Aku memesan taksi online untuk pulang ke apartemen bersama Sasuke. Aku meminta Kiba untuk membawa pulang motor Sasuke. Di dalam taksi hanya ada keheningan di antara aku dan Sasuke. Pandanganku mengarah pada lampu-lampu di trotoar yang tampak berkelebat cepat karena laju taksi. Berkali-kali aku menghela napas kasar untuk membuang sesuatu yang mengganjal di hati ku. Rasanya nyeri hingga sampai ke ulu hati ku karena hari ini, aku dan Sasori telah berakhir.
Ingatan-ingatan saat bersamanya menghantui di setiap perjalanan pulang ku yang hanya memerlukan waktu sepuluh menit saja. Sasori.. apa yang membuatmu berubah? Selama ini dia tak pernah kasar padaku. Sikapnya selalu lembut dan penuh kasih sayang kepadaku. Meski kami sering bertengkar karena berbeda argumen, tapi kami selalu baik-baik saja. Sejauh ini, kami memang selalu baik-baik saja. Tak pernah ada pertengkaran hebat yang membuat hubungan kami berakhir. Tuhan.. apa yang telah ku lakukan? Ketika aku merasa rindu dengan kekasih yang sangat ku cintai, mengapa dia berubah? Mengapa Sasori menjadi sangat posesif?
Air mataku kering, tapi hatiku menangis, menjerit dan hancur. Aku yang bersalah di sini. Aku yang berkhianat. Mengapa aku malah memeluk Sasuke di saat Sasori menginginkan ku? Bodoh! Aku benar-benar bodoh karena memilih pria yang jelas tidak pernah ku cintai.
Tanganku mencengkeram kenop pintu apartemen ku. Seharusnya aku memutarnya, tapi tidak ku lakukan. Padahal aku sudah menekan kode apartemen dengan benar beberapa menit yang lalu. Sasuke berdiri di belakang ku, menungguku untuk masuk kedalam. Aku menggigit bibir dalam ku dan berbalik menghadap Sasuke. Dada ku berdesir saat melihat wajah Sasuke yang babak belur, dan semua dia dapatkan dari kekasih ku yang menghajarnya. Oh aku lupa, sekarang Sasori adalah mantan kekasih ku.
" Masuklah, akan ku obati luka memar mu, " kataku canggung. Sasuke terdiam dengan mata yang terus menyorot padaku.
" Hn, " dengus nya.
Jawaban apa itu? Aku sama sekali tak mengerti maksud dari jawabannya yang hanya berupa dengusan. Aku kembali menghadap pintu ku dan kali ini aku benar-benar membuka pintu apartemen ku dan masuk ke dalam. Aku mengintip Sasuke dari balik bahu ku, ku rasa dia mengikuti ku masuk ke dalam apartemen ku.
Aku melepas jaket ku dan membuangnya sembarangan di sandaran sofa tamu. Mempersilahkan Sasuke untuk duduk lalu aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil beberapa es batu untuk mengompres wajah Sasuke yang bengkak.
Secara hati-hati aku mengompres luka memar Sasuke dengan es batu yang hanya ku bungkus dengan handuk kecil. Sasuke nyengir menahan sakit saat sentuhan kecil handuk berisi es batu yang ku pegang mengenai lukanya. Mataku mengawasi wajah Sasuke, menatap setiap luka dan bengkak hingga membiru di wajahnya yang tampan. Sasori pasti memukulnya sangat keras hingga membekas kebiruan dan bengkak sampai seperti ini. Aku bertanya-tanya mengapa Sasuke membiarkan Sasori menghajarnya tanpa membalas satu pukulan pun. Bahkan jika Sasori tidak mengumpat pada ku, mungkin Sasuke tak kan memukul Sasori.
Napas Sasuke menyapu wajahku. Entah sejak kapan wajah ku sedekat ini dengannya hingga napas kecilnya terasa di wajahku. Sasuke menghentikan tanganku yang bergerak di wajahnya. Menggenggam jemari ku dan menurunkannya dari wajahnya.
" Sudah cukup, " katanya lirih. " Terima kasih. "
Sebutir air mata jatuh melewati pipi ku tanpa ku sadari. Aku bahkan tak mengerti mengapa aku menangis.
" Maafkan aku, " kataku. Ku usap air mataku dan meletakkan handuk ku ke baskom kecil berisi es batu yang berada di atas meja.
" Maaf untuk apa? " Tanya Sasuke lembut.
" Untuk yang di lakukan Sasori padamu, " jawabku.
" Bukan salahnya. "
Aku menyipitkan mataku meminta penjelasan tentang pernyataannya barusan.
" Aku yang membuatnya marah. "
" Apa yang terjadi? Mengapa Sasori menemui mu, bahkan sampai menghajarmu, " tanya ku akhirnya.
" Dia melihatku membawamu ke apartemen ku malam itu. Dia berpikir kita memiliki hubungan yang membuatmu melupakannya. Dia bilanh, sejak kedatangannya kemari terakhir kali kau sama sekali tidak menghubunginya. "
Memang benar aku tidak menghubungi Sasori, tapi bukan karena aku melupakannya. Itu karena dia tidak menghubungi ku, dan ku pikir dia sedang sibuk dengan kuliahnya. Hingga aku merasa galau sampai dia datang secara tiba-tiba dan menamparku, bahkan sampai mengataiku 'jalang' hanya karena aku berada di antara Naruto, Sai, dan Gaara.
" Ya, itu benar. Aku tidak menghubunginya sama sekali, " jawabku jujur.
" Kenapa? "
" Ku pikir dia sibuk. Bahkan dia pun tak menghubungi ku sama sekali. Jadi aku tak ingin mengganggunya. "
" Dia pikir kau selingkuh denganku. "
" Ku anggap dia benar, " jawabku.
Aku kembali mengingat kejadian malam itu. Malam dimana Sasuke menyentuhku. Darahku kembali berdesir mengingat setiap kejadian malam itu.
" Sasuke, aku tak pernah berpikir akan berakhir seperti ini. Kita terjebak dalam kesalahan malam itu, tapi mutlak hal itu kita lakukan secara sengaja dan dalam keadaan sadar, " kataku dengan penuh rasa bersalah yang menyelimuti hatiku.
" Apa kau menyesalinya? "
" Sedikit. "
Sasuke menengadah ke atas dan mendesah dengan kasar. Kurasa dia sedikit kesal dengan jawabanku.
" Aku sangat mencintai Sasori. Melakukan sex denganmu itu sebuah kesalahan, Sasuke. "
" Bagaimana kalau kita melakukannya lagi. Kita lihat apa kau akan menyesal setelah melakukan sex yang kedua, " kata Sasuke. Bibirnya menyeriangai liar, membuatku merinding.
" Akan ku tambah memar di wajahmu jika kau berani menyentuhku sekali lagi, " kataku dengan nada penuh ancaman. Sasuke tertawa, dan anehnya suara tawanya membuat hati ku sedikit menghangat.
Lalu tawanya memudar dan wajahnya berubah menjadi murung secara perlahan. Bola mata hitamnya menatapku lekat, menyiratkan ekspresi yang tak bisa ku baca. " Aku benar-benar minta maaf karena aku mengambil sex pertamamu, " kata Sasuke lirih.
Aku memutuskan kontak mata ku darinya. Aku tak sanggup menatap mata hitam itu terlalu lama. Ada rasa aneh yang muncul di dadaku saat bola mata hitam itu menembus emerald ku terlalu dalam. Aku beranjak dan membawa baskom berisi es untuk mengompres Sasuke ke dapur dan meletakkannya ke wastafel.
" Sudah ku katakan itu bukan salahmu. Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi. "
" Aku tidak bisa, " kata Sasuke. Dia menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di sofa. " Aku tahu kau pun tak bisa melupakannya. " Sasuke bergerak membenarkan bantalan sofa mencari posisi ternyaman.
Aku mengangguk pelan membenarkan pernyataannya. " Kau benar, " desahku.
" Sakura.. " Sasuke mengulurkan tangannya agar aku meraihnya. Aku menurut padanya, meraih uluran telapak tangannya yang besar dengan lembut. Sasuke menggenggam jemariku dan menarik tubuhku agar duduk di samping tubuhnya.
" Ijinkan aku memilikimu, " kata Sasuke lirih nyaris berbisik. Sasuke mencengkeram kedua lenganku dan menarik tubuhku padanya. Aku mencondongkan tubuhku mengikuti tarikannya. Mataku terpejam saat napas Sasuke berhembus di wajahku. Dan dalam waktu beberapa detik, bibir kami saling bertemu dan kembali berbagi ciuman hangat di malam yang sunyi dan panas.
To Be Continue...
Hallo semuanya...
Yang pengen baca lengkap cerita Pain segera pesan ke nomor 089689440393 dengan harga 30k aja...ada 33chapter+epilog yang gak akan memgecewakan..hehehehe
Sekalian mau kasih tau kalau aku baru aja update cerita SasuSaku baru berjudul Sakura,,, mampir yaaa😁😁😁 di tunggu kehadirannya di cerita baruku...
Terima kasih.
LisJuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain [SasuSaku]
Fanfiction21+ ✓ Selesai di PDF Takdir telah mempertemukan Sakura kepada Sasuke. Sasuke adalah laki-laki playboy yang sering mengencani banyak perempuan hanya sekedar mengoleksinya. ketika Sasuke bertemu Sakura dan berniat untuk menjadikan Sakura salah satu ko...