Aku tak pernah berniat untuk menyakiti istriku, aku sungguh mencintai Alma tapi keadaan yang memaksaku untuk menyakitinya. Aku terpaksa melakukan ini semua karena Laras adalah seorang spychopath. Aku takut Laras menyakiti keluargaku seperti dulu, dia sengaja menabrak Amel, untungnya Amel saat itu tak kenapa-napa hanya sedikit lecet dibagian lutut. Aku marah dan memaki Laras. Tapi Laras malah mengamcamku dan akan melakukan lebih dari itu, Laras adalah orang yang nekad untuk melakukan segala cara supaya dapat mendapatkan aku. Sebut aja aku adalah laki-laki yang pengecut.
Aku berjalan dengan perasaan emosi setelah mendengar permintaan Alma yang ingin bercerai denganku. Dia tak mengerti perasaanku yang sebenarnya. Tapi aku juga belum bisa ngasih tahu apa yang sebanarnya terjadi. Aku terlalu pengecut untuk jujur pada Alma. Hatiku bimbang apakah harus jujur atau terus berbohong seperti ini. Tapi aku takut semuanya semakin kacau, apalagi anakku Amel sudah membenciku.
Aku terus berjalan, tujuan aku sekarang adalah rumah Laras. Sesampainya di rumah Laras aku langsung mengetuk pintu rumah dengan tidak sabaran, aku benar-benar frustasi dengan masalah yang terus datang untukku dan aku tak bisa membendung lagi emosiku.
Laras membuka pintu rumahnya dengan senyum merekah, aku langsung saja menyeretnya ke dalam. Dia terus aja meringis kesakitan tapi aku tak peduli. Aku sudah muak dengan semuanya.
"Mas, lepasin, sakit," rintihnya. Aku langsung saja menghempaskan tangannya cukup kencang. Dia terhuyung ke belakang, dan memandangku dengan tajam, tapi aku tak peduli.
"Kamu kenapa sih, Mas?" tanyanya dengan pandangan bingung. Aku diam saja. Laras terus mendekat ke arahku, dan berusaha memegang tanganku tapi ku tepis. Laras semakin bingung dengan tingkahku.
Kucengkeram rahangnya cukup keras, Laras meringis kesakitan, cengkeramanku semakin kuat.
"Kamu puas sudah menghancurkan keluargaku, hah?" tanyaku geram masih mengcengkeram rahangnya kuat.
"Alma meminta cerai kepadaku, itu semua karena kamu!" bentaku sambil menghempaskan cengkeramanku.
Laras terhuyung beberapa saat ke belakang, kemudian tertawa keras.
Dasar perempuan gila.
"Bagus dong," ucapnya sambil terus tertawa. Aku memandangnya tajam.
"Kita bisa langsung menikah dan hidup bahagia tanpa harus ada istri dan anakmu lagi," lanjutnya.
Aku menggelengkan kepalaku tak percaya, kenapa aku harus terjebak dengan wanita gila seperti Laras.
"Kamu gila, Laras," sahutku tajam. Dia tertawa sumbang.
"Ya, aku emang gila karenamu, Mas. Kamu tau aku sudah mencintaimu semenjak kita SMA tapi si Alma langsung merebutmu, aku tak suka. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu," lirihnya, kemudian dia tertawa keras.
"Tapi aku mau mengakhiri semuanya, aku tak mau kehilangan Alma dan Amel," jelasku. Laras melotot mendengar perkataanku.
"Aku tak mau!" tolaknya sambil memangis.
"Aku tak peduli," jawabku sekenanya. Dia menggeram marah dan langsung saja melempar barang-barang yang ada di dekatnya.
"Kalau kamu melakukan itu semua, aku akan menghancurkan keluargamu, Mas!" ancamnya sambil terus menangis histeris.
Aku menghela napas, kemudian pergi dari rumah Laras begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun, meninggalkan Laras yang terus saja menangis histeris. Aku tak peduli.
Untukmu Alma, kasih aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pelakor
Teen FictionTak ada yang senang saat hadir orang ketiga dalam rumah tangga. Alma Amelia harus menyaksikan perselingkuhan Sang Suami dengan sahabatnya sendiri, malah Ibu mertua mendukung kelakuan bejad anaknya. Alma masih bertahan dalam renggang rumah tangganya...