Lima

2.8K 204 3
                                    

" Dia ingin merebut mu dari ku. "

Aku menatap wajah Sasori yang tampak serius. Belum pernah ku lihat dirinya se khawatir ini tentang hubungan kami. Dia selalu percaya padaku, tak sekali pun meragukan perasaanku padanya.

" Apa kau mulai meragukan ku? "

" Tidak, Sakura. Bukan seperti itu. Aku hanya merasa.. kau.. begitu jauh. Kau tahu kita tidak pernah berpisah, kita selalu bersama sejak dulu. Dan hubungan jarak jauh itu tidak baik.. "

" Katakan bahwa kau tidak percaya padaku, " sentak ku. Sungguh, aku merasa kecewa padanya. Bagaimana bisa dia meragukan perasaanku kepadanya. Walau pun Sasuke mengejar dan menggoda ku, aku sama sekali tidak tertarik padanya. Bahkan aku masih menjaga hati ku untuk Sasori dan selama aku di sini, aku selalu memikirkannya, hanya memikirkan Sasori.

" Entahlah, Sakura.. " suara Sasori tampak begitu pasrah dan putus asa. Apa yang terjadi padanya?

" Kita tidak benar-benar jauh, Sasori. Bahkan untuk datang ke sini kau hanya perlu waktu dua jam, dan kau sudah merasa aku begitu jauh. Bagaimana jika aku menuruti ibu ku yang memintaku kuliah di Los Angeles? "

Sasori menarik tubuhku, memelukku begitu erat seolah jika dia meregangkan pelukannya aku melesat pergi meninggalkannya. Aku membalas pelukannya dan mengusap pelan punggungnya. Aku tahu apa yang sedang di rasakan olehnya saat ini. Aku memang benci saat dia mulai meragukan perasaanku, namun aku pun menyadari bagaimana perasaannya saat jauh dariku.

" Kau hanya merindukanku, " bisik ku di balik punggung Sasori. " Aku mencintaimu Sasori, selalu. "

☘️☘️☘️

Aku tak bisa menyalahkan Sasori atas kecemburuannya. Wajar saja jika dia cemburu, karena Sasuke secara terang-terangan menantang Sasori hanya dengan tatapan tajamnya. Meski begitu aku tahu, Sasuke tidak memiliki rasa cinta sedikit pun kepadaku. Dia hanya terobsesi untuk menaklukkan ku.

"Bagaimana kencan mu? Menyenangkan? " Sasuke berbisik di balik punggung ku.

Aku terkesiap ketika wajah Sasuke berada satu inci di samping wajahku. Aku menarik wajahku menjauh darinya, lalu ku sodok perutnya dengan siku ku hingga membuatnya meraung kesakitan. Jantungku tiba-tiba berdebar cepat dan wajahku memanas.

Sasuke terkekeh melihat ekspresi terkejut ku. Telunjuknya menyentuh ujung hidungku dan bodohnya tubuhku terkunci oleh pesonanya. Sial!

" Kenapa wajahmu merona, kau mulai suka denganku ya? " Godanya di ikuti oleh tawanya yang.. cool.

Aku mencebik meski hati ku berkata dia memang keren. " Jangan bermimpi. "

" Mulut mu bisa berbohong tapi tidak dengan wajahmu, " kata Sasuke dengan tawa penuh kemenangan. Aku menggeleng pelan tak sanggup lagi menanggapi tingkah Sasuke yang cukup bisa membuatku salah tingkah jika ku lanjutkan mendebatnya.

" Bisakah sekali saja kita berdamai? Berhenti menggodaku, " kata ku putus asa, bagaimana aku harus menyikapi pria penggoda ini? Dia selalu bisa membuatku berdebar dan marah secara bersamaan.

" Jadikan aku kekasihmu, maka aku akan berhenti menggoda mu. "

Mataku mendelik padanya. " Lupakan! " Sungut ku. " Aku tipe perempuan setia. Setampan apa pun dirimu, semanis apa pun kau menggodaku, aku tidak akan terpikat denganmu selama masih ada kekasihku yang ku cintai, " aku memukul bahunya pelan dengan kemoceng yang ku gunakan untuk membersihkan mesin kasir ku. Sasuke mengusap kasar bekas pukulan ku lalu menyeringai padaku.

" Oke baiklah, aku menyerah jika kau membawa-bawa kekasihmu. Tapi ingat, Sakura jika kau putus dengan kekasihmu, segera cari aku. Aku siap menjadi pelampiasan mu, hahahaha. "

Aku nyaris memukul kepala Sasuke dengan tinjuku jika dia tidak segera kabur menjauh dari jangkauan ku. Sungguh dia adalah pria menyebalkan yang pernah ku temui.

Ino terkikik melihat perdebatan ku dengan Sasuke. " Sudah lewat seminggu, " kata Ino sembari duduk di kursi mini bar dekat meja kasir ku. " Nampaknya targetnya meleset, " lanjut Ino. Matanya mengarah pada Sasuke yang sudah asik ngobrol dengan Shino.

" Hn, " gumam ku.

" Sejauh ini, hanya kau yang menolak Sasuke mentah-mentah. Dia di sini sibuk menggoda mu, padahal kekasihnya bekerja di seberang sana, " Ino menengadahkan dagunya, menunjuk pada restoran cepat saji tepat di seberang jalan.

" Benarkah? " Tanyaku.

" Hn, " Ino mengangguk. " Namanya Shion. Dia cantik sekali, agak pendiam. Dan dengan mudah Sasuke mendapatkannya. Mereka bertemu dan ngobrol beberapa jam, malamnya mereka pacaran. Aku berani bertaruh, hubungan mereka akan bertahan tidak lebih dari sepuluh hari, " Ino mengangkat bahunya dan berdecak kagum dengan kehebatan Sasuke menaklukkan hati perempuan.

" Sulit menolak pria setampan Sasuke, Ino. " Kata ku dengan tawa lirih.

" Kau menolaknya. "

Ya benar, aku menolaknya. Menolak pesona Sasuke. Aku membatasi hati karena ada Sasori. Tapi tidak tahu jika aku adalah gadis jomblo yang tidak memiliki ikatan dengan oria mana pun, mungkin aku juga akan tertarik dengannya. Sasuke pria yang memiliki kharisma yang kuat. Pesona wajahnya benar-benar tak bisa di abaikan.

☘️☘️☘️


Aku melangkahkan kaki ku menuju pintu apartemenku ketika suara bel berbunyi tiada henti. Aku mengutuk tamu yang dengan tidak sopan menekan tombol bel berulang-ulang seolah si tamu sudah menunggu pemilik tempat begitu lama untuk membuka kan pintu. Ketika pintu berhasil ku buka, sosok Sasuke melesat masuk begitu saja tanpa permisi. Aku menoleh pelan memandang malas pada pria yang sedang nyengir di hadapanku, menunjukkan kantong plastik di kedua tangannya.

" Sekarang apa lagi? " Tanyaku malas.

" Aku ingin makan malam bersama mu. Aku yang akan memasak, " kata Sasuke girang. Aku hanya mengangkat sebelah alisku dan mengedikan bahuku. Terserah apa pun yang Sasuke lakukan. Menolaknya pun hanya akan membuang energi dan tenaga ku, bahkan akan memancing darah tinggi ku.

Sasuke langsung melangkah menuju dapur. Mengeluarkan semua isi kantong plastiknya, menatanya dengan rapi lalu mulai berkutat dengan perlengkapan dapur untuk menyiapkan makan malam.

Aku duduk di sofa sambil membaca tabloid kecantikan dan mengabaikan Sasuke seolah dia sedang tidak di sana. Tak ada niat untuk membantunya sama sekali. Tapi aroma masakan Sasuke menguar di seluruh ruangan dan menggoda penciumanku. Dan karena aku tak bisa menahan godaan aroma masakan Sasuke yang nikmat, akhirnya aku datang mendekat dan melihat apa yang tengah di masak oleh pria itu.

" Sup tomat? " Tanyaku. Hanya membuat sup tomat tapi mengapa baunya seenak ini?

Sasuke sedang mengaduk tumis daging dengan saus barbeque yang terlihat sangat enak.

" Kau suka? " Tanya Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya.

" Dari baunya sepertinya enak. Wah, kau jago sekali, " puji ku pada Sasuke.

" Jika kau mau, aku siap memasak setiap hari untuk mu, " Sasuke mengerling nakal padaku.

Dasar, dia sudah memulai aksi mengajak ribut denganku. Aku mendengus, menyesal telah memujinya.

" Bisa kau rapikan meja makan, aku sudah selesai, " perintah Sasuke.

Aku segera merapikan meja makan ku dan menata piring juga sendok serta serbet untuk berdua. Tak lupa aku menuang dua gelas jus orange yang segar.

" Seperti dinner romantis, " bisik Sasuke di balik telingaku sambil meletakkan tumis daging dan juga sup tomat buatannya di tengah-tengah meja. " Akan lebih sempurna jika di terangi cahaya lilin. "

Aku menghela napas panjang lalu menarik kursi dan duduk. " Terserah, " gumam ku yang mengundang tawa Sasuke.

To Be Continue...

Pain [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang