[14] Dazzling Light

113 28 2
                                    

*Mainkan Background music di salah satu scene agar mendapatkan feelnya.

Perlahan kuhembuskan napas lega, tubuhku yang semula menegang kini berhasil rileks kembali. Aku menyunggingkan sebuah senyuman kepada sosok laki-laki yang tengah berjalan dengan sebuah busur di tangannya.

"Tidak biasanya kau ke dapur, apa kau lapar?" tanya Yonuar sesampainya.

Dengan cepat aku menggeleng. "Bukan aku, tapi hewan lucu ini." Kutundukkan kepala, mengelus pipi kelinci mungil tersebut gemas.

"Di mana kau menemukan kelinci ini?"

Aku mendongak. "Di taman rahasia, kurasa dia datang dari desa, lalu tersesat sampai ke sini. Kelinci kecil yang malang," balasku.

Yonuar mengangguk paham, kemudian kedua sudut bibirnya perlahan terangkat, membentuk sebuah senyuman manis di sana. Melihat itu, aku malah menghembuskan napas kecil. Tiba-tiba saja peristiwa upacara pagi hari tadi terputar di benakku. Terutama bagian saat sosok perempuan itu mengucapkan perintah yang awalnya membuatku bingung.

Bagian saat kutangkap dengan mataku salah satu kursi di deretan para pangeran kosong. Kemudian saat bagian di mana San berjalan ke arahku. Auranya, suasana saat itu, dan tatapannya saat itu, aku mengingat dengan sangat jelas di pikiranku.

Satu lagi, bagian yang mungkin akan terus menempel di pikiranku, namun kuberharap agar bagian itu hilang. Benar, bagian saat San tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku sebelum akhirnya dia mencium keningku.

"Evelyne?"

Suara Yonuar sukses membuatku tersadar kembali ke dunia nyata. Aku mengerjapkan beberapa kali mataku.

"Sepertinya kau lelah, bukankah sebaiknya kau istirahat?" Yonuar memandangku khawatir.

Lantas aku mengangguk seraya terkekeh. "Ya ... kurasa upacara tadi menyedot habis tenagaku." Tidak bosan-bosannya kusunggingkan sebuah senyuman pada Yonuar.

Pandanganku menurun, teringat bahwa ada hewan kecil dan mungil yang masih ada di dalam pelukanku. Makanannya sudah habis dimakannya, hanya tersisakan bagian ujung dari wortel tersebut.

"Ah, kelinci itu ... kau bisa meletakkannya di taman rahasia. Kujamin dia tidak akan pergi kemana pun."

Mendengar itu, sontak aku langsung mendongak lalu menatap Yonuar berbinar. "Benarkah? Bagaimana caranya?"

"Aku akan pergunakan kekuatanku untuk membentuk penghalang di sana. Kujamin, kau tidak perlu khawatir." Yonuar mengangkat salah satu tangannya, kemudian muncul sebuah cahaya dengan bentuk lekukan seperti asap, tetapi cahaya tersebut memiliki warna yang sama seperti Aurora yang menyelimuti Melfint.

"Kalau begitu, tidak perlu menunggu lebih lama lagi!" sahutku, semakin mengeratkan pelukan pada kelinci abu-abu ini.

Kami mengobrol ringan di sepanjang perjalanan menuju taman tersebut. Yonuar mengatakan bahwa saat diriku berjalan diantara para Elf dan dua jendral, aku seperti kelinci yang dikelilingi oleh kelinci besar. Aku tahu ucapannya mengarah kemana, dan memang kuakui bahwa perbandingan antara tinggiku dengan para Elf dan kedua jendral sangat jauh. Terutama dengan para Elf.

Jujur saja, aku sempat merasa minder saat pertama kali bertemu dengan Elf. Mereka memiliki tubuh yang pas dengan tinggu badannya, bisa dibilang body goals mungkin? Saat aku berdiri di samping mereka, bahkan tinggi badanku tidak sampai sejajar dengan sikut mereka.

Beruntungnya, aku menjadi terlihat mencolok karena tinggi badanku, serta gaun yang ratu Eliera berikan. Gaun tersebut memang kuakui sangat cantik, kurasa gaunnya akan masuk ke dalam daftar pakaian kesukaanku.

The Gypsophilia  (Remake Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang