[11] Precious

74 26 5
                                    

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara tangisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara tangisan. Kepalaku menoleh ke arah lorong tersebut, lorong yang mengarah ke taman rahasia. Manikku menangkap ujung bawah dari gaun milik seseorang yang terlihat di sana. Arabelle, iya itu Arabelle. Dia belum keluar dari taman itu sejak 20 menit yang lalu. Apa yang sebenarnya ia lakukan di sana?

Aku menimbang-nimbang keinginanku, menyusulnya, atau mengabaikannya saja. Entahlah, tetapi pikiran dan hatiku mengatakan bahwa alasan Arabelle tidak mengikuti makan siang hingga selesai sebab Lucas. Pertanyaan yang Lucas lontarkan membuat suasana menjadi dingin dan canggung, mungkin membuat Arabelle marah.

Aku menghembuskan napas, kemudian melangkahkan kakiku. Pada akhirnya, rasa empatiku muncul dan aku benci itu.

Beruntunglah, akses untuk masuk taman ini belum ditutup, jadi aku bisa memasukinya tanpa harus meminta tolong pada Yonuar.

Sesampainya, aku mengedarkan pandanganku, memdapati Arabelle tengah terduduk di pinggir air mancur dengan kepala tertunduk, pundaknya naik turun, sesekali tangannya menyeka air mata yang muncul. Aku berjalan mendekatinya, kemudian memgambil duduk di sampingnya.

"Lucas, kau menangis karenanya?" tanyaku tiba-tiba tanpa menoleh padanya.

Mataku memandangi semak-semak dengan beberapa bunga yang tumbuh di depan sana. Arabelle masih belum menjawabku, ia masih terisak dengan tangisannya. Beberapa detik kemudian, tangisannya mulai mereda.

"Ini pertama kalinya kau melihat langsung Lucas, bukan?" Arabelle menarik napas, "Kau pasti terkejut dengan sifatnya," tambahnya. Nada bicaranya sepertinya sangat berat.

Lantas aku mengangguk dengan senyum tipis, aku menoleh padanya, "Aku tidak bisa berbohong bahwa aku tidak terkejut melihatnya. Apakah ia juga seperti itu padamu?"

Arabelle mengalihkan wajahnya, lalu menggeleng. "Tidak, Lucas tidak pernah menanyakan sesuatu hal yang sensitif padaku. Sudah beberapa hari ini Lucas tidak bisa mengontrol emosi dan tutur katanya, bahkan ia kesulitan mengontrol kekuatannya." Arabelle menyeka air matanya.

Aku terdiam mendengarkannya, tidak tahu harus menjawab apa, aku khawatir kata-kata yang kuucapkan malah membuatnya makin sedih atau pun marah. Pada akhirnya, aku hanya bisa menghembuskan napas.

"Kau tahu Arabelle, mungkin Lucas bersikap demikian karena ada alasan yang tidak bisa ia beritahu. Mungkin, ia berusaha menutupi alasannya agar tidak merepotkan orang lain---." Aku menarik napasku, "Mendengar ucapanmu mengingatkanku akan seseorang."

"Siapa?" tanya Arabelle dengan suara lirihnya.

Aku tersenyum, "Kakakku. Dahulu saat kami masih kecil, kami sangat dekat, bahkan kami selalu menempel satu sama lain. Kemudian saat beranjak remaja, hubungan kami renggang, kami seakan tidak mengenal satu sama lain. Aku bertanya-tanya mengapa dia seperti itu, sampai akhirnya dia mengatakannya padaku, alasan mengapa dia menjauhiku. Ternyata ... dia hanya tidak ingin diriku mengalami luka lebih dalam lagi," jelasku tersenyum padanya.

The Gypsophilia  (Remake Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang