Aku memegang pipi ku yang terasa panas. Kepala ku pening dan mata ku sedikit mengabur. Tamparan itu benar-benar menyakitkan. Aku mecari tahu siapakah seseorang yang menampar ku dengan kasar secara tiba-tiba. Dan betapa terkejutnya aku, tenyata seseorang itu adalah Sasori. Kekasihku yang tengah ku rindukan.
Naruto nyaris menubruk Sasori dan ingin menghajarnya, tapi Gaara mencegahnya. Entah umpatan apa yang Naruto ucapkan pada Sasori, aku sama sekali tidak mendengarnya. Telinga ku berdengung.
" Kau... " Mata Sasori berkilat penuh amarah. Emosinya menggebu dan ingin meledak seketika itu juga. Aku tak mengerti mengapa Sasori menampar ku. Apa yang kulakukan hingga dia semurka itu?
" Berhentilah bersikap seperti perempuan jalang! " Sembur Sasori tepat di wajahku.
Hatiku berdenyut mendengarnya. Jalang? Dia bilang aku bersikap seperti jalang? Tetesan air mata lolos jatuh ke pipi ku bersama aliran rasa sakit yang mencengkeram kuat di hati ku.
" Kau pria brengsek, " Naruto meninju wajah Sasori dengan keras, membuat Sasori menabrak meja makan di sebelahnya. Sai dan Gaara segera menarik Naruto yang bersiap ingin menghajar wajah Sasori lagi.
" Hentikan Naruto, " kata Gaara. Gaara melangkah mendekati Sasori. Mencengkeram kerah jaket Sasori dengan kuat. " Pergi kau dari sini atau aku akan menghabisi mu di tempat ini! " Gertak Gaara dengan emosi yang dia tahan sekuat mungkin.
Sasori menghempaskan tangan Gaara dari jaketnya dan berdiri. Matanya menatap tajam padaku. " Kau menghilang, dan saat aku datang untuk menemui mu, kau bermain dengan pria-pria bajingan seperti mereka. Apa yang ada di otak mu, hah? Kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku saat melihat kau bergelayut manja bersama pria-pria ini. Kau bersikap seperti wanita penggoda, Sakura. Kau pantas di sebut sebagai jalang! "
Naruto siap berlari ingin menghajar Sasori lagi tapi Sai terus menahannya.
" Kau yang bajingan! " Sembur Naruto.
Aku terpaku di tempatku. Masih memegang pipiku, dimana Sasori menamparnya dengan keras. Bukan pipiku yang sakit tapi hatiku. Sasori pergi dari sana, meninggalkan luka yang tertancap dalam di hati ku. Aku sama sekali tak pernah membayangkan bahwa Sasori bisa dengan mudah melayangkan tangannya yang selama ini terbiasa membelai lembut rambut dan wajahku, kini di gunakan olehnya untuk menampar ku. Aku bahkan tidak tahu mengapa dia semarah itu.
Kepalaku sakit. Sangat sakit. Denyutan di kepalaku semakin menekan dan aku bahkan tak bisa lagi mendengar umpatan-umpatan Naruto yang membelaku. Pandanganku mengabur dan aku tak tahu, mengapa kaki ku lemas dan tak bisa lagi ku gunakan untuk berdiri.
☘️☘️☘️
Ku buka mataku secara perlahan. Aku berada di sebuah kamar yang jelas sekali bukan kamar ku. Aku menoleh ke belakang punggung ku, sosok pria duduk di tepi ranjang membelakangi ku. Aku tahu siapa dia, pria berambut dark blue yang akhir-akhir ini ku abaikan keberadaannya. Aku berbalik pada posisiku semula, membelakanginya. Air mata kembali jatuh di pipi ku. Aku ingat apa yang terjadi tadi sore di restoran Sai. Sasori bersikap kasar dengan menampar wajahku. Hati ku kembali nyeri. Aku meremas dadaku. Kenapa rasanya sakit sekali?
Berhentilah bersikap seperti perempuan jalang!
Kata-kata Sasori masih berdengung di kepalaku. Jalang? Dia menyebutku jalang? Aku terisak mengingatnya. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya, meluapkan rasa sakit dan kecewaku pada Sasori. Tapi aku tak ingin melakukannya di depan Sasuke. Aku benci terlihat lemah. Aku benci terlihat menyedihkan.
Tangan Sasuke mendekap ku dari belakang, membuat isakan ku terhenti seketika. Pelukannya mengejutkanku, tapi secara bersamaan rasa hangat merayap di sekujur tubuhku. Aku kembali menangis membiarkan lengan Sasuke memeluk perutku. Sasuke hanya diam dan membiarkan ku meluapkan rasa yang menyayat hati ku. Membiarkan ku menangis sepuas ku hingga aku kembali terlelap karena sudah lelah menangis.
Entah berapa lama aku tertidur, rasanya sudah berjam-jam aku menangis hingga terlelap. Ketika aku melihat jam kecil di nakas, jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas malam, yang berarti aku hanya tertidur selama satu jam. Sasuke masih mendekap ku. Mataku mengarah pada lengan kokoh Sasuke yang melingkar di perut ku.
Aku berusaha menyingkirkan lengan Sasuke dari perutku. Aku meraih pergelangan tangannya namun ternyata lengan itu malah mendekap ku beralih mencengkeram bahuku, mengunci tubuh ku dalam dekapannya. Mengapa dia belum tidur?
Hening. Kami sama-sama terdiam. Hanya debaran jantungku yang kian lama kian berdetak kencang. Bahkan aku yakin Sasuke bisa merasakan debaran ku. Aku gugup, sangat gugup karena baru pertama kalinya aku tidur dengan pria yang menemaniku di ranjang yang sama.
Aku sama sekali tak berani bergerak, bahkan menggerakkan satu jari pun. Untuk bernapas pun rasanya begitu berat. Ingin rasanya aku menoleh ke belakang untuk memastikan Sasuke sudah tertidur atau masih terjaga, tapi aku sama sekali tidak memilik keberanian.Aku benar-benar gugup. Napas Sasuke berhembus di leherku, setiap hembusannya berhasil membuatku merinding dan menambah kecepatan debaran jantung ku. Apa yang harus ku lakukan?
Setengah jam aku membeku dengan debaran jantung yang begitu kuat dan aku sama sekali tak bisa mengontrolnya. Hingga entah mengapa keberanian muncul pada diriku. Aku membalikkan tubuhku dan aku tidak tahu bagaimana Sasuke sudah melumat bibirku.
Aneh, aku tidak memberontak, aku tidak menolak seperti yang biasa ku lakukan kepadanya. Aku membiarkannya melumat bibirku. Membiarkan bibirnya mengecap bibir ku. Semakin lama aku mulai menikmati ciumannya, aku mulai membuka mulutku, membuat Sasuke semakin memperdalam ciumannya kepadaku, membiarkan lidah Sasuke menyusup masuk mengecap seluruh isi mulutku. Melilit dan menghisap lidahku. Dan anehnya aku membalasnya. Kami berciuman hingga paru-paru kami nyaris kehabisan oksigen. Saling menghisap dan bertukar saliva dengan ganas, dengan penuh gairah yang memburu. Napas kami kian memberat namun tak juga saling melepas ciuman kami.
Dalam hati aku berteriak pada diriku sendiri. Apa yang tengah ku lakukan? Mengapa aku berciuman dengan Sasuke? Mengapa aku tidur di ranjang yang sama dengan Sasuke? Mengapa aku bergairah dengan ciuman Sasuke? Apa yang terjadi padaku?
Aku ingat, aku begitu kecewa dan terluka. Kekasih yang sangat ku cintai telah menganggap ku sebagai jalang. Kata-kata Sasori benar-benar menggores ku, membuat luka yang sangat dalam di hatiku.
Sasuke melepas ciumannya. Mata hitamnya menyorot pada wajahku yang sembab karena terlalu lama menangis.
" Maaf, " katanya lirih. " Seharusnya aku tidak melakukan ini saat kau sedang kacau, " lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.
" Lakukan saja. Aku menginginkannya, " kata ku. Aku kembali menciumnya. Melanjutkan ciuman panas ku bersamanya.
Lakukan saja Sasuke. Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan. Aku tidak perduli lagi. Menjaga diri ku pun, Sasori masih menganggap ku sebagai jalang. Biarkan aku benar-benar menjadi jalang seperti yang dia tuduhkan kepadaku.
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain [SasuSaku]
Fanfiction21+ ✓ Selesai di PDF Takdir telah mempertemukan Sakura kepada Sasuke. Sasuke adalah laki-laki playboy yang sering mengencani banyak perempuan hanya sekedar mengoleksinya. ketika Sasuke bertemu Sakura dan berniat untuk menjadikan Sakura salah satu ko...