~DUA PULUH EMPAT~

17 2 0
                                    

"Ndy kamu jangan pergi dulu Ndy, kamu harus selesai kuliah kamu dulu. Tanggung Ndy tinggal setaun lagi" ujar Kinan memohon karena Kinan tau bahwa mengurus semua asetnya disana butuh waktu yang sangat lama, dan pasti Andy akan berhenti kuliah di tengah jalan.

Andy menghela nafas, ia takut jika harus membantah perkataan ibunya.

"Tapi ma-" ucap Andy yang terpotong karena suara batuk Tedy (papa nya), Tedy juga baru saja keluar dari kamar dan hendak menghampiri Kinan dan Andy.

"Kuliah kamu tinggal setahun kan Ndy? Kamu nggak nyesel kamu sudah kuliah bertahun-tahun dan kamu menelantarkan kuliah kamu padahal hanya tinggal setahun lagi kamu lulus, kamu nggak nyesel kalau kamu gagal raih gelar yang kamu impikan sejak kamu kecil?" Tanya Tedy yang membuat Andy tersadar akan mimpinya sejak kecil.

Andy merenung, ia memikirkan hal itu. Ia memikirkan antara kuliah dengan ambisinya, karena ucapan yang dilontarkan mantan kekasihnya ia terpacu untuk segera mengurus aset tanpa berpikir panjang. Ia sadar bahwa sebenarnya ambisi yang tertanam dalam benaknya hanyalah sebuah emosi karena ucapan gadis matrealistis itu, ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya karena gagal meraih gelar yang ia impikan.

Andy memilih untuk masuk ke kamarnya, ia ingin merenungi semua nasibnya. Ia mulai berpikir jauh kedepan, memang sayang bila gelar sarjananya hilang karena ambisinya, namun ia juga tak bisa membiarkan keluarganya hidup seperti ini terus-terusan. Dengan ke Bali setidaknya Andy bisa mengubah nasibnya dan juga kelurganya, ia kasihan melihat orang tuanya. Apalagi pendidikan Lena masih panjang, Tedy juga sudah tidak muda lagi. Itu juga salah satu penyebab Andy ingin segera mengurus dan mengembangkan resto pemberian Tedy sewaktu ia kecil.

Andy menaruh kopernya di pinggir lemari, hatinya resah dan tak bisa memutuskan permasalahannya saat ini.

***

Esa dan Lena baru saja sampai di parkiran sekolah, tepatnya sekarang Esa sedang memarkirkan motornya. Lena menunggu Esa memarkirkan motornya, gadis itu berdiri tak jauh dari Esa.

Saat Esa selesai memarkirkan motornya, ada seorang lelaki yang memanggil Esa. Lelaki itu membuka helmnya, dan menghampiri Esa.

"Wih ada Lena juga nih" ucap Randy kepada Lena.

Lena hanya tersenyum menanggapinya

"Ya kan emang biasanya gitu kan?" Tanya Esa kepada Randy, dengan bersamaan tangan Esa merangkul pundak Lena.

Mereka bertiga berjalan bersamaan memasuki sekolah, belum sampai kelas mereka telah mendapat banyak ocehan yang tidak mengenakan hati.

"Lu tau nggak anak IPA 4 ada yang ormisru?" Ucap salah seorang cewe yang sedang berjalan di dekat mereka bertiga.

"Hah? Ormisru?" Sahut temannya.

"Orang miskin baru" jawab cewe tadi yang di sambut tawaan yang sangat terbahak oleh sekumpulan cewe yang ada disana.

Lena merasa bahwa yang sedang diomongkan anak IPS adalah dirinya, ia sama sekali tak kenal dengan anak IPS. Lena yang merasa sedang di perolok oleh sekumpulan cewe hanya bisa menunduk dan diam, Esa yang melihat gadis nya di perolok menatap sinis sekumpulan cewe yang memperolok gadisnya. Randy pun ikut menatap sinis ke arah sekelompok cewe yang sedang gosipin Lena.

Esa merangkul gadisnya, lalu membawa nya agar berjalan lebih cepat. Saat sampai di pertigaan menuju lorong, Randy berbelok ke kanan sedangkan Esa dan Lena masih berjalan lurus. Esa berjalan bersama Lena menyusuri lorong, saat mereka akan melewati mading terlihat sekelompok cewe yang sedang mengumpul dan memenuhi mading. Saat dua sejoli itu melewati mading, banyak sorot mata yang menatap Lena seperti tidak suka. Bahkan banyak yang menyindir dan mencibir Lena.

Esa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang