Walau sudah beberapa hari tinggal bersama keluarga Ayahnya yang baru dan mendapatkan perlakuan yang amat berbeda dari Ayahnya dengan beberapa tahun yang lalu, Asahi tetap tidak merasakan kebahagiaan.
Asahi masih merasa kesepian walau sudah tinggal di rumah besar tersebut dan merasakan kasih sayang dari seorang Ayah dan Ibu, dan mungkin seorang Kakak? ya walau terkadang Yoshi masih terpaksa menerima kehadiran Asahi.
Terkadang Yoshi masih bersikap seperti Yoshi yang dia kenal, pemarah, pemberontak dan penyuruh. Benar-benar membuat Asahi tak tahan untuk tinggal bersamanya di rumah.
Di rumah ini Asahi merasa flat seperti hari-hari biasanya di rumah, tidak ada yang membuatnya merasa benar-benar bahagia seperti ketika dia di sekolah dan bertemu teman-temannya.
Asahi ingin kembali ke rumah lamanya, mengenang banyak momen indah dengan Ibu dan Neneknya di sana.
Dari sofa Asahi memandang keluar jendela yang basah karena hujan yang di bawa angin, Asahi berjalan mendekati jendela dan melihat lebih jelas awan-awan mendung di luar sana.
Asahi memperhatikan rumah yang sudah sepi ini, Yoshi sudah tidur, Ibunya ada di dapur dan sementara Ayahnya belum pulang dari kantor.
Bukankah ini kesempatan untuk Asahi? kesempatan untuk kabur dari rumah ini.
Tanpa berlama-lama Asahi langsung naik ke lantai 2, tempat di mana kamarnya berada. Di dalam kamarnya Asahi langsung mengemasi barang-barangnya ke dalam tas yang lumayan besar. Setelah semuanya beres Asahi langsung turun ke bawah lagi dan mengambil payung.
Asahi membuka pintu utama dan tampaklah hujan deras di selingi petir mengerikan. Sebelum pergi Asahi berdiam diri dulu sambil memperhatikan rumah besar ini.
"Terimakasih, aku tidak bisa tinggal terlalu lama di sini. Ini bukan tempat ku."
Setelah mengatakan kalimat selamat tinggal Asahi langsung pergi dan menutup kembali pintu, Asahi membuka payung nya dan pergi menerobos derasnya hujan.
Karena jarak dari rumah Yoshi ke rumahnya sangat jauh mau tak mau Asahi harus naik bus. Setelah beberapa lama menunggu bus, bus akhirnya tiba dan Asahi langsung naik.
Asahi duduk di salah satu bangku di dekat jendela, alasannya agar dia bisa melihat jalanan dan pemandangan di luar. Saat Asahi sedang memperhatikan pemandangan di luar tak sengaja dari pantulan kaca Asahi melihat ada pemuda bertopi yang sedang memperhatikannya dari bangku sebelah.
Asahi menoleh ke pemuda itu dan pemuda itu langsung menundukkan kepalanya ketika Asahi melihatnya. Asahi mengernyitkan dahinya bingung lalu kembali ke aktivitas awalnya.
Setelah hampir 30 menit perjalanan bus pun berhenti di halte berikutnya, Asahi langsung bangkit dari duduknya dan turun dari bus. Sementara pemuda bertopi yang sedari tadi terus memperhatikan Asahi tetap di dalam bus sambil memandang kepergian Asahi dari jendela.
Asahi berjalan menelusuri jalanan becek dengan payung yang melindunginya dari rintikan hujan, Asahi kebingungan saat melewati jalan yang biasanya dia lewati saat pulang, masalahnya tidak ada seorangpun yang berlalu lalang di jalan tersebut.
Ah, apa mungkin karena hujan deras semua orang jadi tidak ingin pergi keluar? bisa jadi, ayolah positif thinking Asahi.
Beberapa menit kemudian Asahi sampai di rumah nya, Asahi langsung membuka pintu dan menghirup aroma khas rumahnya yang sangat Asahi rindukan.
Asahi menutup payung dan pintunya kembali, kemudian Asahi memeriksa dirinya sendiri dan ternyata tubuhnya basah kuyup, padahal dia sudah memakai payung.
Mau tak mau Asahi harus pergi mandi dan mengganti pakaiannya, setelah itu ia pergi ke kamar dan tidur dengan nyenyak di kasur empuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐑𝐀𝐔𝐌𝐀; Hamada Asahi✓
Fiksi PenggemarKisah perjalanan hidup Asahi yang penuh luka. Manis, pahit ia rasakan semuanya. Asahi ingin menyerah tapi untungnya ia bertemu orang-orang yang selalu menyemangati nya. ✐ Versi baru. ✐ Bahasa semi-baku. ✐ Treasure 12.