13: Brother

1.1K 130 4
                                    

"Sehari hari begini? Sasu terus yang ngerjain pekerjaan di rumah?" Ketus, dingin, tajam. Itachi Uchiha, selaku kakak dari Sasuke bertanya pada penghuni rumah Uzumaki yang beranggotakan dua orang- tambahan dirinya yang berkunjung dan bukan merupakan penghuni tetap.

"Enggak, kita bagi tugas sama rata." -ucapan Sasuke yang itu bohong. Memang ada pembagian tugas tapi tidak sama rata, ia lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah karena dirinya lebih pandai melakukannya dibanding Naruto.

"Kalau begitu kenapa Naruto duduk duduk diam saja waktu kamu ngepel rumah begini? Ngapain gitu kek." Sindir Itachi sadis melebihi ayah nya Sasuke.

Naruto hanya mampu tersenyum kecut.

Hari itu rabu, hari ketiga di golden week serta hari kedua kakak dari Sasuke- Itachi Uchiha menginap di kediaman Uzumaki. Alasannya sederhana, katanya ia ingin mengamati kehidupan rumah tangga adik tercintanya untuk refreshing. Cuih, Naruto juga tahu bukan itu alasan sebenarnya, Itachi hanya senang menjahili dirinya dan bermanja pada adiknya.

Namun apalah daya, Naruto bagai hanya remah biskuit di hadapan keluarga Uchiha yang terutama Itachi. Ia tak memiliki kekuatan untuk melawan-- oh ralat, sebenarnya ada, hanya saja ia tak mau memulai perdebatan dengan keluarga Uchiha yang terkenal jenius. Naruto sudah menyerah sebelum berperang, lebih baik cari aman saja katanya.

"A-anu kak Itachi, sebenarnya Sasuke yang lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah. Aku cuma mengerjakan yang mudah mudah saja." Naruto mengaku sambil menggaruk tengkuknya canggung. Sejak tadi posisi duduknya di kursi sudah seperti orang yang memiliki bisul di pantat saja-- pokoknya terlihat sama sekali tidak nyaman.

Setelah mengecap rasa manis dari teh yang berada di cangkir, Itachi mendengus remeh "Santai saja Naruto, aku hanya bertanya tadi." O'ow rupanya posisi duduk tak nyaman Naruto tak luput dari mata tajamnya

Ya kak Itachi nanya nya kaya nyindir gitu yang mana aku bisa santai-batin Naruto

"Sasuke, pekerjakan suami mu lebih banyak juga. Kalian ini kan sama sama bekerja di kantor, sama sama sibuk juga pasti, masa cuma kamu yang kerjanya paling banyak? Biarkan Naruto belajar." Ucap Itachi sambil memperhatikan adiknya yang sudah selesai mengepel lantai

"Aku juga tidak bisa memaksakan Naruto, kalau dia tidak bisa ya mana bisa kupaksa." Naruto ingin menangis sambil memeluk Sasuke erat saja rasanya begitu mendengar kalimat yang dilontarkan dengan manis dari mulut sang suami tercinta.

Itachi menghela nafas. "Ya sudah, kakak hanya memberi saran. Bagaimana pekerjaanmu di kantor?"

Sasuke tersenyum tipis sambil mendudukan diri di sofa yang berhadapan dengan Itachi. "Pekerjaanku lancar, aku juga menikmatinya. Meski pasti ada saat saat menyibukkan tapi aku tidak terlalu ambil pusing."

Itachi mengangguk angguk sambil tersenyum puas, lalu pandangannya beralih pada Naruto. "Bagaimana pekerjaanmu, Naruto?"

Naruto yang terkesiap dengan cepat membetulkan posisi duduknya dan berdehem "Ehmm baik baik saja. Minggu kemarin ada sedikit masalah di divisi ku, tapi kami bisa membereskannya dengan baik. Pekerjaan kak Itachi sendiri bagaimana?"

Itachi mengangguk angguk kecil lalu menjawab. "Lancar sekali. Walau yah...kadang jadwal ku padat nya terlalu padat, aku bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama keluarga adikku di golden week sekarang."

Naruto lalu mengangguk dan Sasuke hanya balas mendengus

"Ngomong ngomong, adikku, kau semakin pandai memasak ya sekarang?" Itachi tersenyum tipis pada adiknya

"Lumayan, memasak tidak sesulit yang aku kira." Itachi lalu balas tertawa kecil, "Ahh ya, aku juga hanya memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk menguasai keterampilan memasakku."

Naruto tersenyum kecut, keluarga Uchiha memang menakutkan. Ahh mendadak Naruto berpikir mungkin ada baiknya jika saat menikah dulu ia masuk ke marga Sasuke saja- biar terbawa keren gitu

"Kak."

Itachi yang semula sedang meminum teh mendadak berhenti melakukannya ketika adiknya tumben tumbenan memanggilnya dengan nada yang sedikit berbeda dari biasanya. "Ya, Sasuke?"

"Cari gandengan sana."

Naruto tersedak kue kering yang sedang dimakannya akibat menahan tawa karena pertanyaan dari Sasuke pada Itachi tersebut. Tadinya ia ketar ketir sendiri takut suaminya bicara macam macam pada Itachi

Itachi menghela nafas pelan, di tatapnya adik laki laki kesayangan nya dan suami dari adik laki lakinya yang sedang terbatuk batuk. "Memangnya kenapa Sasuke? Belakangan ini kamu rajin sekali menyuruh kakak cari gandengan. Kamu kan tahu sendiri kakak sedang tidak berminat membuka hati kepada siapapun selain pada adikku ini."

Sasuke berdecak kesal, "Aku paham maksud dari perkataanmu meski jujur itu terdengar menjijikan. Aku hanya mengkhawatirkan mu Itachi, sudah kepala tiga tapi gandengan belum ada."

Naruto berdehem pelan, diam diam mendukung perkataan suaminya. "Sasuke benar kak Itachi, di usia kakak yang ke tiga puluh tiga ini masih berniat menyendiri saja kak? Kudengar mama Mikoto sudah menantikan cucu dari kak Itachi."

Itachi terbahak pelan

"Astaga, adik laki lakiku dan suaminya bersekongkol memaksaku mencari gandengan. Lagipula... Ibu bisa meminta pada kalian yang sudah menikah saja kan kalau soal cucu? Kenapa harus aku?" tanya pemuda tampan bersurai panjang tersebut seraya menutup wajahnya-menahan tawa.

"Jujur saja, sebenarnya aku juga mengkhawatirkan suamiku. Dia ini kemarin mengeluh karena kau berniat datang kemari, kami berdua ini belakangan jarang memiliki quality time berdua karena kesibukan pekerjaan di kantor dan kau mendadak ingin datang saja- menginap pula." Sungut Sasuke kesal sambil tangannya melipat di depan dada- pose angkuh andalannya.

Naruto ketar ketir di tempat karena tatapan Itachi kini melayang padanya-- ah, kenapa suaminya yang manis itu harus terang terangan memberitahu kekecewaannya perihal kedatangan Itachi sih? Kan dia jadi takut akan di cincang kakak iparnya tersebut.

Itachi yang semula menatap Naruto tajam lalu mulai tertawa kecil sambil memegang perutnya, "Naruto-kun, kau hebat sekali sampai membuat adikku mengkhawatirkanmu. Ahh, jahatnya kalian...mengusirku yang sendirian dan berdebu ini."

"Tidak ada yang berniat mengusirmu, aku hanya kesal." ucap Sasuke lagi

Itachi mengangguk angguk, "Baik baik, kurasa aku akan mempertimbangkan saran kalian untuk mencari gandengan. Ibu dan ayah sudah tidak menasehatiku lagi, mungkin karena lelah- tapi kalian berani sekali memerintahku demi mendapatkan quality time kalian ya."

Sasuke tersenyum tipis, "Aku mengharapkan yang terbaik untukmu, kak. Selalu."

Itachi lalu tersenyum dan mengangguk.

Ahhh, adiknya yang manis sudah dewasa sekarang, sudah menjadi milik orang lain juga. Itachi rasa sudah sewajarnya ia mengkhawatirkan hidupnya sendiri daripada terus mengawasi rumah tangga adiknya

Adik manisnya sudah bahagia, jadi sekarang ia juga harus mencari kebahagiannya sendiri.

"Eh tapi, kalian kalau mau melakukan sesuatu boleh boleh saja kok. Nanti kakak tinggal pura pura tidak dengar."

"Berisik! Cari gandengan sana!

Dan sekarang Itachi harus bersiap karena jika ia menjahili adiknya ia yakin tanggapan adiknya akan menjadi 'cari gandengan sana!'

13: Brother -END

-Chochojjinie

SUNNY | Naru•Sasu [Sequel Childhood Memories]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang