🐰 Sah

15.8K 2.4K 470
                                    

Ayo siap-siap pada kondangan 😶🤘





Happy reading-!





Selesai ijab qobul, Jeno langsung sujud syukur di depan penghulu.

Akhirnya ia dan Nana sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Ia sempat mengulang ijab qobul. Ijab qobul yang pertama, ia salah menyebutkan mas kawin.

Salahkan Nana yang sibuk berbisik ditelinganya meminta tambahan mas kawin ikan cupang warna merah muda.

Sekarang saatnya proses resepsi. Jeno dan Nana sudah berganti baju. Jika tadi mereka berdua menggunakan setelan jas, sekarang mereka menggunakan pakaian adat Palembang.

Nana mengeluh karena hiasan kepalanya terlalu berat.

"Juju, tukeran mahkotanya yuk? Nana yang pake punya Juju." Nana berbisik kepada Jeno sambil menyalami para tamu yang mengantri.

Jeno bergidik ngeri, mana mungkin ia menggunakan mahkota milik Nana!

*yang beginian pokonya :( Kalo belum jelas liat aja nikahannya anaknya Pak Sby itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*yang beginian pokonya :(
Kalo belum jelas liat aja nikahannya anaknya Pak Sby itu. Sha dapet ide dari situ :(((

"Ditahan ya Na, sebentar lagi kita ganti baju lagi kok." Jeno berusaha menenangkan.

"Tapi berat banget Juuu~" Nana merengek.

Jeno berusaha memutar otak, bagaimana cara membujuk Nana agar mau bertahan...?

"Nanti Juju beliin kuda-kudaan deh di rumah baru kita. Ditahan dulu ya Na?"

——

Jeno merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal. Setelah resepsi, mereka bergegas pulang ke rumah baru mereka.

Jeno membeli satu rumah di sebuah cluster. Masih kredit, Jeno harus mencicil.

Sebenarnya,

Jeff dan Yoshua sempat debat masalah rumah yang akan dihuni Jeno dan Nana.

Jeff ingin membangunkan mereka sebuah rumah.

Yoshua ingin membelikan rumah yang dekat dengan rumah sakit tempat Jeno bekerja, tapi jauh dari rumah keluarga Mahendra.

Tyra jelas langsung menolak usulan Jeff, membangun rumah tidaklah cepat. Apalagi Jeno harus mulai membiayai rumah tangganya sendiri.

Yoshua lebih miris, Widya tidak mau berbicara padanya selama 2 hari karena usulannya. Bahkan Yoshua harus tidur sendiri karena Widyal memilih tidur bersama si kembar.

Jeno mengamuk, ngotot ingin membeli rumah dengan uangnya sendiri. Otaknya sudah mendapat pencerahan.

Setelah berunding, akhirnya mereka
mengijinkan Jeno untuk kredit rumah.

Uang dp rumah menggunakan uang Jeno sendiri, hasil endorse dan menabungnya selama ini.

Terselip uang hasil menang balapan liar dijalanan, tapi Jeno menganggapnya halal.

Jeno sudah seperti suami idaman kan sekarang?

Nana masih berada di lantai bawah, berbicara dengan para keluarga.

Jeno sedari tadi gemas ingin mengusir mereka semua, tapi ia masih sayang nyawa.

Sebenarnya Jeno juga berjaga-jaga barangkali di masa depan ia butuh pinjaman ada dua bank berjalan yang akan siap sedia meminjaminya uang.

Jeno berjalan menuruni tangga, ia tidak melihat keberadaan orang lain selain istrinya. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dulu tadi.

Jeno bertanya, "yang lain udah pada pulang?"

"Iyaaaaa!"

Nana gelagapan menyembunyikan sesuatu dalam paper bag ketika menyadari Jeno datang.

"Dek istri, itu apa?"

Pipi Nana merona, pertama karena panggilan baru yang Jeno dan yang kedua karena ia ingat benda yang kini ia sembunyikan di balik punggungnya.

"B-bukan apa apa, eumm m-mas suami..."

Jeno dan Nana memutuskan untuk menambah nama panggilan mesra.

Khususnya saat mereka sedang berdua saja.

Nana tiba-tiba berdiri, berjalan perlahan sambil tetap menyembunyikan paper bag di punggungnya.

"Nana ke kamar mandi dulu!"

——

Jeno berjalan bolak-balik di depan pintu kamar mandi kamar mereka. Nana belum keluar sejak 20 menit lalu.

"Dek istri kok lama banget?"

Tidak ada jawaban. Jeno takut sesuatu terjadi pada Nana di dalam sana.

Jeni baru saja akan mendobrak pintu kamar mandi ketika pintu itu terbuka.

Nana keluar dari sana. Menggunakan pakaian berenda berwarna hitam. Ketat, menempel pada tubuh mungil istrinya. Tangannya sibuk memengangi tali di kedua bahunya.

Nana ternyata tidak sekurus kelihatannya. Ia cukup berisi dibeberapa bagian.

"Na...?"

Nana merona, dari wajah hingga seluruh tubuhnya. Nana malu sekali rasanya.

"Juju jangan dilihatin terus..."

Mulut Jeno masih menganga, "Na... kamu ngapain...?"

Nana menatap Jeno dengan malu-malu, "tadinya Nana mau kasih hadiah buat Juju..."

"Tapi nda bisa ngiket talinya..."

Sepersekian detik kemudian, Jeno sudah menggendong tubuh Nana di bahunya.

Puk

Jeno menepuk pantat bulat Nana, "nggak usah ditali. Langsung lepas semua aja.'

——

Tbc

Sha's space

Ehehe, work ini enanya rated atau enda?

Enda kan yaa?

Pasutri GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang