[8] Face to Face

99 30 0
                                    

"Sedang apa kau?"

Aku bangkit berdiri, lalu memutar tubuhku. Mendapati seorang pangeran ke empat yang sudah menatapku dengan tatapan tajam miliknya. Tinggi tubuhnya serta jarak yang terbatas membuatku harus sedikit mengangkat kepalaku untuk melihat wajahnya.

"Aku hanya melihat-lihat." Aku membalas tatapan yang sama pada San.

San tidak bereaksi terhadap ucapanku, matanya melirik ke arah belakangku tepatnya ke arah cermin besar itu, kemudian pandangannya beralih pada Zeline yang jaraknya tak jauh dari kami. San mengisyaratkan pada Zeline untuk keluar dengan gerakan singkat kepalanya. Tidak butuh waktu lama, Zeline yang langsung mengerti menundukkan kepalanya sopan sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan ini.

Setelah memastikan bahwa Zeline benar-benar sudah keluar, pandangan San kembali padaku. Aku menatapnya tidak suka, dan akan selalu begitu. Entahlah, rasanya setiap kali aku melihat San yang menampakan dirinya, ada rasa tidak suka yang muncul pada diriku. Kurasa karena tatapan tajam yang selalu ia berikan padaku dan perlakuannya yang kasar. Selama aku di sini, aku tidak pernah melihat perlakuan lembut San, yang kulihat hanya bentakan, teriakan, serta mata abu-abu tajamnya.

Saat aku dan Zeline melintasi area pelatihan prajurit, aku menemukan San yang sedang melatih para prajurit baru. Ia sangat kasar dan garang, perlakuannya pada prajurit baru sangat tidak manusia menurutku, bahkan ia tidak segan akan menampar beberapa prajurit jika mereka melakukan kesalahan. Zeline berkata bahwa itu adalah hal yang biasa, tapi menurutku tidak, itu terlalu kasar bahkan terlalu kasar. Aku sangat tidak menyukainya.

"Apa kau melihat sesuatu yang aneh?" tanyanya dengan nada rendah.

Aku terdiam, memikirkan apa maksud dari pertanyaannya. "Aneh? Seperti apa?"

"Kau tidak merasa diperhatikan oleh seseorang, bukan?"

Kali ini aku benar-benar heran dengannya, aku tidak mengerti apa yang ia tanyakan padaku. Lantas aku menggeleng, "Tidak, apa maksudmu menanyakan ini?" Jujur aku kesal, San seakan sangat berhati-hati menanyakan dua pertanyaan itu padaku, sampai-sampai ia harus merendahkan suaranya dan sesekali melirik ke sekitar. Membuat kesan menakutkan tersendiri padaku.

"Apa kau melihat seekor tikus di sini? Atau mungkin sekumpulan kabut hitam? Kau tidak melihatnya?"

Aku terdiam, keningku berkerut menatapnya. Kali ini aku mengonfirmasi bahwa memang tadi aku melihat sekumpulan kecil kabut hitam di belakang cermin, tapi aku tidak tahu apa itu. Sebenarnya apa yang San cari? Sampai-sampai harus berhati-hati seperti ini.

"Cepat jawab, kit---,"

"Ya, tadi kulihat ada di belakang cermin," selak diriku, tidak menyangka bahwa reaksi San akan mengejutkanku.

Begitu mendengar jawabanku, San langsung berjalan berlawana arah denganku, ia menyingkirkan tubuhku semudah menyingkirkan seekor lalat, sangat mudah dan tidak bersalah. Lantas aku juga memutar tubuhku untuk melihatnya. San menggeser cermin besar tersebut dengan sekali usapan tangannya, aku terkejut ketika cermin itu bergeser tanpa San menyentuhnya sama sekali. Kemudian dapat kulihat sekumpulan kabut berwarna hitam yang masih ada di tempat dimana cermin itu di letakkan sebelumnya. Tetapi kabutnya tidak terlalu tebal seperti sebelumnya, ini jauh lebih tipis, bahkan hampir tidak terlihat.

San berjongkok tepat di depan kabut hitam tersebut, salah satu tangannya bergerak maju menyentuh kabut asap itu, lalu ia mendekatkan tangannya yang telah terkena kabut hitam tersebut ke hidungnya, San mengendusnya. Sebuah tatapan yang sulit diartikan nampak dari wajahnya, aku tidak tahu apa yang dipikirkan San saat ini, tetapi sepertinya ada yang tidak beres dengan kabut hitam itu. Setelah berdiam beberapa detik, tangan San kembali ke tempat kabut dan dengan cepat ia mengibaskan tangannya. Tak disangka, kabut hitam itu langsung berubah bentuk menjadi serbuk emas berkilau yang kemudian terbang dan perlahan menghilang.

The Gypsophilia  (Remake Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang