Chapter 29

2.8K 230 38
                                    


Hujan sudah berhenti saat Vanessa dan Seroja sudah berhadapan di atap gedung. Vanessa tak berkata apapun saat mendapati sang kakak hanya datang seorang diri dan kondisi badannya terlihat sangat bugar meski wajahnya terlihat pucat. Lengan kanan yang seharusnya tak berkulit kini kembali seperti semua tanpa bekas. Pun dengan kedua betisnya.

"Kau benar-benar datang sendiri, ya?"

"Aku tidak pernah menarik kata-kataku. Jika kukatakan aku akan membereskanmu sendirian, maka itulah yang akan kulakukan."

"Heh! Jangan bicara enteng seolah kau mampu mengalahkanku!" seru Vanessa seraya melesat maju.

Seroja mengelak dengan cepat, beberapa kali menangkis pukulan Vanessa. Kiri, kanan... semua terjadi dalam waktu tak lebih dari lima detik. Pukulan terakhir Vanessa berhasil ditangkap Seroja. Vanessa tertegun merasakan betapa kuatnya genggaman tangan wanita itu. Seakan siksaan yang dia berikan tadi tidaklah berarti.

Sekuat itukah kemampuan regenerasinya? batin Vanessa yang berusaha menarik tangannya.

Seroja yang menahan hantaman tinju Vanessa tersenyum penuh kekaguman. Adiknya sangat kuat. Tak menyangka sama sekali Vanessa yang dikenalnya sebagai sosok adik manis yang manja ternyata menyembunyikan sosok mengerikan yang siap membunuhnya.

Dengan tangan kiri yang masih menahan tinju Vanessa, tangan kanan Seroja merenggut kerah baju Vanessa, mengangkatnya seolah tubuh wanita itu seringan boneka lalu membantingnya ke lantai. Seroja melompat tinggi, menerjang dengan gravitasi sebagai pendukung serangan berikutnya. Vanessa yang berjuang menolak rasa sakit yang memeluk tubuhnya segera berguling cepat sebelum kaki Seroja menghantam kepalanya.

Suara retakan membuat Vanessa terperangah menatap ceruk yang tercipta oleh hentakan kaki Seroja. Tapi seulas senyuman menghiasi bibirnya, ini adalah tanda bahwa Seroja sudah serius. Vanessa membalas serangan itu dengan mengarahkan hak runcingnya ke wajah Seroja. Wanita itu berhasil menghindarinya, dan saat Seroja kembali menyerang dengan pukulan, Vanessa juga berhasil menghindar.

Pertarungan berlanjut dengan desau angin dan cipratan dari genangan air meramaikan suasana. Pukulan dan tendangan bersahutan, saling menjatuhkan. Dan dalam detik yang berharga, Vanessa berhasil menghindari tinju kiri Seroja dan menotok tangannya yang terentang. Seroja merasakan tangannya kehilangan tenaga, membuatnya mengambil langkah mundur. Kemampuan Vanessa dalam bela diri mungkin sudah hebat, tapi Seroja tetap lebih unggul. Ia memiliki pengalaman lebih banyak.

Seroja hendak melangkah maju, namun jantungnya terasa sakit seolah ada yang meremasnya dengan kuat. Tiba-tiba saja suara wanita anggota Death Shadow yang memberikan serum Punarbhava terngiang di telinganya.

Serum ini hanya bekerja selama lima menit. Tapi mengingat darahmu sering sekali menetralisir zat kimia yang masuk ke dalam tubuhmu, kurasa waktunya akan lebih singkat. Setelahnya... efek samping akan mulai terasa.

Getaran gedung menyadarkan kembali kesadaran Seroja. Retakan yang dibuat Seroja di lantai makin merekah, membuat gedung itu terbelah dua. Seroja tak menyadari sama sekali bahwa Vanessa berhasil menangkap ekspresi menahan sakit di wajahnya yang semula tertutup tirai rambut. Vanessa pun segera melompat jauh sebelum pijakannya hancur. Melihat retakan lantai itu makin lebar dan Vanessa yang sudah siap menyerang, Seroja segera menyelamatkan diri dengan melompat mundur menuju pijakan aman.

Sayangnya, satu-satunya pijakan yang aman itu berada di tepi gedung. Jurang sedalam ratusan meter menganga angkuh, menyambut mereka dengan gembira seakan siap menerima tubuh siapapun yang jatuh ke dalamnya. Suara bising yang tak berasal dari gedung membuat wajah Seroja menengadah menatap langit. Sebuah helikopter terbang di atas sana, ia melihat Desna duduk di kursi co-pilot.

When The Darkness Calling BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang