"BUNDA... KAK ARKAN...KAK ALEXIS... LYSHA JUARA SATU" Teriakan Lysha menggelar keseluruhan penjuru rumah. Gini nih kalau punya suara kayak toa masjid.
Alvian yang melihatnya hanya senyum. Dia sudah kebal melihat kelakuan Lysha saat pembagian rapot. Bahkan di mobil saja Lysha sudah berjingkrak-jikrak bak orang gila.
"Bisa ngak sih gak usah teriak teriak? Kamu pikir ini hutan?"
"Sorry kak Al- Aric?" Lysha jadi salah tingkah.
"Giliran ada Aldrick salting sendiri kan?"
"Udah pergi kemana suara toa nya sayang?" Larissa ikut menimpali.
Lysha tersenyum lebar.
"Aric kapan datang?" Lysha ikut duduk disebelah Alvian yang juga baru duduk."Baru aja." Lysha hanya ber-oh ria.
"Jangan bilang kalau Aric belum ke rumahnya sendiri."
"Iya, dia belum ke rumahnya. Dia kesini mau denger langsung, kalau kamu juara satu." Alexis tau apa yang sedang Lysha pikirkan.
"Serius?" Aldrick mengangguk pasti.
"Bunda sama ayah keatas dulu ya."
"Arkan juga mau pergi kok."
"Hm, gue ngak kerjaan. Gue disini aja." Alexis mendapat pelototan gratis dari Aldrick.
"Iya iya gue juga mau ke kamar. Bye."
Akhirnya, yang ada di ruang tamu hanya Lysha dan Aldrick. Tiba-tiba Lysha menjadi deg-degan. Ini seperti acara lamaran saja.
"Lo masih suka sama coklat kan?"
Lysha hanya tersenyum. Padahal kenyataannya, dia tidak terlalu menyukai coklat lagi. Lysha juga sudah sadar bahwa posisi coklat sudah tergantikan oleh Aldrick, mungkin.
"Ini gue bawa coklat. Eits, bukan berarti gue ngaku kalah ya." Aldrick masih saja mengingat tentang taruhan itu.
"Iya tau." Lysha merebutnya dari tangan Aldrick. Dia melihat betapa banyaknya jenis coklat. Tapi dia tidak berniat untuk mencicipinya.
"Bener jadi juara satu?"
"Iya dong. Lysha gitu."
"Motivasi dari mana biar niat banget pengen jadi juara satu?"
"Yah dari Aric lah. Eh? Ngak sih, pengen aja semester tiga ini jadi juara satu. Pengen ngalahin Angelo lagi." Lysha tidak melihat perubahan wajah Aldrick. Saat semester dua, Angelo jadi juara satu, Lysha juara dua dan Gaby juara tiga.
Semester tiga ini, Lysha yamg jadi juara satu, Angelo yang kedua dan Gaby yang ketiga.
"Nanti kalau udah lulus, mau kuliah dimana?" Aldrick tidak mau berlama-lama pada topik itu.
"Kuliah di deket dekat sini aja."
"Ngak mau ke luar negeri?"
"Ngak deh. Ngak mau jauh-jauh. Takut kangen lagi."
"Ohh. Gue pulang dulu ya. Mama udah nanya gue udah dimana."
"Iya. Makasih ya buat coklatnya."
🍫🍫🍫
Semenjak hari itu, Aldrick kembali seperti semula tidak pernah memberi Lysha kabar.
Lysha juga ngak terlalu memikirkannya. Padahal, sebelum Aldrick pergi lagi keluar negeri, Lysha ingin Aldrick mengajaknya jalan. Tapi tidak sama sekali. Bahkan Lysha tau kalau Aldrick udah pergi lagi, dari Alexis. Itupun, dia tau sehari setelah kepergian Aldrick.
"Huh,"
"Lo kenapa lagi? Ada masalah?"
"Ngak ada kok. Enzo, nanti antar gue pulang ya" Akhir-akhir ini Enzo selalu ada disaat Lysha membutuhkan bantuan.
"Makin lama, kalian makin dekat aja. Udah jadian belum?"
"Apaan sih, makin lama omongan lo suka ngaur ya By. Minta di sentil ya?"
"Enak aja."
"Kalian berdua bisa ngak sih, sehari aja ngak ribut. Hilang deh nafsu makan gue." Sebelum angakt bicara, Dion menelan bulat-bulat bakso yang ada di sendoknya.
"Suka-suka gue dong. Kalau lo sirik, itu ada Kenzo yang bisa lo ajak ribut."
"Idih, siapa juga yang sirik sama lo? Ogah kali."
"Ihh Dion lo- " Dion memasukkan dengan paksa bakso kedalam mulut Gaby, yang baru dia tusuk dengan garpu.
"Enak juga. Nambah lagi dong." Gaby merebut sendok yang berada di tangan Kenzo. Kenzo yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Seketika Dion menjauhkan mangkok bakso nya. "Enak aja, beli sana."
"Udah? Kalian ngak ada rencana gitu mau masuk kelas? Kita duluan ya. Bye." Lysha dan Angelo pergi meninggalkan mereka.
"Gue juga mau ikut..." Gaby berlari mengejar Lysha dan Angelo.
"Gue juga, gue masih mau hidup."
"Siapa juga yang mau mati. Gue juga deh. Ntar gue di telan hidup-hidup kalau telat satu menit." Pelajaran mereka selanjutnya adalah fisika. Yang membawakan pelajaran fisika pada kelas XI adalah pak Anto. Guru yang paling killer diantara semua guru.
Segini dulu ya.
Voment nya guys jangan lupa
ilo_man3
KAMU SEDANG MEMBACA
Moody Girl
Teen Fiction"Coklat" Hal yang dapat mengubah suasana hati seseorang. Berawal dari seseorang dimasa lalu yang menjadikan coklat sebagai hadiah ulang tahun. Dan selalu memberinya dikala bersedih. "Coklat adalah pengubah moodku" ucapnya. Pernah terlintas di benak...