Kebohongan

468 33 0
                                    

Happy reading~~

"Cara menghadapi pelakor harus santai, tidak boleh pake emosi, itu hanya akan buat kamu menghabiskan air mata dan tenaga secara percuma. Sedangkan Sang penggoda senang atas penderitaanmu."
      Alma Amelia

             🍁🍁🍁🍁🍁

"Mas, Amel, sarapannya udah siap. Ayo turun!" teriakku kepada suami dan anakku.

Mereka turun. Suamiku terlihat buru-buru sekali. Sedangkan Amel duduk di kursi makan dan mengambil roti bakar.

"Sarapan dulu, Mas!"

"Mas, gak bisa sarapan. Mas buru-buru ada meeting," ucapnya. Aku hanya menghela nafas berat.

"Sayang , jangan gitu dong ini juga demi keluarga kita loh," timpalnya lagi dengan menyolek-nyolek pipiku.

"Kenapa sih malah mesra-mesraan di depan jomblo," ucap Amel sambil cemberut. Aku yang mendengarnya malah terkekeh pelan, Amel selalu saja begitu.

"Amel berangkat dulu sama sopir, gapapa kan?" tanya Mas Rizal. Amel hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.

Wah ada yang tidak beres.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya, " pamitnya. Kemudian dia mencium keningku.

 
\\*
 

Setelah Amel berangkat sekolah,aku buru-buru ganti baju dengan menggunakan Jaket dan topi untuk melakukan penyamaran, tidak lupa juga membawa teropong.

Aku buru-buru menuju rumah si Mak Lampir. Sesampainya di rumah Mak Lampir aku melihat mobil Mas Rizal terparkir di halaman rumah Mak Lampir.

Sialan aku dibohongi lagi.

Oh jadi ini acara meetingmu, Mas, di rumah si Mak lampir.

Aku sembunyi di belakang pohon yang ada di depan rumahnya si Mak Lampir. Aku harus menajamkan pendengaranku.

Aku terus melihat ke dalam rumah si Mak Lampir menggunakan teropongku. Aku bisa melihat di sana Mas Rizal sedang duduk di sofa dan di sebelahnya ada si Mak Lampir. Mereka duduk saling berdampingan dan tidak ada jarak sedikitpun.

Inginku berlari terus menarik si Mak Lampir ke jurang biar tidak genit dengan suamiku, tapi sayang aku masih punya pikiran sehat untuk tidak melakukannya.

Si Mak Lampir memeluk lengan suamiku dan terlihat manja.

Cih dasar siluman ular!

Muka si Mak Lampir terlihat sedikit pucat. Itu pasti gara-gara bolak-balik ke wc terus. Mantapkan hadiahku.

"Mas, kapan kamu ninggalin dia?" tanya si Mak Lampir dengan nada di imut-imutkan. Aku yang mendengarnya muak. Berani banget dia seperti itu, menyuruh Mas Rizal untuk meninggalkanku.

"Sabar, Sayang," sahut Mas Rizal sambil mengusap kepala si Mak Lampit pelan.

Aku yang melihatnya pengen banget ngejambak itu rambut.

Dasar pelakor tidak tau diri.

Lihat saja akan aku kasih kejutan kalian berdua.

Masih Rizal berdiri, dan berpamitan untuk pergi ke kantor. Di sana Mak Lampir terlihat enggan di tinggalkan. Terus merengek minta di temenin. Tapi suamiku itu terus membujuknya, sampai akhirnya si Mak Lampir mengiyakan walaupun muka masih ditekuk. Sedikit tidak ikhlas.

Cih, aku saja yang istri sahnya tidak pernah seperti itu.

Setelah Mas Rizal pergi. Aku buru-buru mampir ke rumahnya si Mak Lampir.

Si Mak Lampir yang melihatku mukanya tambah pucat pasi.

"Eh Laras, siapa tadi yang berkunjung ke rumahmu? pasti pacarmu, ya?" tanyaku diselingi  kekehan pelan untuk membuatnya tidak curiga,bahwa aku telah mengintipnya bermesraan dengan suamiku.

"Iya," jawabnya dengan malu-malu.

Idih so malu-malu, dasar siluman!!

"Wah, Kenalin dong pacarnya, " godaku. Dia semakin salah tingkah

"Iya kapan-kapan deh, Al,"ucapnya dengan rona merah diwajahnya. Aku hanya tersenyum kecut, dia tidak pernah merasa tersindir sedikitpun.

"Yaudah, aku pamit dulu ya."

"Eh, gak mau masuk dulu, Al?" tanyanya. Aku hanya menggeleng dan tersenyum.

Kejutan apalagi yang harus aku berikan untuk mereka.

               🍁🍁🍁🍁🍁

Bagaimana part ini? Dan kejutan apa yg akan diberikan Alma untuk Laras dan Rizal? Tungguin terus kelanjutannya dipart selanjutnya.

Jangan lupa like, coment dan krisar ya, buat tambah semangat nulisnya.

Bukan PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang