•Bab 2

15K 2K 573
                                    


Dimohon bersikap bijak karena cerita ini mengandung kata dan adegan kasar yang tidak patut ditiru.



Visualisasi Tokoh

Visualisasi Tokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


○○○

Belakang GOR yang biasanya sepi itu kini sedang ramai oleh kehadiran beberapa berandalan Bayangkari yang berkerumun disana. Mereka gak peduli kalau jam pelajaran masih berlangsung. Beberapa diantaranya bahkan menyulut rokok mereka dengan tenang.

"Siapa yang udah bikin kayak gini Mas Yan!?"

Dio membuka pembicaraan. Ian dikeroyok di jalan tadi pas niat mau bolos buat ke warung Mang Mamat. Bibir bagian kanannya sobek. Mata kanannya lebam dan ada beberapa luka lecet lain di mukanya.

"Gak tau" jawab Ian.

Dia sedikit meringis saat Ali berusaha ngobatin lukanya.

"Bangsat! Ini pasti kerjaan mereka lagi!" teriak Axcel. Dia sukanya teriak. Tapi kalau berantem sering kalahnya.

"Jangan asal nuduh, kita kan belum nyari tahu" sahut Ali.

Mereka kembali terdiam. Masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Saling menduga tentang siapa gerangan yang sudah membuat salah satu pentolan mereka babak belur. Dan tentu saja mereka tidak tahu jawabannya.

Beberapa saat kemudian Arjun dateng bareng Dikta sama dua kawannya yang lain.

"Ian? Kamu gak apa-apa?" tanya Dikta.

"Lah ini biang keladinya!" seru Dio. Dia sudah terlihat emosi. Tangan kanannya mengepal kemudian mencengkeram kerah Dikta dan mendorongnya menjauh dari kerumunan.

Dikta yang dicengkeram hanya diam. Gak melawan dan masih tanpa ekspresi seperti biasa. Berusaha mengimbangi pergerakan Dio yang mendorongnya ke belakang.

tawuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang