Chapter 3

3.6K 265 7
                                    

Suatu ketika, hiduplah seorang gadis cantik bernama Snegurochka. Ia adalah putri Spring dan Frost, makhluk supranatural yang melambang musim semi dan dingin. Gadis itu tidak mencair di musim sepanas dan tak membeku di musim sedingin apapun.

Di suatu malam saat musim dingin, gadis itu mengikuti alunan musik seruling yang mempertemukannya dengan pemuda sebayanya di tepi danau. 'Akan ada bunga cantik yang muncul dari dalam danau ketika fajar,' ujar pemuda itu pada si gadis. Dan benar saja, bunga-bunga muncul ke permukaan danau. Bunga lotus.

Perasaan cinta tumbuh di hati keduanya. Namun seperti halnya salju, gadis itu akan mencair karena merasakan hangatnya cinta. Di pertemuan terakhir mereka, gadis itu mencair dalam pelukan pemuda yang dicintainya, menyatu dengan jernihnya air kolam. Dan saat pemuda itu pergi, sekuntum bunga lotus muncul ke permukaan danau. Ketika kelopaknya mekar, seekor kupu-kupu berwarna biru terbang ke langit.

*_*_*

"Snegurochka..." gumam Seroja mengucapkan judul sekaligus tokoh dongeng itu.

Jemarinya menekan keyboard sesuai kata yang diucapkannya. Setelah menekan tombol enter, Seroja menunggu reaksi dari komputer di depannya. Namun tanpa disangkanya sama sekali, layar komputer itu berubah gelap. Hang!

"Shit!" umpat Seroja seraya menggebrak meja. Di saat yang sama, Selenia yang masuk ke ruangannya terkejut hingga menunduk kepala, merasa bersalah dan takut.

"Maaf. A-aku lupa mengetuk pintu."

"Ah." Seroja mengalihkan pandangannya, baru sadar Selenia memasuki ruangannya. "Tidak apa. Aku bukan marah padamu. By the way, ada apa?"

"Mm... Albert memintaku untuk menanyakan apa kak Eros, eh, ma-maksudku... kak Seroja mau makan siang di sini?"

"Tentu. Tolong bawakan éclair dan jus buah. Apa saja."

"Tapi tadi pak Desna telepon kalau kakak harus makan nasi. Kalau tidak, kakak dilarang keras makan kue dan es krim."

Ya ampun! "Baiklah. Bawakan apapun untuk kumakan, sekalian pesananku yang tadi. Dan Selenia... bersikap biasalah. Meski aku menyembunyikan nama dan gender asliku selama ini, aku tetap aku. Oke?"

Selenia tertegun menatap senyum Seroja, perlahan gadis itu pun tersenyum dan meninggalkan ruangan. Sepeninggalan Selenia, Seroja menatap lesu card reader yang masih menancap di CPU, tepat di memory cardnya. Apa jawaban itu salah? Kepala Seroja menggeleng. Ia merasa itu password yang tepat. Masih ingat betul Seroja dengan sampul buku dongeng itu. Ada salju, kupu-kupu dan bunga seroja.

Seroja memutar kursinya menghadap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan café di bawah sana. Banyak pengunjung menikmati makan siang, ada yang bersenda gurau setelah menandaskan piring mereka, dan seseorang yang duduk sendirian di kursi pojok. Mata Seroja menyipit, mengamati baik-baik pemuda yang menyendiri di sana.

Arka, asisten lapangan Hawa si inspektur. Pemuda itu terlihat... apa, ya, bahasa gaulnya? Oh, ya. Galau bingits. Terlihat jelas dari gerak tubuh dan sinar mata khas polisi yang dimilikinya. Tanpa pikir panjang, Seroja segera keluar ruangan.

Setelah meminta Albert untuk membawa pesanannya ke meja Arka, Seroja menghampiri Arka yang sedang memandang keluar jendela sambil melamun.

"Well... Well..." Suara Seroja terdengar seperti Angelina Jolie yang memerankan Maleficent. "Masalah apa yang dipikirkan polisi yang ingin mendapatkan lencana ini?"

Arka terkejut dan menoleh cepat ke asal suara. Ia makin terkejut saat mendapati Seroja yang tersenyum padanya. Pemuda itu yakin sekali tadi mendengar suara lelaki, tapi kenapa...

When The Darkness Calling BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang