❄️Bagian 9❄️

102 77 4
                                    

"Aaaaa...."Rizky menyodorkan sendok berisi bubur pada Syahkina

"Aku udah kenyang."

"Makan dikit lagi syah"

"Gak Bram, aku udah kenyang"

"Syahkina Irani" Rizky menatap Syahkina dengan datar.

"Rizky Freddy Bramasta."

"Makan."

"Gak."Sendoknya ia simpan kembali dimangkuk, lalu menyimpan mangkuk itu di meja.

"Bram gak pergi?"

"Lo mau gue pergi?"

"Takutnya Bram mau jalan gitu sama cewek lain."

"Cewek gue lagi tidur disamping gue."

"Bohong,"Rizky menghela nafasnya kasar.

"Gue mau nemenin lo disini," kedua sudut bibirnya tertarik saat mendengar kata-kata itu meluncur dengan mulus dari mulut sang pangeran masalalu nya.

"Dengerin aku Bram, aku gapapa sendiri disini. Aku bukan anak kecil lagi yang harus ditungguin, jadi kamu gausah khawatir, mending sekarang Bram kemana ke sama temen-temen Bram."

"Aku takut syah"

"Takut apa Bram? Takut di culik tante-tante girang, atau takut di goda bencong? Hahahaha."

"Gue takut lo pergi,"tawa Syahkina seketika terhenti disaat mendengar itu.

"Dan ninggalin gue lagi untuk kedua kalinya."

"Gue takut disaat balik lagi kesini lo udah gak ada,"kedua tangan Syahkina menangkap pipi Rizky dan menatap wajahnya sembari tersenyum manis.

"Bram dengerin aku baik-baik."

"Aku gak akan pergi, jika masalah meninggalkan aku tidak bisa mengendalikan takdir. Biarkan takdir berjalan seharusnya."

"Udah sekarang Bram pergi, sekarang sekolah juga kan sana.?"

"Tapi lo makan ya"

"Iya nanti Bram"

"Sekarang"

"Nanti lah"

"Sekarang," Syahkina dengan terpaksa mengambil mangkuk buburnya dan segera memakan buburnya berusaha menyakinkan Bram bahwa dirinya baik-baik saja.

"Udah kan Bram"

"Syahkina, aku janji nggak akan pernah lagi melepaskan kamu untuk keduakalinya." batin Rizky.

"Aku bakalan kesini lagi,"Rizky mengecup kening Syahkina sekilas lalu berlalu pergi. Syahkina menyimpan bubur itu kembali ke tempatnya, segera ia menuruni kasur dan berlalu menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi makanannya.

Senyuman getir hanya bisa ia tampilkan, ternyata penyakit semakin parah.

Kakinya sudah tidak mampu menopong tubuhnya sehingga tersungkur dilantai kamar mandi. Syahkina terbatuk-batuk dengan dada yang sesak, ternyata ditangannya terdapat bercak darah.

Ia memiliki masalah di paru-parunya, sehingga ia selalu ditemani oleh selang oksigen untuk membantunya bernapas dan darah dari mulut dan hidungnya selalu keluar tanpa diminta.

Menyebalkan memang.

***

Rizky menatap arloji ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 20:00 dengan segera ia menaiki mobilnya menuju rumah sakit.

Kakinya berlarian di koridor rumah sakit,ia hanya ingin segera menemui perempuannya. Deru nafasnya memburu disaat ia sudah berada dihadapan pintu ruangan Syahkina.

Bram (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang