15

745 135 4
                                    

“Maka dari itu, kita dengarkan pidato dari salah satu senior yang sangat kita sayangi, Kak Sangyeon!”

Tepuk tangan yang meriah menghiasi gedung itu. Terlihat Sangyeon menaiki podium untuk memulai pidatonya. Seluruh murid tanpa serius mendengarkan pidato dari mantan ketua osis itu, begitu pula dengan Chanhee. Ia sangat menantikan ini, sudah lama ia tak melihat seniornya itu.

Pidato Sangyeon cukup panjang dan memberi kesan. Pidatonya pun, menjadi penutup untuk acara perpisahan itu.

◎◎◎

“Kak! Kak Sangyeon!! T-tunggu!” Chanhee tampak terengah-engah, ia sedikit berlari sebelum Sangyeon pulang. Yang dipanggil hanya menatap Chanhee kebingungan. “Ada apa, Chani?”

Chanhee menatap Sangyeon, dan Sangyeon hanya membalas dengan senyuman pelan. Siapapun yang melihatnya, pasti akan berdebar. Chanhee segera menyadarkan dirinya dari lamunan, kemudian mengambil sebuah bungkusan, terlihat kotak kecil yang dibungkus dengan pita yang lucu. “U-untuk Kakak. Terimakasih ya selama ini menemani aku...”

Sangyeon menerima hadiah Chanhee, kemudian terkekeh pelan. Ia pun mengelus rambut si manis. “Iya, terimakasih ya. Semangat kamu belajarnya, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi Kakak ya?”

Chanhee hanya menunduk malu, dan mengangguk pelan. Hatinya berdebar, namun tidak berdebar seperti dulu, di saat ia masih menyukai Sangyeon. Apa mungkin karena ada orang lain yang menempati hatinya?

◎◎◎

Juyeon tampak membereskan seluruh barang bersama anggota OSIS lainnya. Hari ini cukup melelahkan untuk Juyeon bersama teman-temannya. Di saat ia tengah sibuk, tiba-tiba Kevin membuka pembicaraan.

“Eh eh cuy, Yujin tuh. Gile udah bareng cowo baru aja” Sebuah tepukan berhasil mengenai punggung Kevin, pelakunya ialah Moonbin. “Liat kondisi, bodoh!” Omel Moonbin, sedangkan Kevin hanya mengelus punggungnya yang kesakitan. Juyeon hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Jangan bahas lagi lah, biarin aja dia. Gua ga ngurus lagi” Keadaan kembali sunyi lagi setelah Juyeon membalas Kevin.

“Kak!” Juyeon langsung menoleh ke sumber suara yang memanggilnya, kemudian kembali tersenyum. “Kenapa kesini ey? Kok ga pulang duluan? Nungguin gua ya?”

“A-apaan sih Kak!” Chanhee menepuk lengan besar milik seniornya itu, yang ditepuk pura-pura kesakitan. Sedangkan anggota OSIS lain hanya kebingungan. Sejak kapan mereka berdua terlihat sangat dekat.

Chanhee memberikan Juyeon sebuah botol minuman, dan sebuah bingkisan kecil. “Diminum ya Kak, lalu yang itu, buka di rumah. Yaudah aku duluan deh, dadah Kakak galak!"”

Chanhee kembali berlari keluar dari aula sekolah. Setelah si manis benar-benar pergi, seluruh anggota OSIS kembali menggoda Juyeon.

“Cieee Juyeonnn. Udah dapet yang baru juga ternyata”

“Be-berisik anjir! Udah sini selesain ini, ntar sampe malem lagi”

◎◎◎

Liburan panjang telah tiba. Dan Juyeon tengah berdiam diri di kamarnya. Ia tengah memikirkan bagaimana caranya ia akan mengungkapkan perasaan yang sudah ia simpan kepada si manis. Apa ia harus membuat alasan baru untuk jalan berdua dengannya? Atau ia harus terang-terangan?

Juyeon mengacak rambutnya. Padahal dulu dengan Yujin ia tidak terlalu berpikir keras seperti ini. Juyeon seperti ingin, membuat ini sangat berharga dan tak akan dilupakan walau sudah berpisah atau entah lah. Belum mulai, Juyeon malah sudah berpikir negatif.

“Anjir anjir... Mana hadiah Chanhee waktu itu gemes banget. Kan gua jadi pengen ngasih lebih...” Juyeon bangkit dari kasurnya. Ia mengambil kembali kotak pemberian dari Chanhee. Chanhee memberikan Juyeon sebuah kotak musik, dan buku catatan yang berisi kegiatan mereka bersama. Dari Chanhee yang dimarahi Juyeon untuk pertama kali, hingga bagian dimana akhirnya mereka bisa sangat dekat seperti sekarang.

Chanhee benar-benar berusaha keras membuat hadiah ini. Jadi Juyeon tidak boleh kalah.

“Hmm, apa mungkin gue contek dari drama aja kali ya. Eh ga deh, gua harus kreatif”

Juyeon pun segera mengambil hp nya, ia searching bagaimana cara agar dapat membuat rencananya untuk menembak Chanhee lebih spesial.

◎◎◎

Nametag [ JuNew ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang