu berat dan kamu bisa kontrol kesehatan sewaktu-waktu jika memang diperlukan," jelas Pak Dirga.

"Alhamdulillah, terimakasih atas pengertiannya pak. Saya berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan saya," ujar Alya.

Pak Dirga mengangguk paham dan ia pun memanggil sekretarisnya untuk mengantar Alya.

"Ini Nina sekretaris saya. Kamu akan diantar oleh dia ke ruangan kamu dan juga karyawan magang yang lain," ujar Pak Dirga.

"Nina, antarkan Alya," lanjut Pak Dirga bertitah.

"Baik pak, mari saya antar," ujar Nina.

"Terimakasih."

Mereka berdua pun menuju ruangan yang memang khusus untuk anak-anak magang di sini.

"Ini meja kerja kamu, semua pekerjaan ada di atas meja sini. Nanti kalau butuh apa-apa bisa minta tolong sama karyawan senior di sini lewat telepon yang sudah disediakan," jelas Nina.

"Baik mbak, saya akan bekerja semaksimal saya," sanggup Alya.

"Kalau begitu saya tinggal ya. Selamat bekerja."

"Iya mbak."

Nina pun meninggalkan ruangan dan Alya duduk di kursi meja kerjanya. Ia mulai mengerjakan tugasnya dengan teliti dan fokus. Sesekali ia mengobrol dengan teman barunya yang sesama karyawan magang. Ia dengan cepat berbaur dengan mereka.

****

Kesibukan magang juga dirasakan oleh Lutfi. Ia magang di salah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta. Ia terpisah tempat magang dengan kedua temannya---Radit dan Kevin sehingga ia hanya sendirian magang di perusahaan ini.

"Huft, capek juga kerja padahal baru magang doang. Gimana rasanya kalau nanti kerja beneran ya? Remuk kali ini badan. Eh tapi gue kan nanti kalau lulus bakal meneruskan perusahaan bokap jadi bisa leha-leha," ujar Lutfi pada dirinya sendiri dengan terkekeh kecil.

Jangan mikir Lutfi gila ya. Dia cuma biar gak stres aja gara-gara banyak kerjaan. Namanya juga human, ada lah sedikit mengeluh lah.

Oke, back to topic.

Angga yang meja kerjanya berada di sebelah Lutfi mendengar ocehan Lutfi sedari tadi. Ia juga ikut terkekeh jadinya. Ia tahu bagaimana rasanya jadi anak magang dulu saat dirinya masih menjadi mahasiswa.

"Emang gitu kok kalo kerja Fi, capek mah pasti," ujar Angga dengan mata yang masih fokus menatap komputer.

Lutfi menoleh, ia kaget mendengar Angga bicara yang nyambung dengan gerutuan dia tadi. Jangan-jangan dia dengar, batin Lutfi.

"Hehehe, sorry bang tadi gue cuma bercanda kok," ujar Lutfi tersenyum kikuk.

Angga menoleh pada Lutfi dengan tersenyum. Ia merasa pasti Lutfi mengira bahwa ia menyindirnya, padahal enggak.

"Gak apa-apa kali. Gue tahu kok rasanya jadi karyawan magang tuh gimana karena dulu waktu gue magang reportnya nauzubillah. Tapi, gue selalu bawa enjoy aja supaya otaknya gak pecah gara-gara kerjaan," ujar Angga.

"Oh, kirain tadi lu nyindir gue bang. Bikin parno aja lu," ujar Lutfi.

"Sorry, oh iya lo cuma sendiri dari kampus lo yang magang di sini?" tanya Angga.

"Iya, dua teman gue magang di perusahaan lain terus gue kepental sendiri ke sini," jawab Lutfi sambil terkekeh.

"Oh gitu, yaudah gue lanjut kerja lagi ya," ujar Angga.

"Gue juga deh bang."

****

Hai hai hai, halo epribadeh...

Setelah sekian purnama akhirnya aku bisa update cerita ini wkwkkwkw...

Hectic banget kemarin sama kompetisi di platform sebelah jadi cerita ini terbengkalai deh...

Ada gak nih yang nungguin cerita ini? Yuk absen yuk...

Kunjungi sosial media author
@rhmaa812 on Instagram

See you next chapter 🔜

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang