🐰 Usaha

12.5K 1.8K 314
                                    

Niatnya mau update kemaren...

Ada warningnya yaa 🔞










Happy reading-!











Jaemin menggeleng lesu setelah keluar dari kamar mandi. Jeno pun jadi ikut lesu.

Mereka gagal lagi. Masih belum diberi kesempatan.

"Maafin Nana ya Juju..." Ujar Nana sambil terisak.

Jeno langsung mendekap tubuh istrinya itu erat-erat, "Nggak papa Na. Mungkin kita yang belum siap buat punya momongan."

Kemarin, setelah 3 hari Nana mengeluh sakit, dan mual, Tyra langsung mengira kalau menantunya itu hamil. Tyra lah yang terlihat paling heboh dan semangat. Ia membelikan berbagai macam merk tespack untuk Nana.

Namun ternyata, Tuhan belum memberikan mereka rejeki.

"Mungkin usaha kita kurang Na..."

Nana langsung menggigit bahu Jeno keras-keras. Membuat Jeno langsung menjerit kesakitan.

"Mana ada! Juju sama Nana kan buat debay setiap hari! Di kamar, dapur, kamar mandi, ruang tamu, bahkan di mobil!"

Jeno langsung terbata-bata.

Baru saja ia akan membuka mulut, Nana langsung memotong, "Apa lagi? Gayanya kurang pas?"

Jeno mengangguk-angguk seperti boneka hiasan dasboard mobil.

"Badan Nana sampe sakit. Diborgol, diiket-iket! Lebam di mana-mana!" Bentak Nana.

"Ya walaupun Nana suka Juju main kasar, tapi nda gitu juga!"

Jeno merasa pipinya memanas. Omongan Nana yang vulgar membuatnya malu.

"Na, yuk belajar ngomongnya disaring."



——

"Yaudah nggak papa. Masih bisa usaha lagi kan. Jangan sedih. Kalian juga masih pasutri muda." Tyra langsung memberikan wejangannya pada pasangan pasutri yang kini sedang memandanginya dengan pandangan ingin tau.

Tyra melirik ke arah Jeno.

"Jupiter mau pake obat kuat nggak?"

Tyra baru saja menyelesaikan kata-katanya ketika pahanya dicubit oleh Widya di sebelahnya.

"Jangan! Kasian Nana! Digarap terus!"

Oiya, Tyra hampir lupa kalau Widya juga ikut berkunjung. Otak Widya benar-benar berjalan dengan baik saat membahas tentang hal kehamilan Nana. Tidak buffering, atau 404 error not found.

Tyra berdecak pelan, "Yaudah, progam kehamilan aja di dokter. Bayi tabung juga boleh." Katanya.

Jeno melirik ke arah mertuanya yang terlihat sedang berpikir serius.

"Boleh nggak Buna, kalau Juju sama Nana progam bayi tabung?"

Wajah Widya berubah beberapa detik kemudian, "JANGAN! KASIAN DEBAYNYA MASUK TABUNG! APALAGI KALO TABUNG IJO! CUMA UNTUK KAUM RASKIN!"

Tyra tarik ucapannya tadi. Widya tetaplah Widya, lemot kapanpun dan di manapun.






——



Nana sedang mengeringkan rambutnya saat Jeno tiba-tiba mendusal di lehernya dari belakang.

"Jujuuu! Ngapain sii?!"

"Buat lagi yuk Na? Usaha.."

Nana menggeleng heboh, "Nana udah mandi, nda mau nanti keringetan lagi."

Jeno cemberut, "Ih ayolah Na..."

Nana bergidik ngeri.

"Juju kaya om-om ganjen lagi cari mangsa ih..."

Firasat Nana buruk, Jeno tiba-tiba tersenyum miring. Smirk, Nana dalam bahaya.

"Yaudah yuk buatnya di kamar mandi aja. Gampang, sambil basah-basah? Keringetan, tinggal mandi lagi aja."

Nana baru saja ingin beranjak untuk kabur tapi badannya tiba-tiba sudah digendong Jeno di bahu. Jeno seperti menggendong karung beras.

Nana memekik kaget. Lalu langsung memberontak agar bisa lepas. Namun, tenaga Jeno memang bukan tandingannya.

Spank!

"Be nice, or I'll punish you."




——

Tubuh Nana sudah lemas. Ia yakin, kalau Jeno tidak menahan pinggangnya, Ia sudah luruh ke lantai sedari tadi.

"Nghh ahhh Ju—ahh" Desahannya bahkan sudah tidak jelas.

Milik Jeno menumbuknya dengan telak. Tepat di titik miliknya di dalam sana.

Nana tidak bisa berkata-kata.

Badannya terlonjak-lonjak karena gempuran Jeno di depan wastafel. Ia tidak mau mendongak, melihat wajah memerahnya di kaca. Malu.

"Coba, liat diri kamu sendiri— nggh Na. Kamu cantik banget Na." Jeno menarik rambut Nana agar Ia mendongak.

Wajah Nana terlihat sangat menggairahkan. Dengan air mata, dan keringat serta raut penuh kenikmatan.

Nana mendesah tak karuan. Napsunya semakin naik melihat bagaimana panasnya Ia dan Jeno dari cermin.

"Ju—ahh Nana mauu kelu—ar ahhh." Nana mencapai klimaksnya untuk yang kesekian kali. Membuat holenya menjadi lebih rapat.

Jeno menggeram rendah merasakan cengkraman pada batang miliknya.

Mempercepat tumbukannya, Jeno menggerakan pinggulnya dengan brutal.

Badan Nana makin terlonjak, tangannya sibuk berpegangan pada wastafel. Tak peduli dengan benda-benda di atasnya yang sudah jatuh berantakan karena ulah mereka.

Lima tusukan terakhir, Jeno menarik tubuh Nana sehingga tubuh Nana berdiri.

Jeno menarik dagu Nana, lalu mereka langsung berciuman.

Bibir Nana berdarah, rasa anyir langsung mereka rasakan. Jeno menggigit bibir Nana saat Ia meraih puncaknya.

"Kali ini, pasti bakal berhasil Na."


——

Tbc

Sha's space

Sebenernya mau update semalem, tapi Sha ketiduran.

Cause yesterday is My Day, yeay!
Sha tambah tua, semoga tambah yang baik-baik yaap 😔🙏🏻

Pasutri GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang