6. You Won't Hurt Me

5.8K 650 61
                                    

[Repost — December 5, 2021]

****

"Kamu akan pergi ke Oxford?" tanya Adinanta ketika ia menyusul adik angkatnya ke kamar.

Nindy yang ingin mengerjakan PR pun sudah bersiap di meja belajarnya. Ada perasaan berbunga kala kakaknya memiliki rasa penasaran atas percakapan dirinya dan sang papa saat di meja makan tadi.

"Nindy nggak akan pergi kalau Mas Adi ngelarang Nindy," kata anak itu seraya tersenyum kepada Adinanta.

Pria itu malah mendengkus, "Kalau mau pergi ya pergi saja sana ... aku nggak ada hak untuk melarang kamu, it's your life, so it's up to you."

Bibir Nindy mengerucut kecewa, awalnya dia mengira Adinanta akan bersedih karena tahu dia akan meninggalkannya. Namun reaksi santai pria itu berhasil membuat layu bunga-bunga di hati Nindy.

Apa Adinanta benar-benar ingin dia pergi dari hidupnya? Tapi masalahnya Nindy tidak bisa jauh-jauh dari Adinanta. Sementara itu Gandra kerap membawa dirinya dalam pembicaraan serius terkait pendidikannya. Nindy tahu, sebagai seorang papa, Gandra menginginkan yang terbaik untuknya. Nindy sadar betul jika gerak-geriknya selama ini sangat terbaca oleh kedua orangtuanya. Gandra dan Kamaya tidak terlalu setuju jika ia berdekatan dengan Adinanta.

Itu jelas sekali. Namun Nindy juga tahu alasan dibalik ketidaksetujuan itu. Gandra dan Kamaya hanya tidak ingin Nindy terluka. Adinanta memiliki pengalaman yang cukup buruk, beberapa kisah pahit yang tak diketahui banyak orang di luar sana. Sesuatu yang membuat Adinanta menjadi berubah seperti itu.

"Mas Adi benar-benar mau Nindy pergi ya ...," desah anak itu dengan raut wajah sedih.

"Itu memang keinginanku, lagipula kamu memang harus melanjutkan studi kamu, Nin. Jangan membuatku sebagai penghalang mimpi dan cita-citamu. Saran papa memang perlu kamu pertimbangkan."

"Nindy bisa kuliah di Indonesia. Cita-cita dan mimpi Nindy tetap bisa diraih di Indonesia. Lagian kenapa Mas Adi malah bersikap seperti ini? Bukannya tadi Mas Adi mau mencintai Nindy?"

"Aku memang meminta untuk kamu buat jatuh cinta. Tapi bukan berarti kamu melalaikan yang lainnya. Kalau kamu tetap melanjutkan pendidikan di Indonesia, aku takut kamu nggak akan fokus belajar dan hanya sibuk mengejar aku."

Nindy berdecak bosan, tangannya membuka buku dengan tak sabaran. "Bilang aja Mas Adi takut jatuh cinta sama Nindy!"

"Aku takut? Tidak mungkin aku takut, aku hanya nggak mau papa menghajarku karena kamu sibuk menyukaiku sementara kamu melupakan pendidikanmu," kilah Adinanta lalu berbalik hendak kembali ke kamarnya. "Papa menginginkan yang terbaik untuk kamu .... Begitu juga denganku," kata pria itu lalu menutup pintu kamar Nindy.

***

"Gimana? Lo bisa kan hari ini? Guru-guru bakal ada rapat, jadi kelas cuma sampai jam sebelasan aja. Kita punya cukup waktu sampai sore."

"Ada sertifikatnya 'kan?"

"Oh jelas! Tenang aja, berguna banget buat nilai plus kalau mau apply beasiswa kuliah nanti."

Nindy dan Reyhan memang sering menjadi volunteers di beberapa kesempatan. Awalnya Nindy tidak begitu berminat, tapi Reyhan yang sangat bersemangat membuat Nindy ikut-ikutan membuntuti kegiatan cowok itu.

"Pokoknya gue pengin kuliah di Monash! Tanpa bantuan bokap sama nyokap gue. Lo gimana? Beneran jadi ke Oxford?" tanya Reyhan lalu menyeret kursinya mendekati meja Nindy. Well, ada sedikit waktu untuk mengobrol sebelum guru masuk ke kelas.

"Nggak tahu. Gue bingung ... kalau gue pergi nanti nggak ketemu Mas Adi lagi." Nindy mengerucutkan bibir sambil bertumpu dagu di meja. Matanya menatap kosong ke arah papan tulis bersih di depan sana.

Sweet Mistake (REPOST) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang