***
Mitha baru saja menaruh selai pada rotinya saat aku memasuki ruang makan.
"Mas Awa sarapan nasi?" tanya Mbak Warti.
"Iya mbak, pakai telur sama sosis saja." jawabku sambil duduk di depannya. Menatap Mitha lekat kemudian bertanya.
"Kamu kemana aja sama Jordy? Rendra bilang jarang minta dijemput sekarang."
"Iya, Jordy sekarang yang jemput kan kampus kita nggak jauh."
"Kamu nggak diapa-apain sama dia kan?"
"Diapa-apain, maksudnya?"
"Kamu ngertilah maksud mas. Kamu itu perempuan, dan Jordy sakit. Jangan sampai kebablasan."
"Maksud mas apa sih? Aku nggak akan melakukan hal yang kayak gitu." Bantah Mitha.
Aku menghembuskan nafas kesal. Mencoba mencari kalimat paling bijaksana. Paham kalau adikku sedang jatuh cinta.
"Mas cuma mengingatkan. Kamu sudha besar tapi belum menikah, jadi masih tanggung jawabku. Jangan buat aneh-aneh diluar sana. Jangan bikin malu dan jadi bahan omongan orang. Sudah cukup papi sama mami yang selalu diomongin. Mas nggak larang kamu mau dekat dengan siapa, tapi pikirin masa depan juga. Kalian masih muda, jangan terjebak sama sesuatu yang bisa bikin hidup kalian hancur. nantinya."
"Iya, mas." Jawab Mitha lemah.
"Satu lagi, dekat dengan Jordy bukan berarti kamu boleh minta-minta sama dia. Mas nggak pernah ngajarin kamu dan Rendra jadi pengemis. Kita memang lagi susah, tapi bukan berarti kelaparan. Kalau mau hidup enak, nanti, setelah kamu kerja. Ingat pesan mas."
Mitha hanya mengiyakan. Tak lama Rendra memasuki ruang makan, tubuhnya penuh dengan peluh sehabis lari pagi.
"Sarapan, Ren." Ajakku.
"Duluan aja mas, aku baru kelar." Jawabnya sambil duduk di kursi sebelaku. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada krah kemejaku yang sedikit sobek.
"Mas, itu krah baju sobek kok masih dipake?" tanya Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK SELAMANYA INDAH / END
RomanceTentang cinta empat orang kakak beradik. Bagaimana cinta kadang pahit diawal. Namun manis diakhir. Atau kadang sebaliknya.