CHAPTER 5.2 - KEMBALI PULANG

3.6K 386 23
                                    

LIMA BAGIAN DUA – KEMBALI PULANG

Sasuke dan juga Sarada telah sampai di masa depan, masa di mana seharusnya mereka berada. Kali ini mereka muncul dari halaman belakang rumahnya sendiri. Sakura yang sedang mengangkat pakaian, terkejut saat melihat suami dan juga putrinya yang muncul tiba-tiba.

"Huh? Sarada?!" Sakura segera memeluk erat putrinya itu.

"Mama!"

"Shannaro! Kau ini benar-benar keras kepala, ya!" Sarada hanya menyeringai.

"Aku berhasil membawakannya."

"Wah! Akhirnya! Ini benar-benar tanaman yang aku cari!" Sakura segera mengambil tanaman itu dari tangan Sasuke. Namun ketika ia mengambilnya, tanpa sengaja Sakura melukai jarinya karena tertusuk duri pada batang tanaman tersebut. Ia merintih kesakitan. Sasuke segera merobek sedikit kain jubahnya dan melilitkannya pada jari Sakura.

"Huh? Sasuke-kun...."

"Sepertinya papa mencoba romantis, ya." Sarada yang melihat hal tersebut tersenyum sinis. Ia segera masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badannya yang terasa berkeringat dan lengket.

"Tidak masalah, ini hanya luka kecil."

"Sakura."

"Ada apa?"

"Ketika dulu aku tak ada, apa yang kau lakukan?"

"Apa yang kau maksud?"

"Ketika dulu aku pergi..., apakah—kau berkencan—dengan seseorang?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya memastikan." Sakura hanya tertawa mendengar apa yang telah dilontarkan oleh suaminya itu.

"Kenapa kau tertawa?"

"Kau sangat lucu, Sasuke-kun. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya, bahwa tidak pernah ada tempat untuk orang lain selain dirimu?"

Mendengar jawaban dari Sakura, Sasuke menyunggingkan sudut bibirnya. Hatinya terasa sangat lega dan sangat bahagia karena mendapatkan jawaban yang diinginkan. Sasuke segera memeluk erat istrinya dengan erat.

"Maafkan atas segalanya."

"Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Tidak ada lagi yang perlu dimaafkan."

"Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakannya. Ngomong-ngomong hari ini kau masak apa?"

"Tumben sekali? Aku belum menyiapkannya, karena aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah terlebih dahulu."

"Kali ini tidak masalah jika kau menyediakan lebih banyak tomat."

"Kenapa?"

"Aku ingin makan sepuasnya."

"Padahal kau baru pergi dua hari ya, tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun." Sakura segera mengangkat keranjang pakaiannya dan masuk ke dalam rumah.

"Biar aku saja," kata Sasuke yang lalu merebut keranjang pakaian tersebut. "Sakura, apakah kita bisa melakukannya malam ini?"

"Melakukan apa?"

"Melakukan hal yang biasa dilakukan setiap kali aku datang."

"Kau ini! Apakah badanmu tidak membutuhkan istirahat?"

"Bukankah itu termasuk istirahat?"

"Istirahat adalah ketika kau merebahkan tubuhmu dan meregangkan seluru ototmu supaya lebih relax."

"Baiklah, kita berganti posisi."

"Apa maksudmu, Sasuke-kun?!"

"Kau bilang aku harus merebahkan tubuhku dan meregangkan otot, kan? Jika selama ini aku yang selalu di atas, maka sekarang aku yang di bawah. Dan itu akan membuatku lebih nyenyak malam ini."

"Sasuke-kun! Sudahlah, bersihkan dirimu terlebih dahulu. Aku akan menyiapkan makan malam."

"Jadi bagaimana?" Sasuke terus menggoda istrinya sampai ia menyetujuinya.

"Berdoalah malam ini supaya Sakaki tidak merengek ingin tidur bersamaku."

"Jangan khawatir! Serahkan saja padaku."

"Aku tak mau kau membuatnya menangis. Kau akan terkena masalah jika sampai melakukannya."

"Jangan remehkan seorang Uchiha."

.

.

.

.

"Uchiha Madara?" Sarada berpikir keras di depan layar komputernya. Ia mencoba mengakses internet dan mengetik nama tersebut. Namun hasilnya nihil. Tidak ada sedikit informasi mengenai Uchiha Madara. Ia mencoba mencari informasi mengenai perang dunia besar keempat, hasilnya juga sama saja. Tidak ada informasi mendetail dan juga konkrit.

"Bukankah ini termasuk dalam sejarah dunia? Lalu mengapa tidak ada informasi valid mengenai semua ini? Apakah perjalananku ke masa lalu hanya sebuah ilusi semata?"

Ia terus berpikir dan berpikir. Namun ia tidak mendapatkan hasil apa pun. Pikirannya pun juga terbatas. Sarada memiliki keinginan yang besar untuk menjadi seorang Hokage. Jika ia tidak mengetahui bagaimana mengenai sejarah yang sebenarnya, maka ia tidak akan bisa memimpin dengan baik. Ya, Sarada adalah seorang yang perfeksionis.


Tok, tok.


Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Sarada. Ia segera membukakan pintu kamarnya dan melihat siapa yang menghampiri. Seorang pria dengan tubuh atletis berdiri di depan kamarnya.

"Bolehkah aku masuk?" Sarada mempersilakan papanya masuk.

"Apakah kau sedang memikirkan sesuatu?" Sasuke melihat jelas bagaimana raut wajah putrinya itu.

"Aku hanya masih memikirkan mengenai Uchiha Madara. Apa kaitannya dia dengan perang besar? Bukankah pada saat itu papa merupakan Uchiha yang terakhir? Kini aku merasa seperti orang yang sangat bodoh. Aku tak tau bagaimana sejarah dunia yang sesungguhnya. Bahkan aku juga tidak tau mengenai sejarah klan-ku."

"Kau masih memikirkannya?"

"Tentu saja! Aku memiliki keinginan untuk menjadi seorang Hokage. Bagaimana bisa aku menjadi pemimpin yang baik, jika aku saja tidak mengetahui sejarah yang sesungguhnya? Bukankah menjadi seorang Hokage harus benar-benar kuat? Jika aku tak memiliki kekuatan seperti papa atau Nanadaime, setidaknya aku memiliki intelegensi yang kuat dan dapat ku andalkan seperti Shikamaru-san."

"Dunia telah damai dan jauh lebih baik sekarang. Sebenarnya kau tidak perlu mengkhawatirkan soal hal itu."

"Bagaimana bisa? Lebih baik? Apakah papa lupa mengenai musuh yang datang beberapa waktu belakangan dan lalu menghancurkan desa? Di kemudian hari, pasti akan selalu bermunculan musuh dari berbagai jenis spesies. Bagaimana aku bisa tidak mengkhawatirkan soal itu?"

"Jika aku memberitahumu sekarang, apakah kau akan siap menerima semua kebenarannya?" Sasuke menatap dalam putrinya. Sarada terdiam sejenak. Otaknya kembali dipaksa untuk berpikir. Rasanya ia harus siap mengetahui semua kebenarannya. Meski sebenarnya masih terbesit keraguan dari dalam hatinya. "Melihatmu ketakutan saat di bawah jembatan, aku rasa kau masih belum siap."

Sarada menundukkan kepalanya dan hanya bisa terdiam mendengar perkataan papanya. Sasuke segera beranjak dan keluar dari kamar putrinya. Namun sebelum ia menutup pintu kamar putrinya, ia menyampaikan sesuatu, "Beritau aku jika kau sudah siap."


**


TO BE CONTINUED...

LAST UPDATED: 27 AGUSTUS 2020



NOTE:

CHAPTER SELANJUTNYA HANYA DIPERBOLEHKAN UNTUK YANG BERUSIA 21+.

NIH, UDAH AKU KASIH WARNING. KALAU SKIP CHAPTER 6, NGGAK AKAN MERUSAK JALAN CERITA KOK. YANG UDAH 21+ MAU BACA CHAPTER 6 SANGAT DIPERBOLEHKAN HAHA!

BESOK AKU UPDATE SEKITAR JAM 9 ATAU 10 KE ATAS (WIB) YAAAA

MALAM INI TIDUR YANG NYENYAK DAN MIMPI YANG INDAH!

THE PAST AND THE FUTURE | SASUSAKUSARA (COMPLETED✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang