[7] Mist

107 29 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak terjadi perubahan warna pada bunga yang sebelumnya berwarna ungu itu. Setelah Yonuar pergi meninggalkanku, kedua pelayanku sudah menunggu di ambang pintu, siap untuk mengantarku ke kamar. Saat itu rasanya aku ingin menanyakan apa yang sedang terjadi, tapi meski aku bertanya pada mereka, mereka pasti tidak akan menjawab karena itu bukanlah hak mereka. Saat itu juga aku menyimpulkan, bahwa peraturan di istana ini sangat ketat.

Aku masih belum tahu apa yang terjadi, bahkan Yonuar masih belum memberitahuku dan mengunjungiku. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar dari kamar, setidaknya untuk sementara. Di dalam kamar, beberapa kali aku menangkap sosok Yonuar yang melewati kamar ini. Aku mengetahui itu, karena aku tidak pernah menutup pintu secara rapat kecuali di waktu malam. Bukan hanya Yonuar saja yang tidak datang mengunjungiku, bahkan seseorang yang hampir tiap hari datang ke kamarku hanya untuk sekedar melampiaskan amarahnya, sosoknya sama sekali tidak terlihat olehku.

Aku berharap, setidaknya ratu Eliera atau salah satu dari pangeran bisa menjelaskan tentang situasi saat ini. Karena jujur, situasi ini membuatku tidak nyaman dan terus membuatku terpikirkan. Terkadang di saat waktu malam telah tiba, pertanyaan tentang apa yang telah terjadi karena bunga itu, terus muncul di pikiranku. Akibat yang ditimbulkan karena pertanyaan itu terus muncul adalah, rasa pusing yang kualami di saat bangun tidur, itu karena aku tidak bisa tidur di waktu malam.

Beruntungnya, para pelayan mengurusiku dengan baik. Mereka langsung memanggilkan seorang tabib istana saat mereka melihat aku yang terus memegangi kepalaku. Mereka juga memberiku obat secara rutin dan tidak lupa untuk mengingatkan aku kapan harus meminum obat. Ini gila, kini aku benar-benar merasakan bagaimana kehidupan seperti di film-film yang sering kutonton.

Aku mendudukkan tubuhku pada balkon kecil dekat jendela, kubuka jendela tersebut dengan menggunakan kedua tanganku. Kemudian semilir angin mulai mengenai wajahku, menyapu lembut kulitku serta menerbangkan beberapa helai rambutku. Aku menarik napas panjang, berusaha menghilangkan rasa stress yang kualami akhir-akhir ini. Satu hal lagi yang membuatku takjub akan Melfint, di sini mempunyai udara yang begitu segar, membuatku ingin terus menghirupnya sambil duduk di balkon jendela ini.

Aku mengedarkan pandanganku, memandangi sebuah taman yang terletak tepat di bawah sana, serta memandangi sebuah desa yang letaknya cukup jauh dari keberadaan istana berada. Terdapat banyak sekali rumah-rumah kecil yang berjejer rapi. Aku dapat melihat beberapa orang yang berlalu- lalang sambil membawa barangnya masing-masing, selain itu, aku juga dapat melihat beberapa orang yang tengah mengendarai kuda.

Membahas tentang kuda, selama aku hidup, aku belum merasakan bagaimana menaiki hewan itu. Saat kecil aku beserta keluargaku pernah mengunjungi sebuah pedesaan yang dimana terdapat banyak kida di sana. Kedua sudut bibirku perlahan terangkat, membentuk sebuah senyuman di sana. Entah mengapa tiba-tiba saja aku teringat akan Ronald, aku ingat bagaiman ekspresi bahagia serta takutnya saat pertama kali menaiki kuda, itu sangat lucu. Ekspresinya saat itu sukses membuatku tertawa, mungkin aku akan lebih bahagia pada saat itu. Jika saja ayah dan ibu tidak melarangku untuk ikut menaiki kuda bersama dengan Ronald.

"Hahahaha!!! Wajah Ronald sangat lucu!" tawaku seraya memegangi perut karena terbahak-bahak.

"Ayah! Aku juga ingin naik kuda bersama Ronald," pintaku, menarik-narik celana panjang ayah.

"Tidak, Evelyne tidak boleh. Khusus Ronald saja, kau diam di sini."

Senyumku perlahan memudar mengingat momen itu. Jika kuingat lagi, aku sama sekali tidak memiliki momen menyenangkan bersama orang tuaku, hanya bersama Ronald masa kecilku diwarnai olehnya. Meskipun hanya sewaktu kecil, tapi aku tetap bahagia akan hal itu.

Aku mengerjapkan mataku dan sadar dari lamunanku saat sebuah tangan bergerak ke sana kemari di depan wajahku. Aku menoleh, mendapati Yonuar yang menatapku bingung.

The Gypsophilia  (Remake Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang