***
Kutatap kemeja dan sepatu yang tadi diberikan Mitha. Sama sekali tidak menyangka kalau adikku akan melakukan ini. Aku tahu ia tidak punya uang banyak, tapi yakin kalau ia jujur. Bahwa uangnya berasal dari honor menari.
Ia terlalu takut kalau ketahuan berbohong, bahkan sampai memberikan struk belanja agar aku percaya. Kutatap gelap yang ada dibalik jendela. Rasanya bangga sekali saat adikku mengerti akan kesusahan kami. Pengeluaran bulan ini cukup besar. Tapi aku bersyukur, bulan depan honor menulis laguku akan keluar. Minimal masih ada cadangan penghasilan yang bisa diharapkan. Nanti aku akan mengganti uang Mitha.
Ia masih kuliah, tentu banyak kebutuhan. Apalagi sebagai seorang gadis, pasti selalu ada yang ingin dibeli. Kadang kasihan melihatnya yang harus menahan hasrat untuk memiliki suatu barang. Disaat seperti itu aku merasa marah pada kedua orangtua kami. Tahu bahwa mereka hidup berkecukupan. Tapi kami malah harus hidup pas-pasan.
Semoga kelak kami bisa menjadi orang yang berhasil dalam karier maupun kehidupan pribadi. Sehingga tidak perlu mempermalukan diri sendiri dihadapan keluarga baru mereka. Untuk itulah aku bekerja keras di kantor, bahkan sampai harus menomorduakan kehidupan pribadiku.
Minggu ini pekerjaanku sedikit kosong. Karena beberapa gambar sudah selesai. Saatnya sedikit bernafas lega, karena banyak hal yang telah terlewati. Sedikit demi sedikit semua berubah kearah yang lebih baik.
Tadi malam aku janjian bertemu dengan Kaia, tapi tidak d iluar. Ia sama denganku yang lebih memilih untuk berada di rumah daripada keluyuran tidak jelas. Untuk satu hal ini kami setipe. Sama-sama orang rumahan.
Tak terasa kuliahnya sudah selesai. Dan hubungan kami sudah hampir dua tahun. Kaia yang kukenal tidak memiliki perubahan berarti. Ia masih sosok introvert dan sulit bergaul. Jaringan pertemanannya juga tidak banyak berubah. Selain mulai sering ikut ibunya ke kantor. Karena akan memegang satu jaringan bisnis keluarganya.
Sebenarnya ia tidak ingin, karena tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Tapi aku mendorongnya, itu baik untuk perkembangan kemampuan dan kariernya kelak. Sambil menyampaikan bahwa ia adalah orang yang beruntung. Sementara banyak teman seangkatannya harus mati-matian mencari pekerjaan. Ia malah sudah bisa langsung duduk enak dalam sebuah posisi.
Mobilnya muncul saat hampir jam makan siang. Kutatap heran Kaia, karena mobil yang mengantarnya langsung pergi.
"Kamu sama siapa?"
"Pak Rudi, tapi dia kusuruh makan siang di luar."
"Bodyguard kamu?"
"Mulai bulan kemarin nggak pakai lagi. Aku sudah ngomong sama mami kalau semua akan baik-baik saja."
"Tapi aku yakin pasti nggak semudah itu?"
Kaia hanya tertawa kemudian menggandeng lenganku, terlihat mengabaikan pertanyaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK SELAMANYA INDAH / END
RomanceTentang cinta empat orang kakak beradik. Bagaimana cinta kadang pahit diawal. Namun manis diakhir. Atau kadang sebaliknya.