Pekalongan, 14 Agustus 2020.
"Cit, alhamdulillah!" gadis yang dipanggil Citra itu mendongak, menatap pria yang matanya tak lepas dari layar laptop miliknya. Citra yang tengah mengunyah gigitan terakhir burger yang ia pesan langsung ia telan dan tersenyum sumringah.
"Demi apa, Yun?"
"Demi Allah! Lihat nih, kalau gak percaya!" Yunan menyodorkan laptopnya ke arah Citra, memperlihatkan jendela browser yang terpampang warna hijau beserta tulisan, 'Selamat, anda telah diterima di Universitas XXX di prodi Manajemen Bisnis.'
"Kyaaaaa!" tanpa pikir panjang Citra keluar dari tempat duduknya dan menyambar ke arah Yunan, memeluknya dengan perasaan bahagia. Begitupun Yunan, pria berlesung pipit itu juga tak henti-hentinya tersenyum sambil bersyukur dalam hati.
Tenang saja, mereka berdua sudah berpacaran dari SMP kelas 3. Dan, hubungan mereka sudah direstui oleh kedua orang tua. Jadi, tidak akan ada masalah jika berpelukan di depan umum seperti ini. Terlebih lagi Yunan sudah berencana untuk melamar Citra jika pendidikannya telah usai dan mendapat pekerjaan tetap.
"Yunan, kamu pinter banget siiiih. Aku bangga banget sama kamu tau ga," gelak Citra senang sambil mengacak-acak rambut pacarnya yang tebal dan hitam.
Yunan terkekeh manis, bahkan setelah 4 tahun berpacaran, Citra masih tidak kuat dengan senyuman Yunan yang memiliki damage ultimate max. "Yaiyalah, pacar siapa dulu coba."
Citra mencoba menyembunyikan blushing dan menatap ke arah meja, dia lalu menunjuk ke laptop Yunan. "Ah, ayo kita pulang trus kabarin Mamah. Pasti Mamah bakal seneng banget denger kamu diterima jalur SBMPTN!"
Yunan mengerjap, "Bener juga. Ayo pulang, aku anterin kamu sekalian."
"Okey dokey, honey."
Selama di perjalanan, Citra memeluk Yunan dari belakang dengan lembut. Citra selalu menyukai punggung Yunan yang lebar dan hangat. Dia sangat suka bersandar di sana dan tertidur dengan lelap. Baginya, punggung Yunan adalah tempat tidur pribadinya.
Yunan menggeser kaca spionnya dan melihat Citra yang terpejam karena saking nyamannya, pria itu tersenyum kecil, menatap gadisnya yang nampak sangat imut dan menggemaskan. "Makasih banyak ya, Cit."
"Hm?" Citra menggumam pelan.
"Kalau bukan karena kamu, aku gabakal bisa sampe kaya sekarang." Yunan memegang telapak tangan Citra yang berada di perutnya, dan mengusapnya pelan.
Citra justru makin keenakan dan membenamkan wajahnya di punggung Yunan. "Kamu ngomong apa sih, aku kan cuma bantuin kamu sedikit. Lagian semuanya tergantung usaha kamu, you are doing your best, sweetie. And i know you have right to deserve this."
Yunan tersenyum saja, Citra memang penyemangatnya sejak dulu. Citra yang mengulurkan tangan kepadanya saat ia sedang terpuruk dan Citra juga yang tidak pernah melepaskan genggaman itu darinya. Yunan sangat mencintai Citra melebihi dirinya.
Bucin?
Bukan, Yunan hanya merasa bahwa Citra adalah jodoh yang harus ia jaga dan kasihi.
"Tapi ..." tiba-tiba Citra bersuara, dari suaranya Yunan langsung tahu bahwa Citra tengah bimbang.
"Kenapa, sayang?"
"Yunan, kalau kamu jadi kuliah di Jogja, kita ... LDR dong."
Yunan tersentak. Apa yang baru saja diucapkan Citra memang benar adanya. Dia kuliah di Jogja sementara Citra mengambil swasta di Bandung. Mereka berdua akan terpisah selama 4 tahun lamanya.
"Apa hubungan kita ... bakal baik-baik saja ya?" Citra bergumam pelan lagi.
Yunan mengeratkan pegangannya pada tangan Citra, seolah menyuruhnya untuk jangan khawatir. "Mau selama apapun kita berpisah, aku gabakal ninggalin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR a.k.a Long Distance Relationshit
Genç Kurgu[follow dulu sebelum baca] Cinta sejati adalah cinta tak terlekang oleh ruang dan waktu. Bullshit! Cinta adalah omong kosong, ruang dan waktu adalah bukti dari omong kosong yang bernama cinta itu sendiri. Jika hubungan sudah merambah ranah LDR, maka...