Dua puluh empat jam kemudian
Seorang perempuan berambut panjang keemasan dengan wajah sempurna mengerut kening. Sementara seseorang tengah merawat kuku kakinya.
"Dia buat masalah apalagi kali ini,Lu?"
"Menculik penari yang biasa di stalker-nya. Kakak laki-laki gadis itu melaporkan ke polisi."
Perempuan cantik itu mengibaskan tangan ke udara sambil menggelengkan kepala. Ini bukan yang pertama kali Jordy bertingkah aneh, bahkan sudah kesekian kali. Meski memang akhir-akhir ini kenakalan itu jauh berkurang.
"Sudah dia apakan perempuan itu? Anak siapa?"
"Belum ada visum, Anak Pak Radyatama. CEO baru sebuah perusahaan telekomunikasi."
Perempuan itu terdiam sejenak. Seolah berpikir keras sampai kemudian ia tersenyum.
"Oh saya ingat, yang baru bercerai dan langsung menikah dengan selingkuhannya itu? Yang mantan istrinya juga suka sama berondong? Keluarga yang nggak jelas!"
Kini tatapan itu terlihat seperti melecehkan.
"Kenapa sih Jordy tertarik sama perempuan seperti itu? Apa nggak ada yang lain? Keluarganya saja penuh masalah. Pastikan mereka tutup mulut pada media. Beri penawaran melalui pengacara saya. Kalaupun mereka tidak butuh uang, setidaknya Jordy butuh perlindungan hukum. Jangan sampai ketahuan. Ingat!"
"Baik, Bu"
"Ada masalah lain? Kegiatan saya selanjutnya apa?"
"Tidak ada, Bu. Ada undangan dari sebuah balai lelang. Ini tentang lukisan Raden Saleh yang sudah lama ibu inginkan."
Tiba-tiba mood perempuan itu terlihat membaik.
"Wow, kapan diadakan?"
"Jumat malam, mereka membuka penawaran di 200 ribu euro."
"Baik, saya harus mendapatkanya. Untuk melengkapi koleksi di rumah. Ingatkan saya dua jam sebelumnya. Jangan sampai keduluan sama kolektor prancis itu. Ada yang lain?"
"Tidak ada, Bu."
"Kamu boleh keluar sekarang. Oh ya, suami saya di mana?"
"Sedang bermain golf dengan wakil presiden. Menurut asisten beliau sekalian membicarakan proyek perumahan murah yang diincar bapak."
"Ya sudah, kamu boleh keluar. Jangan lupa makan siang saya."
Asisten bernama Lulu itu segera ke luar dari ruangan. Sementara sang nyonya kembali membuka sebuah situs rumah mode di Paris yang tengah menayangkan pagelaran busana musim semi secara langsung. Ia sudah mendapat undangan untuk menyaksikan secara virtual, dan tentu saja tidak ingin ketinggalan.
***
Seseorang berpakaian mahal tiba-tiba muncul di dapan Birawa. Sosok yang sebenarnya terlihat sangat kebapakan.
"Selamat siang. Saya dari Reinhard Sitompul dan rekan. Pengacara dari keluarga Subiantoro. Apa saya bisa bertemu dengan Mitha dan Birawa Radhyatama?"
Birawa yang tengah membuka pintu menatap marah. Ia menebak sepak terjang keluarga Jordy tersebut.
"Saya sendiri, ada yang bisa saya bantu?"
"Bisa kita bicara sebentar?"
Kembali laki-laki muda tersebut terpaksa mengangguk dan mempersilahkan tamunya duduk.
"Saya memang wakil keluarga Subiantoro, namun dalam kasus ini saya juga turut bersimpati. Saya punya anak perempuan yang seusia Mitha di rumah. Apakah bisa kita melibatkan dia dalam pembicaraan kali ini?" tanya pria itu dengan nada lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK SELAMANYA INDAH / END
RomanceTentang cinta empat orang kakak beradik. Bagaimana cinta kadang pahit diawal. Namun manis diakhir. Atau kadang sebaliknya.