Asahi POV ;
Aku berusaha berdiri walau aku merasakan sakit di sekujur tubuhku, tidak ada satupun orang yang melihat keadaan ku dan membantuku.
Aku terpaksa pulang sendiri dengan luka di sekujur tubuhku.
Tak lama kemudian aku sudah sampai di rumah, aku sudah di depan pintu, dan sudah siap melihat keheningan di hidupku.
Aku membuka pintu kemudian memasuki rumah ku yang sangat sepi, sebenarnya aku berharap semua anggota keluarga ku menyambut kedatangan ku saat aku pulang dari suatu tempat, tapi mungkin itu hanya impian ku yang tidak tercapai.
Aku pun menuju kamar ku saat sampai di kamar, aku merebahkan tubuh ku yang sakit di kasur dan mulai menuju alam mimpi.
Pukul 06.12 Aku terbangun karena teriknya matahari yang menembus gorden ku, aku pun terbangun dan setelah itu langsung menuju kamar mandi.
Setelah membersihkan diri, aku memakai seragam ku dan menuju dapur. Sesampainya di dapur aku mencari makanan di lemari es namun hasilnya nihil, tidak ada satupun makanan.
Aku memeriksa rak dan hanya tersisa mie instan, karena tak ada lagi bahan makanan aku pun memasak mie itu.
Aku mulai mengambil panci, memasukkan air kedalam panci tersebut lalu merebusnya untuk beberapa menit. Beberapa menit kemudian, aku menuangkan mie kedalam air yang sudah mendidih.
Singkat cerita mie yang ku masak sudah matang, aku menuangkan mie itu ke atas piring yang sudah di beri bumbu. Setelah itu aku membawa mie itu ke meja makan dan memakannya dengan lahap.
Lagi-lagi saat makan seperti ini aku teringat dengan keluarga ku.
Aku hanya ingin makan bersama dengan keluarga ku di meja makan, mendengar obrolan mereka, melihat tawa mereka, dan melihat kebahagiaan mereka. Tapi semua itu musnah dalam sekejap dan hilang begitu saja tanpa jejak.
Tetes demi tetes air mata ku mulai mengalir, dan membasahi wajah ku. Aku sedih mengingat keluarga ku, mengingat keluarga rasanya seperti membuka luka yang begitu sakit.
Tapi kemudian aku menghapus air mataku.
"Aku harus kuat, aku harus bertahan," ucap ku untu menyemangati diriku sendiri.
Aku melirik ke arah jam dinding dan jam tersebut menunjukkan pukul 07.40, aku terkejut dan langsung bergegas mengambil tas ku dan berlari keluar rumah, tanpa peduli pada makanan ku yang belum habis.
Aku sudah sampai di gerbang sekolah, gerbang yang mempertemukan ku dengan teman-teman ku. Teman-teman? tampaknya aku sudah lupa kalau aku hanya memiliki satu teman.
"Kak Asahi!" panggil Haruto sambil menepuk bahu ku, aku sedikit terkejut dan menoleh padanya.
"Ada apa, Haruto?" tanya ku. Melihat ekspresi terkejut Haruto tampaknya dia sadar dengan memar di wajahku.
"Kak ada apa dengan wajah mu? apa kau bertarung? apa itu sakit? mau aku obati?" tanya Haruto bertubi-tubi pada ku. Haruto memang teman ku yang paling baik, jika aku terluka pasti ia selalu mengobati ku.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja."
Haruto menghela nafas kasar, "itulah sifat mu kak, jika tidak di obati nanti akan semakin parah," ujar Haruto namun aku tidak peduli.
Tiba-tiba Haruto menarik tangan ku, aku terkejut dan bingung ingin dibawa kemana dan ternyata ia menarik ku ke kelas.
Sampai di kelas Haruto mengobati bekas luka ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐑𝐀𝐔𝐌𝐀; Hamada Asahi✓
Fiksi PenggemarKisah perjalanan hidup Asahi yang penuh luka. Manis, pahit ia rasakan semuanya. Asahi ingin menyerah tapi untungnya ia bertemu orang-orang yang selalu menyemangati nya. ✐ Versi baru. ✐ Bahasa semi-baku. ✐ Treasure 12.