Bagian 14- Amaranth

551 88 110
                                    

Kejadian waktu lalu di kantin membuat Luhan merengut sepanjang hari.

Sehun mengejarnya dengan kalimat maaf.

"Tidak sebelum kau menggantinya. Kau tahu aku miskin." Seloroh Luhan kemudian

Sehun meringis sambil menggaruk leher belakangnya dengan jari telunjuk. "Uhm.. Tidak begitu juga sayang..."

Wanita itu mendelik.

"Baiklah, baiklah kau ingin apa, hum?" tanya Sehun sambil mengimbangi cara berjalan Luhan.

"Uhm... Temani saja aku ketaman bermain hari minggu." Senyumnya terbit, Sehun disampingnya membalas senyum itu dan mengusap kepala wanitanya.

"Itu namanya kau meminta kencan sayang..." Godanya.

"Ia terserahmu saja. Taman bermain ya!?" Lalu Sehun mengamininya, memang apa yang tidak untuk Luhannya.

Minggu datang sesuai yang di inginkan Luhan. Keduanya lebih memilih bermain daripada bersiap menghadapi ujian kelulusan.

Keduanya dengan senang berjalan berdampingan, bergenggam tangan dan saling melempar senyum.

Luhan...

Wanita itu yang meminta ke taman bermain tapi ia tak sekalipun menaiki wahana.

Rollercoaster akan membuatnya muntah, komedi putar pun serupa.

Dia hanya berjalan dan menikmati jajanannya. Permen kapas adalah hal wajib.

"Ayo mengambil beberapa foto Sehun-ah... Siapa tahu ini menjadi terakhir kali kita bersama." Ajak Luhan dengan senyumnya

Sehun terpaku.

Dia tidak suka dengan kata terakhir yang Luhan ucapkan seakan mereka tak akan bertemu kembali.

Lelaki itu kemudian berhenti berjalan dan otomatis tangan Luhan yang digenggamnya tertarik sehingga wanita itu terbawa mundur satu langkah.

Luhan melihat kearah Sehun dengan raut bertanya, tapi tatapan lelaki itu tajam seolah marah.

"Kau kenapa?" tanya Luhan bingung.

"Jangan mengatakan hal aneh! Aku tak suka." nada bicaranya pelan tapi itu bermakna tegas

Luhan tersenyum. "Sehun dengar! Kita tak tahu kan apa yang akan terjadi di masa depan. Aku hanya bersiap." kemudian dia menarik tangan Sehun sedikit berlari dan mencari spot untuk berfoto

Sedang Sehun dibelakangnya penuh dengan kemelut.

Mereka sampai di taman dengan latar pemandangan yang indah.

Luhan mengarahkan ponselnya untuk mengambil foto selfie, dia sudah tersenyum dengan apik, gigi rapinya terlihat gemilang, tapi Sehun disampingnya terlihat tak minat.

"Sehun~~~ tersenyum!" Katanya sambil menari kedua sudut bibir lelaki itu.

Sehun kemudian menarik nafas, memandang sayang dan mengambil sejumput rambut wanitanya untuk ia sampirkan ke telinga.

Lelaki itu menuruti apa yang diinginkan Luhan. Tulus dan dengan senang hati tentu saja.

Setelah puas berforo bersama, Luhan secara sembunyi mengambil satu foto siluet Sehun  dari samping dengan latar senja.

Mengunggahnya di sosial media untuk pertama kalinya setelah mereka bersama.

Karena di waktu lalu dia tidak pernah berani untuk sekedar mengucap Sehun adalah miliknya tanpa alasan, apalagi memposting fotonya.

Sekarang dia leluasa.

Tulisan dibawah foto itu tertera "Apapun yang terjadi, aku tidak pernah menyesal berjuang dan berakhir bersamamu." dia tidak mengunggahnya secara permanen.

Shall We? (HUNHAN VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang