🐰 Piknik

17.9K 2.7K 433
                                    

Double up karena Sha lagi baik 😎🤘











Happy reading-!
















Nana baru saja masuk ke rumahnya ketika tubuhnya diterjang oleh kedua adek kembarnya.

"Nanaaaa!"

"Andra! Rezvan! Utututuu pada kangen sama kak Nana ya?" Nana berlutut, memeluk kedua tubuh adek kecilnya.

"Berpelukaaannn!" Kata Nana.

"Belpelukan!"

"Ih ulangi pelukannya! Buna belum ikut." Widya berlari kearah ketiga anaknya, ikut berlutut lalu memeluk ketiganya.

"Belpelukannn!"

Yoshua terkekeh, terkadang keluarganya terlihat lucu sekali.

"Ayah nggak diajak berpelukan?" tanyanya.

Rezvan menoleh, menatap ayahnya dengan mata menyipit, "No! Ayah nda bitha ikut!"

Andra melepaskan diri dari pelukan ala teletubbies mereka lalu berjalan mendekati ayahnya.

Badannya yang hanya berbalut pampers dan kaos dalam terlihat lucu saat berjalan.

"Tubbies cuma ada 4 ayah!"

"Nana ayo bantu Andla jelathin!" Andra memanggil sekutunya.

Nana mengangguk, "Nana jadi Laalaa!" kata Nana sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Buna jadi Po, Andra jadi Tinky-Winky, Rezvan jadi Dipsi!" lanjutnya.

"Yah, terus ayah jadi apa dong?" Yoshua bertanya dengan wajah murung.

Si kembar saling pandang, lalu kedua jari telunjuknya mereka tempelkan di depan dagunya. Mencoba berpikir.

"Thiapa ya..."

"Ayah jadi bukit ijonya mau?" Ini Widya. Ucapannya langsung disetujui oleh semua orang, kecuali Yoshua yang cuma terdiam.

Yuta melambai-lambaikan tangannya kearah istri dan anak-anaknya, "Capek nian aku samo dio uwong."

——

"Pampers sama susunya udah Na?" Jeno bertanya sekali lagi untuk memastikan.

"Eumm, hu'um udah semua kok Juju." jawab Nana sambil merapikan poninya.

Jeno tersenyum gemas, tangannya lalu terulur menuju rambut pink kekasihnya. Nana baru saja ganti warna rambut. Jeno yang memohon-mohon.

Si sipit itu lalu mengusak rambut Nana pelan, "gumush banget calon istrinya Juju." katanya.

Bibir Nana langsung mengerucut kedepan, "aih Juju sukanya ngacak-acak rambut Nana!"

Jeno terkekeh, Nananya lucu sekali!

"Udah semua kan? Mau berangkat sekarang?" tanya Jeno.

"Leggoooooo!" kata Nana sambil berlari keluar kamar.

Jeno, Nana, dan duo bocil akan pergi piknik. Sebenarnya seharusnya menjadi piknik kencan Jeno dan Nana saja. Tapi Andra dan Rezvan merengek minta ikut.

Jeno sabar, Jeno kuat. Itung-itung latihan jadi Papa yang baik sebelum ia menikah.

Tenang saja! Jeno 100% yakin ia akan menikah dengan Nana dalam waktu dekat. Ia sudah dapat pekerjaan di salah satu rumah sakit di ibu kota. Tidak jauh dari rumahnya dan rumah Nana. Ia sudah bisa menafkahi calon istrinya.

Sayang seribu sayang, sepanjang perjalanan ia tidak merasa dirinya memerankan sosok suami di sini. Jeno seperti seorang ayah dengan 3 anak laki-laki yang sedang menyanyi sambil bertepuk tangan di jok belakang.

"Na, kita main rumah-rumahan yuk sambil piknik?" tanyanya sambil melirik ke arah spion tengah. Bagus, Jeno bahkan duduk di depan seperti supir taxi.

Bukan hanya Nana yang bereaksi, Andra dan Rezvan pun ikut menatapnya, "lumah-lumahan apa Juju?"

Jeno sebenarnya tidak suka dengan panggilan Andra dan Rezvan, tapi mereka berdua sudah terbiasa memanggilnya Juju karena Nana memanggilnya begitu! Bahkan terkadang si kembar mengikuti jejak bunanya dengan memanggilnya Jujuman.

"Rumah-rumahan gimana Jujuu?" Jeno tidak segera menjawab pertanyaan duo bocil. Nana kan jadi kepo.

"Rumah-rumahan, Juju jadi Papi, Nana jadi Mami, terus Andra sama Rezvan jadi anaknya. Mau nggak?"

Ketiganya sibuk berpikir serius.

"Altinya Juju thama Nana halus nikah dulu dong?"

Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?

"Ceritanya kan buat hari ini Juju sama Nana udah nikah."

"Mau ya? Main rumah-rumahan?" Jeno membujuk.

Ketiganya lalu berangkulan, berbisik-bisik membahas sesuatu yang Jeno nggak bisa denger.

Firasat Jeno jelek.

"Othe! Ayo main lumah-lumahan!"

"Tapi beliin kita chicken bucket kfc sama eskrim sundae."

——

Jeno baru selesai menggelar karpet alas duduk mereka ketika Nana langsung berguling di atas karpet itu. Tentu saja diikuti kedua bocil.

"Jujuu ayo ikut guling-gulingg!" ajak Nana sambil menepuk-nepuk sisi sebelahnya yang kosong.

Jeno menolak, ia memilih untuk berdiri di depan 3 orang yang sedang bergulingan sambil merekamnya dengan ponselnya.

"Beginilah contoh gambaran keluarga JuNa bahagia di masa depan." ujarnya pelan.

Tapi sayangnya, baru sekitar 7 menit mereka berpiknik, hujan turun membahasai mereka semua.

Jeno langsung kalang kabut, berlari sambil menggendong Andra dan Rezvan. Sedangkan Nana memegang ujung bajunya dan ikut berlari di belakangnya.

Si kembar malah tertawa riang di dalam gendongan Jeno. Mau tak mau, senyum itu menular pada Jeno dan Nana.

Aih, sekarang mereka benar-benar seperti keluarga bahagia dengan anak kembar.

——

Tbc

Sha's space

Chap ini soft sekali brOou, sekali-sekali soft gitu 😶🤘

Pasutri GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang