Sampah!

448 23 1
                                    

"Hasil rebutan aja kok, bangga. Kelihatan banget engga lakunya."
-Alma-

Happy reading

Aku menatap ke arah si Mak Lampir dengan tajam. Tapi dasarnya si Mak Lampir yang tidak tau malu, dia mengabaikan tatapan tajamku. Dia terus saja tertawa bersama Ibu mertuaku.

Tadi pagi si Mak Lampir datang ke rumahku, dia membawa sarapan pagi untuk kami, dan yang bikin tambah kesel Ibu mertuaku menyambutnya dengan hangat, berbeda saat bersamaku tatapan sinis yang selalu dia berikan.

"Kalau Rizal belum menikah, mau Ibu nikahkan dengan kamu, Ras," ucap Ibu mertuaku seenaknya. Laras yang dapat dukungan dari Nenek gayung tersenyum mengejek ke arahku.

"Kamu itu udah pinter masak, cantik lagi," puji Ibu mertuaku kepada Laras, aku yang mendengarnya hanya bisa meremas sendok yang aku pegang.

"Amel mau kan, kalau Tante Laras jadi Bunda Amel juga?" tanya Laras ke arah Amel. Amel hanya melirik sebentar terus fokus lagi ke makanan yang sedang dia santap.

"Bunda Amel hanya satu yaitu Bunda Alma," ketus Amel. Si Mak Lampir yang dapat jawaban seperti itu dari Amel hanya mengatupkan bibirnya, mungkin malu.

Aku menahan tawa, Mampus kau Mak Lampir.

"Tapi kan, kalau Ayahmu menikah lagi gapapa kok," timpal Ibu mertuaku mengkompor-kompori.

Aku menunduk tak tahu harus merespon seperti apa kelakuan Ibu mertuaku yang selalu mendukung si Mak Lampir. Katanya calon mantu idaman.

Amel menyimpan sendoknya, kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiriku. Dia memelukku.

"Jangan nangis karena kalah dari pelakor ya, Bun," bisiknya. Aku hanya mengangguk.

"Amel berangkat dulu," pamit Amel

*********

"Ibu, mau kamu izinin Rizal menikah lagi," ucap Ibu mertuaku. Aku hanya menatapnya tak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.

Ibu macam apa, yang menyuruhnya menikah lagi?

Saat ini kami sedang berada di ruang tamu. Mas Rizal duduk di sampingku, lelaki itu sedari tadi hanya diam saja tak melakukan penolakan apapun, sedangkan si Mak Lampir duduk di samping Ibu mertuaku.

"Alma tidak mau di madu, Bu," tegasku. Ibu mertuaku menatapku tajam.

"Tapi, Ibu mau Laras jadi menantu Ibu," bentaknya. Aku melirik ke arah Mas Rizal. Dia masih saja bungkam tidak melakukan pembelaan terhadapku.

"Kenapa Laras tidak dinikahkan saja dengan Bapak?" tanyaku. Ibu mertuaku menatap aku dengan sorot tajam, aku membalas tatapan tajamnya.

"Kurang ajar ya, kamu!" hardiknya sambil menampar pipiku. Aku yang dapat perlakuan seperti itu hanya tersenyum miris.

"Stop, Bu!" larang Mas Rizal.

"Aku tidak akan pernah melakukan poligami dalam pernikahanku," lanjutnya. Aku tersenyum puas, Ibu mertuaku menatap Mas Rizal tajam, sedangkan si Mak Lampir hampir menangis mendengar ucapan Mas Rizal.

"Dan tolong, Ibu jangan ikut campur urusan rumah tanggaku," pungkas Mas Rizal

"Kamu berani sama Ibu?"

"Bukan seperti itu, Bu."

Ibu mertuaku pergi begitu saja dari hadapan kami.

********

"Kamu tidak mau menikahiku, Mas?"

"Mau."

"Tapi kamu tadi bilang tidak akan melakukan poligami."

"Itu hanya untuk menipu Alma, sayang, " ucap Mas Rizal sambil membelai wajah Laras dengan lembut.

"Benaran?"

"Iya, sayang," ucap Mas Rizal sambil memeluk Laras

Aku yang tak sengaja mendengar percakapan mereka, air mataku turun begitu saja, hatiku sakit untuk kesekian kalinya.

Baru saja aku percaya dengan ucapanmu tadi, Mas. Tapi kamu sudah meluruhkan seluruh kepercayaanku.

Haruskah aku bertahan?

******

Cast pemain

            Cast Rizal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast Rizal

            Cast Rizal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast Alma

            Cast Laras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast Laras

Tbc

Bukan PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang