•Bab 20

10.7K 1.4K 312
                                    














Dimohon bersikap bijak karena cerita ini mengandung kata dan adegan kasar yang tidak patut ditiru.












Visualisasi Tokoh

Visualisasi Tokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○

Seperti biasanya, Dikta selalu jemput Ian ke sekolah. Meskipun jarak kedua sekolah mereka terbilang cukup jauh. Apalagi ditambah jaraknya ke rumah Ian. Tapi Dikta suka saja karena jadi bisa ketemu Ian setiap hari. Juga jadi bisa menghabiskan waktu lebih banyak sama Ian.

Sore ini hujan cukup deras.

Bel pulang sekolah SMK Bayangkari sudah lama berdering. Sebagian siswanya sudah pada pulang karena mereka membawa alat penangkal hujan. Jadi seragam dan buku mereka tidak basah.

Lain halnya bagi yang tidak membawa. Mereka masih bertahan di sekolah meskipun jam sudah menunjukkan waktu semakin sore.

Ian salah satu yang harus bertahan di sekolah. Dia kan dijemput Dikta. Jadi dia menunggu Dikta buat samperin ke sekolahnya.

Kawan Ian sudah pulang semua. Tadi kebetulan berandalan itu memang sedang membawa jas hujan. Ali boncengan bareng Hito. Sementara Axcel sudah duluan bolos sebelum hujan. Pasti sekarang sedang di warung Mang Mamat sama yang lain. Sama Arjun juga karena sejak pagi dia sudah membolos.

Ian nunggu Dikta di depan kantor sekolah. Duduk di bangku panjang yang ada disana sendirian saja. Suasananya jadi sepi karena mayoritas bapak ibu guru juga sudah pulang. Lalu yang masih disekolah lebih memilih menunggu hujan reda di dalam kelas. Biar gak kedinginan.

Kalau Ian cukup tahan dingin. Malahan dia suka udara selagi hujan begini. Katanya bikin tentram dan baunya jadi enak. Apalagi kalau sudah reda. Jadi mirip bau tanah basah yang bikin segar begitu.

"Yan, mau bareng? ayo lah" ajak salah satu anggota berandal bayangkari. Namanya Yudi.

"Duluan aja Yud, masih nunggu Dikta" tolak Ian seraya menggelengkan kepalanya.

"Oh, yaudah. Hati-hati Yan" ucapnya sambil tersenyum. Lalu melajukan motornya pelan menembus hujan.

Ian melirik jam tangan di pergelangan kanannya. Tadi dia sudah telepon Dikta biar gak usah jemput. Ian mau naik ojek online saja karena hari hujan. Tapi Diktanya tetap mau kesini. Katanya mau ajak Ian jalan-jalan dulu sebelum pulang.

Padahal kan bisa lain kali saja kalau gak hujan. Toh setiap hari mereka pasti jalan-jalan. Meskipun cuma sekedar mampir ke tempat makan saja.

tawuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang