27.Apa Ini Mimpi? 🐣

1.2K 117 14
                                    

"Katakan ini nyata, atau jika ini mimpi, tak akan kubiarkan satupun dari kalian mengganggu tidur nyenyakku."

~Raina Adisthy

Mata itu perlahan terbuka, ia mulai menyesuaikan cahaya sekitar. Raina bangkit terduduk dikasurnya. Enggan untuk berdiri menuju kamar mandi. Ia masih sangat mengantuk, tapi alarmnya terus berbunyi.

"Hoaaam," Raina menguap.

"Ish, ngantuk banget sih!"

Raina malah kembali merebahkan tubuhnya dan menarik selimut. Tiba-tiba suara Bi Ani kembali membangunkannya.

"Rainaaa," panggil Bi Ani dibalik pintu.

"Iyaa, lima menit lagi," ucapnya.

"Cepetan, ini nanti telat," lanjut Bi Ani.

Raina tak menggubris, ia masih sangat nyaman dengan posisinya.

Saat sedang memejamkan mata, sepotong mimpi itu hadir, sangat tampak nyata. Raina melihat senyuman itu, tawa itu, semua.

"Sega!" teriak Raina lalu bangkit dari tidurnya. Nafasnya sangat ngos-ngosan. Mimpi itu hanya sekilas, tapi sangat nyata bagi Raina. Dimana Sega tersenyum manis dan tertawa bersamanya.

Raina bangkit, lalu ia kekamar mandi hendak membersihkan tubuhnya. Dibawah guyuran air demi air yang jatuh dari shower itu Raina mengingat lagi lelaki itu. Entah hanya imajinasinya saja, tapi sungguh, Raina sangat merindukan sosok itu. Sosok yang hampir dua tahun meninggalkannya tanpa jejak.

Setelah mandi, dan memakai seragam sekolah, Raina langsung menuruni satu persatu anak tangga. Ia sarapan hanya berdua dengan Bi Ani.

"Ma," panggil Raina.

"Iya Rai," jawab Bi Ani.

"Hmm gak jadi deh," ucap Raina ragu.

"Bilang aja, kalo ada apa-apa jangan ditutup-tutupin," ujar Bi Ani tulus.

"Emang engga jadi kok, Ma."

Bi Ani hanya mengangguk sambil tersenyum tulus.

"Kamu rindu Sega ya?"

"Uhuk uhuk," Raina terkaget, lalu terbatuk.

Bi Ani langsung menyodorkan minuman. "Minum dulu, pelan-pelan," ujar Bi Ani agak khawatir.

"Ekhem, makasih Ma," ucap Raina.

"Hmm, jadi? Bener ya?" tanya Bi Ani sekali lagi.

"Tau darimana?"

"Nih," ujar Bi Ani sambil memberikan selembar kertas yang tidak asing bagi Raina.

Ahh! Itu kan kertas semalam saat ia menuliskan perasaannya! Kenapa bisa sampai di Bi Ani!

"Dapet darimana?" tanya Raina malu.

"Dibawah balkon kamar kamu,"

Bodoh sekali Raina, dia yang membiarkan kertas itu terbang, tapi malah ditemukan Bi Ani, ish malu sekali!

"Haha, maaf kalo lancang membacanya," ujar Bi Ani.

"Engga apa-apa kok, Ma."

"Lain kali, kalo ada masalah itu dibicarain baik-baik. Kalo ada kesalahpahaman harus dengerin penjelasan. Harus saling percaya, dan jangan membuat keputusan sebelah pihak," jelas Bi Ani.

"Hmmm," Raina hanya berdeham. Sudah bosan ia mendengarkan kalimat yang sama padanya. Itu hanya akan membuat hari-harinya diliputi rasa menyesal.

"Raina berangkat," ujar Raina menyalami Bi Ani dan berjalan keluar hendak kesekolah.

"Hati-hati," pesan Bi Ani.

🐣

"Woy tutup botol! Udah jelas-jelas gantengan Idola gue," teriak Anggi.

Sekarang jam istirahat. Raina, Anggi dan Zeline sekarang berada disamping lapangan. Bosan saja jika dikantin apalagi dikelas. Mereka sekarang sedang memainkan handphone-nya. Setelah dihujam beberapa mata pelajaran yang sangat membosankan. Ujian hanya seminggu lagi. Sampai siang malam pun hanya buku yang mereka lihat.

"Iyain, biar fast," ujar Zeline.

"Hahaha, kalian gitu doang didebatin," sahut Raina.

"Tau tuh si Anggi, pake ejek idola gue segala," ujar Zeline.

"Emang bener, wlee!" ejek Anggi.

"Kalo salah satu dari kalian bukan pihak penikmat, jangan jadi pihak pembenci," jelas Raina.

"Nah! Setuju nih gue! Gini baru temen!" ujar Zeline sedikit melirik Anggi yang sudah mendengus kesal.

"Iya-iya maaf, becanda." Anggi memutar bola mata malas.

"Eh, mendung nih, bisa-bisa hujan deh," kata Zeline saat melihat gumpalan awan hitam itu terbawa angin.

"Iya, mesti pulang naik taksi gue, kalo ojek yang ada basah," sahut Raina.

"Pulang sama gue aja kali, Rai." Anggi menyahuti.

"Eh, engga usah Nggi, gue nanti mau ada urusan dikit hehe iya urusan," bohong Raina.

"Eleh gaya lo, sibuk amat."

"Hahahaha!" tawa Zeline.

Kringgg!

Mereka pun memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran jam berikutnya.

🐣

Raina berjalan kaki, ia sedang menunggu angkot yang lewat. Tapi tidak satupun yang terlihat. Raina memutuskan jalan kaki saja, Raina melihat jam tangannya, jam menunjukkan pukul tiga sore dini hari.

Tik.

Satu rintik hujan mengenai kulit putih tangannya. Ia tadi memang berbohong pada Anggi. Raina hanya ingin ke taman itu. Taman dia dengan Sega. Setelah bermimpi tadi pagi ingatannya selalu mengitari itu-itu lagi. Apalagi saat hujan, jika anak-anak yang lain mungkin tidak mau terkena guyuran hujan, lain dengan Raina. Saat hujan dia akan sangat merasa tenang, bahkan dia senang saat hujan itu mengguyuri tubuhnya. Arti namanya saja Hujan, pantas ia sangat menyukai hujan.

Raina sampai ditaman itu, ia membuka tasnya. Dengan ini, rasa rindunya mungkin akan sedikit berkurang. Ia mulai mendorong sisi atas pulpennya dan mulai menulis.

Kamu pergi, meninggalkan kenangan yang selalu memutar dalam memori. Aku ingat, saat kau tertawa, saat kau bicara, matamu, suaramu, semua. Sungguh, aku rindu. Semua tentangmu, hanya membuat hati kian teriris, mengingatmu, hanya semakin membuat netraku mengeluarkan tangis.

Gadis bodoh,
Tempat istimewa.

Raina menjatuhkan airmatanya. Beriringan dengan hujan yang kian deras. Ia memasuki bukunya yang terkena air hujan walau sedikit. Tak ada niatan Raina untuk bangkit dari situ. Raina melihat orang-orang yang berlari mencari tempat berteduh. Tidak dengannya, ia masih nyaman dengan tubuhnya yang diguyuri hujan.

"Hiks ...," satu isakan kembali keluar dari mulutnya. Ini Raina, dengan segala kekurangannya. Jika ia hanya terlihat baik-baik saja didepan semua orang, tapi tidak jika ia sendiri. Ia merasa sangat kesepian, walau ia suka kesendirian.

Raina menunduk masih dengan tangisnya. Tapi perlahan ia tidak merasakan air hujan itu jatuh ditubuhnya. Raina mendongak, ia melihat payung diatas kepalanya. Lalu ia sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat siapa yang melindunginya dari hujan itu.

"Jangan menunduk, nanti mahkota indahmu jatuh," ujar laki-laki itu.

Raina membelalakkan matanya, lidahnya tak mampu mengeluarkan satu patah kata pun.

"Se-Sega?"

"Long time no see, Raina."

Apa? Apa? Sega? Balik? Aww kok ikutan bahagiaaa ><

Sebenarnya part ini tuh panjang, jadi setengahnya di next part aja, ya.

Sejauh ini, gimana sih cerita ini menurut kalian? Jawab ya^^

Spam next!

OH SEGA! [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang