𝐓rauma ; 11

2.8K 487 21
                                    

Kini Asahi tengah menyendiri di tempat yang sepi dan tak ada seorang pun disana. Menurutnya menyendiri adalah satu-satunya cara agar dirinya bisa tenang. Asahi mendudukkan tubuhnya di lantai yang sudah kumuh, Asahi menatap langit-langit bangunan yang sudah sangat jelek.

Gedung tua, salah satu tempat favorit Asahi. Ketika perasaannya sedang kacau dan sedih maka tujuannya adalah gedung tua yang sudah lama tidak berpenghuni ini, disini Asahi bisa merenungkan semuanya sepuas-puasnya, meluapkan semua kesedihannya tanpa seorang pun tahu.

"Aku ingin menyusul Ibu," gumam Asahi. Asahi sangat merindukan sang Ibu, mengingatnya saja langsung bisa membuatnya menangis.

Menurutnya Ibu adalah wanita paling hebat yang pernah Asahi temui, Ibu tidak pernah mengeluh sedikitpun disaat terpuruknya. Bahkan Ibu rela membela Asahi ketika Ayah menganiayanya.

Ibu sangat kuat, Asahi salut.

Asahi ingin seperti Ibu, tapi kenapa rasanya sangat sulit.

"Ibu, aku tidak sanggup lagi. Aku ingin ikut bersama mu," celoteh Asahi entah pada siapa.

Tiba-tiba terdengar derap kaki seseorang, derap kaki itu semakin lama semakin dekat. Sampai dimana Asahi bisa merasakan ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Hidupmu masih panjang, jangan pergi begitu cepat," ucap orang asing itu. Kemudian orang itu duduk di samping Asahi.

"Siapa kau?" tanya Asahi.

"Aku Park Jeongwoo," jawabnya. Pemuda yang bernama Jeongwoo itu tersenyum kepada Asahi.

Asahi tidak tahu siapa Jeongwoo, ini pertama kalinya dia bertemu dengan Jeongwoo.

"Kau Asahi kan?" Asahi mengangguk pelan walah sebenarnya dia sedikit bingung kenapa Jeongwoo tahu namanya.

"Senang bertemu denganmu kak," ucap Jeongwoo, sementara Asahi hanya diam karena tidak terbiasa berbicara dengan orang asing.

"Aku kesini hanya mampir kok, aku tidak akan lama," lanjut Jeongwoo lalu menyamankan posisinya.

"Kau tahu kak?" tanya Jeongwoo membuat Asahi menoleh.

"Di dunia ini masih banyak yang menyayangi mu, kau masih memilik teman yang baik. Menyerah itu tidak bagus, kau itu kuat. Aku yakin kau akan menjadi orang yang hebat suatu saat nanti," ucap Jeongwoo tiba-tiba.

"Aku tahu kau lelah tapi aku berharap kau bisa bertahan sedikit lagi, hanya sedikit. Please ya kak?" mohon Jeongwoo pada Asahi. Asahi diam membeku mendengar semua perkataan Jeongwoo.

Yang membuatnya heran adalah kenapa Jeongwoo tahu apa yang sedang Asahi alami?

Asahi belum pernah menceritakan pengalamannya kepada siapapun kecuali teman-temannya, dan juga soal tempat ini, Asahi sangat merahasiakan tempat ini dari semua orang.

"Siapa kau?" tanya Asahi tapi Jeongwoo hanya tersenyum.

"Aku Jeongwoo, kak."

"Kau harus bertahan kak, karena ada seseorang yang membutuhkan bantuan mu suatu saat nanti," lanjut Jeongwoo membuat Asahi bingung, siapa yang membutuhkan bantuannya?

Jeongwoo tiba-tiba bangun dari duduknya, Jeongwoo menatap Asahi "Kalian akan terpisah namun di pertemukan lagi karena sebuah tragedi. Tapi kau harus rela kak, ketika tragedi itu selesai mereka akan meninggalkan mu, lagi."

Setelah mengucapkan hal tersebut Jeongwoo langsung pergi. Asahi yang sedari tadi hanya diam masih berusaha mencerna maksud dari Jeongwoo. 

Lagi-lagi, Asahi mendengar suara langkah kaki. Namun kali ini langkah kakinya lebih seperti suara orang berlari dengan terburu-buru dan langkah kakinya terdengar banyak.

"Ternyata kau disini Asahi," ucap Junkyu sedikit terengah-engah. Asahi terkejut saat melihat Junkyu datang dan berhasil menemukan tempat persembunyian nya.

"Junkyu? Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Justru aku yang bertanya, sedang apa kau disini?" tanya Junkyu.

"Haruto, Jaehyuk kemarilah! aku telah menemukan Asahi!" teriak Junkyu, lalu datang Haruto dan Jaehyuk menghampiri Junkyu.

"Asahi ternyata kau di sini," ucap Jaehyuk. Tapi Asahi tidak merespon apapun, dia hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

"Kak aku mencari mu kemana-mana," ucap Haruto.

Tiba-tiba terdengar isak tangis yang membuat Junkyu, Jaehyuk dan Haruto terkejut.

"Apa kau menangis?" tanya Junkyu, tapi pertanyaan itu tidak di jawab oleh Asahi, karena Asahi enggan menjawabnya.

"Kenapa kau menangis?" Jaehyuk berjongkok di samping Asahi sambil memegang pundaknya.

"Maaf aku merepotkan kalian, aku hanya ingin sendiri. Aku tidak tahu harus bercerita pada siapa," tangis Asahi membuat ketiga temannya itu ikut merasa sedih.

"Aku hanya ingin bahagia seperti kalian bertiga, tapi kenapa begitu sulit. Apa aku tidak cocok untuk bahagia? apa aku tidak di takdir kan untuk bahagia? kenapa? kenapa takdir begitu kejam..."

Jaehyuk ikut menitikkan air matanya, ia menepuk pelan pundak Asahi supaya Asahi tenang "Asahi kami ikut sedih," ucap Jaehyuk.

Junkyu ikut berjongkok di samping Asahi lalu menatap mata sembab sahabatnya itu "Kata siapa kau tidak berhak bahagia? kau sangat berhak, Asahi. Kau bisa menceritakan semuanya kepada kami, kami selalu ada untuk mu."

Mendengar hal itu membuat tangis Asahi semakin histeris.

"Dengar Asahi, aku, Jaehyuk dan Haruto sangat peduli pada mu dan sangat sayang dengan mu. Bahkan jika terjadi sesuatu dengan kita berempat, kita bisa menghadapinya bersama-sama karena kita adalah sahabat. Jadi, mari kita lewati ini bersama-sama," lanjut Junkyu. Junkyu tersenyum lalu mengulurkan tangannya kepada Asahi.

"Ayo kak, kita jalani ini bersama-sama dan hadapi ini bersama, layak nya sahabat sejati, " kata Haruto berusaha menyemangati Asahi.

Asahi pun tersenyum, ia menerima uluran tangan Junkyu, kemudian dia bangkit dari duduk nya. Ketiga temannya yang melihat kebangkitan Asahi ikut merasa senang.

"Nah gitu dong, ini baru namanya Asahi, " kata Jaehyuk dan semuanya pun ikut tersenyum.

"Ingat Asahi apa pun yang terjadi dengan kita, kita harus kuat, kita harus melawannya, kita harus berani, dan kita harus bersama-sama," ucap Junkyu membuat Asahi semakin semangat.

"Terimakasih, semuanya."

"Jangan menangis lagi ya kak," ucap Haruto dan Asahi pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

─── 〔 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐁𝐔𝐍𝐆 〕 ───

Thanks for reading, hope you guys like this chapter.

𝐓𝐑𝐀𝐔𝐌𝐀; Hamada Asahi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang