Sebelas

2.3K 208 22
                                    

" Kekasih mu datang kesini. Dia tidak mencari mu. Tapi mencari Sasuke.Kekasihmu membawa banyak teman, dan ku rasa mereka tidak datang dengan niat yang baik. "

Aku bergegas meninggalkan apartemen ku dan berlari menuju kafe secepat mungkin. Aku menembus jalanan Tokyo yang mulai sepi. Tak ku hiraukan kaki ku yang mulai lelah karena terus berlari. Napas Ku tersengal-sengal. Terserah saja asal aku segera sampai di kafe Akatsuki. Pikiranku berdengung, bertanya-tanya. Apa yang membuat Sasori datang menemui Sasuke? Apa yang dia inginkan dengan menemui Sasuke? Aku menggeleng keras membuang pikiran yang tidak-tidak dari otak ku. Pokoknya aku harus segera sampai di sana untuk memastikan bahwa tak akan terjadi apa-apa di antara mereka.

Kira-kira dua puluh menit aku sampai di depan Kafe yang sudah tutup. Tapi aku bisa melihat mobil Sasori terparkir di depan kafe.

" Oi, Sakura! "

Kisame berada di kursi kemudi mobil milik Sasori. Kepalanya terjulur di jendela dan tangannya melambai padaku. Di susul dengan kepala-kepala lain yang terjulur di jendela mobil. Mereka semua adalah teman-teman Sasori. Nagato, Yahiko, dan tobi.

Aku menelan saliva ku kasar karena tenggorokan ku mengering. Napas ku masih ngos-ngosan dan keringat membasahi seluruh tubuh ku. Rambut ku terasa lepek dan basah oleh keringat. Aku melambaikan tanganku dan mengabaikan Kisame lalu masuk ke dalam kafe. Aku melihat Ino dan Temari sedang berdiri di depan pintu ruang locker dengan wajah gelisah. Kiba duduk di kursi bar dengan wajah yang mengeras.

" Dimana mereka? " Tanyaku di sela napas ku yang tak beraturan.

Temari menunjuk pintu ruang locker dengan gemetar. Ino meraih lenganku untuk menghentikan ku agar tidak masuk ke dalam.

" Sasuke bilang, tak boleh ada yang masuk ke dalam, " kata Ino. Telapak tangan Ino basah. Tampaknya Ino sangat khawatir.

Aku melepaskan cengkeraman Ino secara perlahan. Aku ingin tersenyum agar Ino dan Temari sedikit tenang, tapi aku sendiri bahkan sangat khawatir. Tak bisa aku menggerakkan bibirku sedikit saja. Aku membuka pintu dengan kasar. Aku memekik dan menutup mulutku saat ku lihat Sasori sudah berada di atas Sasuke dan menghajar Sasuke secara membabi buta. Aku berlari dan menarik Sasori agar melepas Sasuke. Entah dari mana aku mendapatkan kekuatan untuk menarik tubuh Sasori dan mendorongnya menjauh.

Aku berlutut di samping Sasuke yang sudah babak belur. Bibirnya berdarah dan wajahnya sudah tampak memar karena pukulan dan hantaman tinju Sasori.

Mataku memanas dan air mata sudah memenuhi permukaan mataku siap untuk terjatuh. Sasuke mengangkat tubuh nya dan menumpukan kedua sikunya untuk menyangga tubuh nya. Aku langsung menoleh pada Sasori dan menatapnya dengan tajam dan penuh rasa kecewa juga amarah yang luar biasa. Aku ingin memaki dan mengeluarkan umpatan-umpatan yang sudah mengumpul di rongga dadaku, namun suaraku tertahan di tenggorokan dan yang keluar hanya air mata yang terus menetes di pipi ku.

Sasori menatap Sasuke dengan penuh kebencian seolah dia belum puas menghajarnya dan ingin menghabisi Sasuke saat itu juga. Napas nya memburu di penuhi oleh gejolak emosi yang membakarnya. Aku tak mengerti, apa yang membuat Sasori menghajar Sasuke? Apa yang sedang terjadi, dan apa yang mereka bicarakan hingga berujung dengan perkelahian? Dan mengapa Sasuke tidak membalas?

Sasori menyipitkan matanya padaku. Tubuhnya mendekat dan berjongkok menyeimbangkan tingginya dengan ku yang berlutut di sana. Sasori menyibakkan rambutku yang basah oleh keringat ke belakang bahu ku dan aku terkesiap saat tahu apa yang sedang di pastikan olehnya. Hatiku mencelos saat dengan tiba-tiba teringat ada bekas kiss mark di leher ku.

Sasori mendengus remeh dan tersenyum miring seolah tak percaya dengan apa yang dia temukan. Dengan cepat tangannya mencengkeram lenganku dengan kuat hingga kuku-kuku nya menancap di permukaan kulit lengan ku. Aku merintih kesakitan.

" Siapa yang melakukannya? " Geramnya.

Secara refleks mataku bergulir ke arah Sasuke dan Sasori dengan cepat mengikuti arah pandanganku.

Plaaak!!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan ku. Sekali lagi, Sasori menamparku. Belum sempat aku mengangkat wajahku, Sasuke sudah mendorong tubuh Sasori dan menghajarnya. Memukul wajah Sasori seperti yang Sasori lakukan terhadapnya.

Ino, Temari, dan Kiba sudah berdiri di ruangan menonton aksi Sasuke yang menjadi brutal karena Sasori menampar ku.

" Sasuke, hentikan! " Aku menarik lengan Sasuke dan membawanya menjauh dari Sasori yang terkapar di lantai.

" Kau laki-laki brengsek! " Umpat Sasuke.

" Kau yang lebih brengsek karena bermain dengan perempuan yang jelas kau tahu dia memiliki kekasih, " sembur Sasori. " Dan kau, " Sasori mengangkat telunjuknya tepat pada wajahku. " BERHENTI MENJADI JALANG, SIALAN! "

Dada ku berdenyut lagi. Nyeri saat kata 'jalang' keluar lagi dari mulut Sasori dan di tujukan padaku.

Sasuke melepas cengkeraman ku dengan kasar dan kembali menghajar Sasori. Memukul wajahnya, dan menendang perut Sasori dengan lututnya berkali-kali. Setiap pukulan Sasuke pada Sasori membuat Ino dan Temari memekik ngeri. Dan ku lihat Kiba tak memiliki keinginan untuk melerai Sasuke dan Sasori seolah dia menikmati aksi Sasuke.

Aku berlari ke arah Sasuke dan Sasori, menarik Sasuke dengan sekuat tenaga agar melepaskan Sasori dari hajaran nya. Sasuke terus memberontak dan ingin terus memukul Sasori dengan tinjunya, hingga akhirnya aku berhasil menjauhkannya dan memeluk tubuhnya dengan kencang. Aku merasakan detakan jantung Sasuke yang memburu karena emosi. Napasnya tak beraturan.

" Kumohon hentikan, " kataku setengah berbisik di sela-sela isak tangis ku.

Ku benamkan wajahku di dada Sasuke dan menangis di sana.

" Sakura, " panggil Sasori. " Kau harus pulang bersamaku malam ini juga, " lanjutnya dengan penekanan yang sangat jelas.

Aku mempererat pelukanku pada Sasuke, mengabaikan Sasori yang memaksaku untuk ikut pulang bersamanya.

" Sakura, " sekali lagi Sasori memanggilku dengan nada yang jelas sekali di paksakan agar terdengar sehalus mungkin.

Sasuke masih terdiam di tempat. Aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Hanya saja, detakan jantung nya semakin kuat.

Setelah lima menit berlalu tanpa sedikit pun aku berniat melepaskan pelukan ku pada Sasuke, akhirnya Sasori menghela napas panjang.

" Baiklah Sakura. Sekarang aku tahu, kau lebih memilih pria ini di bandingkan aku. Mulai sekarang, aku tak akan pernah lagi mengganggu hidupmu. Jika suatu saat nanti kau merasakan apa yang kurasakan sekarang, kau akan mengingat betapa kau telah menghancurkan ku. "

Tak sedikit pun ada keinginan yang muncul di benak ku untuk memandang Sasori. Aku membiarkannya pergi begitu saja. Apa yang membuat hati dan kaki ku tertahan di sini? Aku tak tahu.

" Kalian pulang lah. Sudah malam, " kata Sasuke pada Temari, Ino dan Kiba.

Sasuke melepaskan pelukan ku setelah memastikan Ino, Temari dan Kiba pergi dari ruangan. Kedua tangannya mencengkeram lembut pundak ku. Sasuke sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajah kami. Aku melihat wajahnya yang tampan kini penuh luka lebam. Setitik darah mengotori bibirnya yang sedikit robek. Mataku kembali berair dan aku meraung sejadinya.

" Maafkan aku, " kata ku.

" Bukan salahmu. " Sahut Sasuke. " Mengapa kau memilih ku? "

Seketika tangis ku terhenti. Aku terkesiap mendengar pertanyaan Sasuke. Aku malah bertanya pada diriku sendiri. Mengapa ku memilih Sasuke? Apa yang membuat ku memilih Sasuke. Padahal pria yang sangat ku cintai setengah mati adalah Sasori.

" Aku tidak tahu. "

To be continue.

Pain [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang