"Rachel, bisa tolong bantu saya bawa ini ke luar?"
Mendengar suara Kak Seonghwa, aku segera melempar ponselku begitu saja dan menyahut, "IYAA KAK??"
Pemandangan pertama yang kutangkap adalah Kak Seonghwa yang sibuk dengan bertumpuk-tumpuk buku di tangannya. Di sekitar kakinya, ada beberapa kardus besar yang juga berisi buku-buku usang.
"Mana yang mau dipindah, Kak?" tanyaku.
"Itu," telunjuk Kak Seonghwa mengarah pada kardus besar yang letaknya paling dekat dengan pintu, "tolong dorong ke luar, tinggal aja di depan pintu. Oh ya, pintunya jangan ditutup dulu."
Kepalaku mengangguk-angguk mendengar perintah Kak Seonghwa. Sambil mendorong-dorong kardus besar tersebut, mataku mencuri-curi lihat pada tumpukan buku yang ada di dalamnya. Tentu saja, sebagian besar dari buku-buku ini adalah tentang kedokteran, sains, dan kawan-kawannya, mengingat profesi pria itu adalah dokter spesialis di salah satu rumah sakit swasta di kota ini.
Ya, Kak Seonghwa adalah seorang dokter. Hanya karena aku memanggil pria itu dengan sebutan "kak", bukan berarti pria itu adalah kakakku. Pria itu "mengadopsiku" dari panti asuhan tempat aku dibesarkan, Earl Coast namanya. Kak Seonghwa tanpa sengaja menangkap pembicaraan antara diriku dan teman satu panti tentang kuliah kedokteran, kemudian menarikku begitu saja dari panti dan menyekolahkanku. Earl Coast tidak punya dana sebanyak itu untuk membiayaiku sekolah kedokteran, itu alasannya Kak Seonghwa datang dan memberiku beasiswa, sekaligus tempat tinggal.
Tunggu, kau tidak salah baca. Benar, Kak Seonghwa memberiku tempat tinggal. Di apartemen mewah yang terletak di jantung kota ini, Kak Seonghwa tinggal sekaligus membesarkanku. Tidak perlu khawatir, Kak Seonghwa bukanlah seorang pria bermata keranjang. Ia bahkan terlalu banyak menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit alih-alih di apartemen, membuatku merasa seolah-olah apartemen ini adalah milikku saking jarangnya batang hidung pria itu tampak.
"Kak, buku-bukunya mau dibuang?" tanyaku.
Kak Seonghwa menghentikan aktivitas beberesnya dan menatapku. "Tadinya mau saya bawa ke Earl Coast, tapi sepertinya buku-buku itu terlalu berat buat jadi bahan bacaan anak-anak, jadi yah, paling saya sumbangkan ke perpustakaan," jelas Kak Seonghwa.
Kak Seonghwa, pria itu tetap saja berbicara dengan kaku, meskipun sudah sekitar empat bulan aku resmi menginjakkan kakiku ke dalam apartemen. Usia kami tidak terpaut jauh, hanya sekitar tujuh atau delapan tahun, kurasa?
"Aku boleh minta bukunya gak, Kak? Ada beberapa yang kayaknya masih aku pakai," ucapku sambil terus mendorong kardus tersebut. Huft, kardus itu benar-benar berat, seberat beban hidup.
"Oh? Ya udah, pilih mana yang masih kamu butuhkan," balas Kak Seonghwa. "Bongkar lagi kardusnya, cari buku-buku yang masih kamu pakai."
Aku memelototkan mataku. Hanya satu langkah lagi sebelum aku mencapai pintu keluar, mengapa tidak dari awal saja ia menyortir ulang buku-buku yang masih terpakai???
"Cepat, saya sudah janji ke pegawai perpustakaan jam tiga sore!" seru Kak Seonghwa.
Huft, dasar Kak Seonghwa!
note.
yeehaw, lost stars alias dokter seonghwa reborn. biar ceritanya gak terlalu bertele-tele, jadi aku putuskan buat cut off banyak bagian di awal cerita.fyi, empty space ini adalah spin off dari rewrite the stars. buat yang belom baca atau udah lupa sama rts, seonghwa adalah dokter dari rs swasta yang setiap beberapa minggu sekali berkunjung ke panti asuhan, Earl Coast namanya. Di Earl Coast, Rachel ketemu Dokter Seonghwa which soon dipanggil "Kak Seonghwa".
baik Rachel maupun Seonghwa udah kenal baik sejak di Earl Coast, dan karena empty space dan rewrite the stars masih bersinggungan, nanti ada chapter yang "nyenggol" rts. gatau kapan pokoknya ada aja lah T^T
salam sayang dari pak dokter!
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY SPACE ─ Seonghwa ATEEZ
Fanfiction[ ON HOLD ] Dokter Seonghwa itu terlalu kaku, aku tidak akan heran jika ia akan "sendirian" sepanjang hidupnya. - side story 'Rewrite the Stars'. Originally written by Penguanlin, 2020.