Enam

2.6K 200 2
                                    

Sejak makan malam dadakan beberapa hari yang lalu, Sasuke jauh berbeda dari biasanya. Kejahilannya terhadapku sedikit berkurang. Bahkan dia sudah tak lagi menggodaku dengan gombalannya yang memuakkan. Sepertinya dia ingin berdamai denganku. Hal itu sedikit membuatku merasa nyaman saat dia berada di sekitarku. Tak perlu lagi dadaku berdebar karena menahan marah dan tak perlu lagi otot dan saraf ku menegang karena berdebat dengannya. Ya, dia cukup menjadi pria baik setelah makan malam itu.

" Mau makan malam lagi denganku? " Tanya Sasuke saat aku sedang merapikan isi locker ku bersiap untuk pulang.

" Kau mau memasak lagi untukku? "

" Tidak. Aku ingin mengajak mu makan malam di restoran milik temanku. "

" Oke, " jawabku.

" Baiklah, aku tunggu kau di depan. "

Sasuke menyambar tas nya yang tergeletak di kursi lalu berlari pergi.

" Hei, ini baru jam empat sore, " teriak ku. Tapi sepertinya Sasuke mengabaikan nya dan tetap pergi meninggalkan ku di locker. Aku mengangkat bahu ku dan melanjutkan merapikan semua peralatan make up ku ke dalam tas ku.

Aku melangkah meninggalkan kafe setelah berpamitan dengan Ino yang menggantikan ku sebagai kasir di shift siang, bersama Tenten dan kiba juga shino. Naruto dan Temari sudah pulang lebih dulu. Sasuke sudah duduk di atas motornya dengan jaket hitam yang sudah membungkus tubuhnya. Aku berjalan ke arahnya dan sedikit terpesona dengan ketampanannya.

Aku berdehem bermaksud memberi tahunya bahwa aku ada di sampingnya. Karena aku tahu dia sedang memandang toko di depan kafe yang jelas Shion berada di sana.

" Seharusnya kau mengajaknya, " bola mataku mengerling menunjuk pada toko seberang dan Sasuke menyeringai padaku.

" Aku dan dia sudah selesai, " kata Sasuke datar.

Yeah, aku tidak terkejut sama sekali, karena Ino sudah bertaruh bahwa mereka tak akan bertahan lebih dari sepuluh hari. Dan kenyataannya mereka berakhir di hari ke delapan. Lebih cepat dari perkiraan Ino.

" Berhentilah bermain-main dengan suatu hubungan. Bisa kah sedikit saja kau menghargai perasaan perempuan? "

" Aku tidak bermain-main. Dia yang memutuskan hubungan, bukan aku, " sergah Sasuke.

" Mungkin masalahnya ada pada dirimu, " kata ku sembari menunjuk dadanya dengan jari ku. " Sudah lah, aku tidak perduli dengan kisah asmara mu. "

" Ya sudah, cepat naik, " Sasuke menunjuk jok belakangnya dengan mengedikan kepalanya.

" Kau mengajak ku makan malam di jam empat sore? Setidaknya aku perlu mandi, " kata ku sembari mengendus tubuh ku yang berbau asam.

" Tak perlu. Mau mandi atau tidak kau tetap cantik. "

Aku memutar bola mataku. " Mulai lagi, " gumam ku lirih yang hanya bisa ku dengar sendiri.

" Ayo! "

Aku melompat ke atas motor Sasuke, mencengkeram baju nya dengan canggung dan aku tahu dia sedang tersenyum. Ingin rasanya ku pukul kepalanya dengan keras, tapi tak ku lakukan. Lalu Sasuke menarik gas nya dan motor Sasuke melaju perlahan meninggalkan kafe Akatsuki.

☘️☘️☘️

Kemana pun Sasuke membawa ku, terserah. Selama dia tidak mengajak ku ribut, aku tidak masalah. Aku terkesiap ketika motor Sasuke melaju melewati jalanan menuju pantai. Tidak terasa kami melaju selama setengah jam dan tiba di pantai yang sangat indah. Aku melompat turun dari motor ketika Sasuke memarkirkan motor nya di depan sebuah gazebo yang terletak tak jauh dari tepi pantai.

Pain [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang