[4] Wonderland of Melfint

166 39 9
                                    

Suara-suara itu membuat indra pendengarku merasa tidak nyaman, maka dari itu, perlahan aku membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi. Namun rasanya sangat susah hanya untuk membuka mata, rasanya sangat berat. Aku meringis sakit ketika merasa dadaku juga ikut merasakan nyeri.

Kuusahakan untuk membuka mata sebisa mungkin agar tahu dimana aku berada sekarang, karena yang kuingat terakhir kali adalah sebuah cahaya yang menghantam tubuhku hingga membuat tubuhku tersungkur pingsan, dan aku juga mengingat bagaimana waktu berhenti. Itu bukan mimpi.

Tanganku meremas bajuku saat merasakan nyeri yang sama di dadaku, aku meringis lagi. Dapat kudengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahku, ketika suara langkah kaki itu berhenti, aku menoleh. Mendapati seorang wanita dengan gaun berwarna biru muda tanpa lengan terlihat sedang menatapku dengan khawatir. Pandanganku masih buram dan aku tidak tahu kenapa.

Wanita itu tampak sangat cantik dengan rambut hitam yang di sanggul, terdapat beberapa pernak-pernik yang menghiasi rambutnya. Ah, kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk memuji wanita yang ada di sampingku ini. Ia merendahkan tubuhnya agar menyamaiku, lalu kedua tangannya terulur menggenggam tanganku yang sebelumnya dalam posisi meremas baju. Ia meraih tanganku dan menjauhkannya dari bajuku.

"Jangan memaksakan matamu untuk terbuka, Evelyne. Kau masih dalam efek samping dari panah cahaya, hal itu juga berdampal pada dadamu yang sakit," ucap wanita itu masih dengan tatapan khawatirnya.

Tunggu, sepertinya aku kenal suara ini. Suara ini tampak familiar dan pernah bergema di telingaku. Aku berusaha mengingat kembali dimana aku pernah mendengar suara ini, tapi rasa sakit menyerang kepalaku, membuatku semakin meringis kesakitan.

"Tutuplah matamu, aku akan membuatmu tertidur kembali. Kau harus segera pulih sebelum San kembali." Wanita itu mulai mengangkat salah satu tangannya menuju mataku.

Tapi sebelum wanita itu menyentuh mataku, dengan cepat aku menepisnya pelan. Wanita itu tampak terkejut atas pergerakanku. Perlahan aku mencoba membuka mulutku, "San ... siapa dia? dan dimana aku sekarang?" tanyaku dengan nada pelan.

Ya, aku ingin tahu siapa San itu. Sejak pertama kali aku mendengar namanya di dalam mimpi, nama itu seakan memenuhi benakku, namanya selalu terlintas bersamaan dengan mimpi itu.

Wanita itu mendengarkan pertanyaanku, lantas ia menghela nafas lalu menggeleng kecil, tangannya menyentuh keningku lembut.

"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan siapa dia, yang terpenting sekarang adalah kondisimu, Evelyne. Jika aku tidak segera membuatmu tidur kembali, tenagamu akan cepat terkuras dan jika itu terus terjadi, nyawamu akan melayang." Mata wanita itu menatapku lembut dan penuh iba, tangannya masih memegang keningku yang perlahan-lahan kurasakan sensasi dingin dari tangannya.

Bohong jika aku tidak terkejut mendengarnya. Baiklah, mungkin yang dikatakan wanita ini benar, karena jujur, tubuhku benar-benar lemas. Bahkan untuk menepis tangannya tadi, aku berusaha keras hanya untuk mengangkat tanganku. Nafasku masih naik-turun tidak stabil, melihat itu, wanita bersanggul ini tampak semakin khawatir.

"Evelyne, izinkan aku untuk membuatmu tertidur lagi. Aku janji, setelah tenagamu pulih kembali, aku atau San akan menjelaskan semuanya," tuturnya berusaha untuk mendapatkan izinku.

Tentu aku tidak mau berlama-lama berpikir hanya untuk jawaban ini. Lantas aku mengangguk pelan mengizinkan tangan wanita itu agar menyentuh bagian area mataku. Ketika tangannya mulai turun ke mataku, sensasi dingin namun sejuk langsung menyebar ke seluruh tubuhku. Aku merasakan rasa nyaman baik di tubuhku maupun mataku, ini benar-benar sensasi yang nyaman. Sensasi ini benar-benar membuatku tertidur, perlahan mataku kembali tertutup dan kesadaranku hilang kembali.

The Gypsophilia  (Remake Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang