Happy reading guys 😊
"Makasih" Lysha turun dari mobil Angelo. Angelo bersikeras hanya untuk mengantar nya pulang dari sekolah.
"Sama-sama. Gue balik dulu ya." Angelo mulai menyalakan mobilnya.
"Hati-hati jangan sampai ngebut." Lysha berbalik dan berniat masuk ke dalam rumah.
"Sha, tunggu" Lysha menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa?" Lysha membalikan badannya.
"Kalung yang gue kasih, masih lo simpan kan?" Angelo hanya ingin memastikan. Karena selama ini Angelo belum pernah melihat Lysha memakai kalung pemberiannya.
Lysha mulai bingung, kapan Angelo memberinya kalung. Rasanya tidak pernah.
"Yang mana?" Angelo keluar dari dalam mobil. "Jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa?"
"Beneran lo gak nerima kalung?"
"Enggak" Benar bukan, Lysha tidak pernah menerima kalung apapun dari Angelo.
"Padahal waktu itu..."
Flashback
Angelo berniat ingin memberikan Lysha kalung. Ingin sekali Angelo memberinya langsung, akan tetapi mengingat akhir akhir ingin mereka sering berdebat, dia mengurungkan niatnya.
Akhirnya, dia mencari Jane, teman yang akrab dengan Lysha setelah dirinya.
Mereka bertemu di taman. Angelo mulai mengatakan maksud dan tujuannya tanpa menoleh ke arah Jane. Dan setelahnya, Jane setuju.
Setelah itu, dia pergi ke roof top untuk menyiapkan diri bahwa hari ini, dia harus mengucapkan kata perpisahan. Sebenarnya sudah lama dia ingin mengatakannya, tapi kembali ke awal mereka agak renggang.
Angelo selalu menunggu waktu yang tepat, tapi dia tidak tau kapan. Jadi mau tidak mau, harus hari inilah dia mengungkapkannya.
Dia tidak masuk ke kelas sampai pelajaran akhir. Setelah pulang dia bergegas menuju rumah Lysha.
Sesampainya di sana, dia mengetuk pintu utama, tidak ada sahutan. Tanpa sengaja dia melihat ke bawah, disana terdapat sepasang sepatu.
Angelo langsung masuk ke dalam rumah. Dia menaiki tangga menuju kamar Lysha.
Tok...tok...tok...
Angelo tau Lysha ada di dalam. Tapi Lysha seakan mengabaikannya.
"Sha, gue mau ngomong. Lo maukan bukain pintunya" Angelo mulai angkat bicara.
"Sha kalau lo gak mau buka. Yaudah gakpapa."
"Sha gue tau lo di dalam. Dan gue tau lo denger suara gue. Ok gakpapa lo gak mau bukain, itu hak lo. Yang penting lo denger gue." Sesaat Angelo terdiam. Dia mulai berpikir dari mana dia akan memulainya.
Sebenarnya, Angelo bersyukur Lysha tidak membuka pintu kamarnya. Mungkin jika Lysha membukanya, dia akan melihat seberapa berantakannya sekarang penampilan Angelo.
Angelo menarik nafas dalam-dalam, agar suara tidak terdengar seperti suara seseorang yang sudah lelah menangis saking lamanya.
"Sorry, mungkin ini udah telat. Sha, besok gue mau pindah.Papa pindah tugas ke Surabaya. Jadi kita juga harus pindah. Sorry kalau gue baru ngasih tau." Angelo memberi jeda.
"Sha, gue pulang ya. Good bye." Ingin sekali Angelo mendobrak pintu yang di depannya. Tapi dia masih punya sopan santun dan dia masih ingat bahwa ini bukan rumahnya lain hal nya jika ini adalah rumahnya. Mungkin dia sudah menghancurkan pintu itu demi meluk Lysha.
"Jadi, kado itu buat gue? Bukan buat Jane" Lysha baru sadar bahwa selama ini dia salah paham. Salahkan Angelo yang tidak mau menjelaskan dan salahkan Lysha yang tidak mau bertanya. Intinya sama-sama salah.
"Jangan bilang selama ini lo ngira gue ngasih kado ke Jane?" Angelo pikir, Lysha marah kepadanya karena dia telat memberitahu kepindahannya. Ternyata,
"Emang iya. Orang sampai sekarang kadonya belum sampai"
"Itukan, salahnya Jane yang gak ngasih" Angelo masih sempat membela dirinya.
"Yang salah itu lo, kenapa harus ke Jane. Udah tau Jane nya suka sama lo. Kenapa gak langsung ke orang nya aja biar gak ada salah paham."
"Mana gue tau kalau Jane suka sama gue. Kalau gue tau, gak bakal gue minta bantuan dia." Angelo tidak sebodoh itu.
"Udalah, udah berlalu juga. Yang penting hubungan kita yang sekarang kan baik baik aja. Lo akan tetap jadi teman gue kok"
"Tapi, gue maunya..." lebih dari sekedar teman.
"Mau apa?"
"Mau makan. Gue udah lapar, di rumah lo ada makanan kan. Gue udah males pulang ke rumah, ntar keburu pingsan di tengah jalan." Angelo mencari kata-kata yang tepat, pas pula dia lagi lapar.
Lysha memutar bola matanya malas.
"Gaje banget jadi orang. Udah ayo!"Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan. "Beneran lo nangis waktu datang ke rumah gue?" Lysha belum percaya dengan cerita Angelo yang mengatakan bahwa dirinya menangis.
Angelo hanya menggangguk tidak jelas. "Yah tau gitu, gue buka aja deh pintu kamar, jarang jarang liat seorang Angelo Lorenzo Padilla nangis. Pasti lucu"
"Ceritanya lo mau ngejek gue ya?"
"Iya, kenapa emang? Lo ga-"
"Wah, ada Enzo? Sini-sini kita makan bareng"
"Bunda kok ada di rumah? Emang gak kerja?"
"Bunda mau istirahat, capek kalau kerja trus." Larissa juga ingin menikmati hidupnya.
"Oh, yaudah. Makan yuk, Lysha udah laper. Bunda masak apa?"
"Enzo kenapa jarang sih main ke sini? Udah lupa ya jalan ke rumah bunda?" Larissa menggandeng tangan Angelo menuju meja makan dan mengabaikan pertanyaan Lysha.
"Enggak kok Bun, akhir-akhir ini Angelo lagi sibuk." Angelo berkata dibarengi dengan senyum manis nya.
"Sok sibuk aja lo" Tukas Lysha.
"Yaudah, tapi harus sering-sering ya mampir kesini"
"Iya bun"
Lysha jadi berpikir, "Disini yang anak kandung bunda siapa sih. Masa mulai dari tadi Lysha gak dianggap"
Larissa tetap mengabaikannya dan malah asyik mengobrol dengan Angelo. Sedangkan Angelo sudah mati matian menahan tawanya.
Lysha menyantap makanan nya dengan rakus. Dengan sengaja dia mengetuk-etuk piringnya dengan sendok sehingga menimbulkan suara nyaring.
Larissa tetap tidak memperdulikan kelakuan Lysha lain hal nya dengan Angelo yang sudah senyam senyum gak jelas. Bak orang gila.
Vote nya jangan lupa
Eh, voment nya deh . Biar sekalian.Love you 😘😍
ilo_man3
KAMU SEDANG MEMBACA
Moody Girl
Teen Fiction"Coklat" Hal yang dapat mengubah suasana hati seseorang. Berawal dari seseorang dimasa lalu yang menjadikan coklat sebagai hadiah ulang tahun. Dan selalu memberinya dikala bersedih. "Coklat adalah pengubah moodku" ucapnya. Pernah terlintas di benak...