Sudah hampir pagi saat Mitha terbangun. Matanya dengan awas segera menemukan sesosok tubuh di ujung ranjang. Tertelungkup tak bergerak seperti orang mati. Teringat kembali kejadian semalam. Saat pulang dari latihan menari. Lama ia menunggu Rendra. Bahkan sudah menelepon dan mengirim pesan berkali-kali. Sayang tak ada jawaban. Sampai kemudian sebuah mobil jenis van berhenti di depannya.
Belum sempat berteriak, beberapa pria berwajah seram menariknya masuk dengan paksa. Kemudian menutup mulutnya dengan kain, setelah itu ia tak ingat apa-apa lagi. Saat terbangun, ia sudah ada di kamar Jordy.
Bayangan laki-laki bertampang menyeramkan itu kembali melintas. Ia benar-benar takut. Apakah mereka masih ada disekitarnya? Apakah ia bisa ke luar dari sini?
Perlahan gadis itu mencoba mendekati Jordy yang terlihat terlalu tenang untuk ukuran orang tidur. Perlahan disentuhnya pipi pria itu, terasa dingin. Diletakkannya jari didekat hidung pria itu. Tidak ada gerakan nafas. Penuh rasa takut, Mitha berteriak.
"Aaa—"
Bagaimana ini bisa terjadi? Ia terkunci bersama mayat laki-laki yang sama sekali tidak ia ketahui identitas selain nama? Ponselnya pasti tertinggal bersama tasnya di mobil. Bagaimana cara agar orang lain tahu?
Namun ketakutannya segera berubah, saat bibir itu tiba-tiba menyungging senyum.
"Lo kenapa? Takut?" Suara itu terdengar lemah. Matanya terbuka perlahan.
"Jangan main-main Jordy. Nggak ada ponsel siapapun di sini. Dan gue nggak tahu harus menghubungi siapa kalau lo beneran mati."
"Kalau gue masih bangun, artinya ini belum waktunya. Ada tombol alarm di apartemen ini. Nanti gue akan kasih tahu elo di mana tempatnya. Kalau gue beritahu sekarang. Pasti lo bakal kabur."
Perlahan tubuh lunglai pria itu bangkit. Berjalan tertatih menuju pintu.
"Lo mau ke mana?"
"Ke dapur, lo belum sarapan kan?"
"Lo yakin? Jalan aja kelihatan susah."
"Lo khawatir sama gue?"
"Gue mau pulang." Mitha tidak mempedulikan pertanyaan itu.
"Nanti sore."
"Mas Awa pasti panik banget. Gue nggak pernah nggak pulang."
"Mungkin dia takut kalau gue bakalan nyelakain elo. Minimal merkosa." jawab Jordy enteng.
"Jangan sembarangan ngomong."
"Birawa dari tadi malam sudah keliling Jakarta. Dia sama Karen nyariin lo."
Kembali Mitha memejamkan matanya. Sayang saat mata itu terbuka, tubuh pria itu sudah ke luar dari ruangan. Bergegas ia mengikuti.
"Maksud lo nyulik gue sebenernya buat apa sih?"
Kali ini langkah Jordy terhenti.
"Cuma mau ngelihat elo kalau lagi tidur. Ileran nggak."
"Lo pasti bohong. Serius bisa nggak sih?"
"Jadi gue harus jawab apa? Kalau menurut lo, gue mau perkosa elo. Udah pasti jawabannya salah. Karena seumur hidup gue nggak akan lakukan itu ke elo."
Kembali langkah kaki panjang itu meninggalkan Mitha.
"Tolong, kasihan mas gue. Apalagi Rendra, dia pasti udah dimarahin abis-abisan."
"Sore nanti gue antar lo pulang. Sebelum dua puluh empat jam. Jadi nggak ada alasan kalau Awa akan lapor polisi. Dia juga boleh visum elo, karena kita nggak ngapa-ngapain kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK SELAMANYA INDAH / END
RomanceTentang cinta empat orang kakak beradik. Bagaimana cinta kadang pahit diawal. Namun manis diakhir. Atau kadang sebaliknya.