37 \ Moza dan Zeline

23 3 1
                                    

Lima hari Aldo tidak mendapatkan kabar apapun dari Lauren, lima hari itu juga Zeline semakin dekat dengannya, bukan Aldo yang dekat dengan Zeline tapi Zeline yang dekat dengan Aldo

"Aldo, aku ada bekal nih buat kamu, spesial lohh," kata Zeline senang, Aldo melirik Zeline sebentar lalu melanjutkan kembali tugasnya.

Zeline memegang bahu Aldo, "Aku ke kelas duluan yaa?" kata Zeline yang tidak digubris oleh Aldo, Zeline kesal melihat Aldo yang setiap hari selalu mengabaikannya

Zeline menarik nafas dalam-dalam,"Lo pikirin apa lagi? Lauren lagi? Dia itu baik baik aja, mungkin dia caper makanya ilang supaya lo bisa cariin dia, khawatir sama dia," Zeline memutar bola mata malas

Aldo menggebrak meja membuat Zeline sedikit ketakutan, "Mending lo ke kelas," suruh Aldo, Zeline berdecak kemudian pergi. Aldo menggeleng-geleng tidak paham dengan sikap Zeline yang sedikit berubah.

***

"Renn lo kemana sih?" gumam Moza khawatir terhadap sahabat satu-satunya itu, lamunan Moza teralihkan melihat Zeline duduk di dekatnya dengan kasar

"Lo kenapa sih?" tanya Moza bingung

"Gue tuh bingung yaa sama Aldo, tiap hari gue yang perhatiin, siapin bekal, ajak ke kantin, pokoknya gue perhatian sama dia, tapi apa? Dia tetep gak peduli sama sekali sama
gue," cerocos Zeline kesal

Moza menatap Zeline, "Zel, lo gak ada niatan kan buat suka sama Aldo?" tanya Moza. Pertanyaan Moza membuat Zeline menatap balik Moza,

"Apa masih gak jelas Za? Buat apa gue perhatian kalau gue gak ada rasa-rasa apa ke dia?" balas Zeline.

Mata Moza membualat sempurna, "Zeline? Lo serius suka sama dia? Lo gak ingat sama Lauren? Lo gak ingat kalau Lauren juga suka sama Aldo?" tanya Moza bertuntun, Moza tidak tahu apa yang salah dari Zeline

Zeline mendorong meja kemudian berdiri menatap Moza, "Lauren, Lauren, Lauren, kenapa harus Lauren terus sih? Lo gak pernah pikir perasaan gue? Lo itu sahabat gue atau bukan sih Za?" tanya balik Zeline

"Lo selalu mentingin Lauren yang udah lima hari menghilang gak jelas, bahkan Aldo selalu sebut nama Lauren yang jelas jelas gue ada di depan dia,"

Moza tanpa sadar mendorong bahu Zeline, "Lo sadar lo ngomong apa?"

"Kenapa?" tanya Zeline menantang

Zeline maju satu langkah, kelas yang sepi mulai ramai karena perdebatan mereka, "Kalau gue suka Aldo kenapa? Kalau gue bilang mau rebut Aldo dari Lauren kenapa? Lauren juga ilang gak jelas kan? Mungkin dia udah mati," kata Zeline dengan nada remeh

"ZELINE!" bentak Moza

Moza mendorong bahu Zeline, "Lo ngotak gak sih kalau ngomong?"

"Gue-,"

Moza mendorong bahu Zeline lagi sehingga Zeline mundur satu langkah, "Atau lo gak punya otak? Ohh atau lo punya otak tapi gak digunain?

Moza terus mendorong Zeline kebelakang hingga ketembok, Moza memojokkan Zeline,"Anjing aja berpikir sebelum menggonggong," Moza mundur menatap wajah Zeline marah bercampur ketakutan

"Cih," decih Moza

Zeline berniat menampar Moza tapi ditepis oleh Moza kemudian menampar balik Zeline

PLAK!

Semua orang membelalakkan mata, bagaimana tidak, mereka bertiga dikenal sangat dekat, Lauren, Moza dan Zeline tapi kini semua beda, Lauren yang hilang entah kemana dan Moza Zeline sedang bertengkar

"Mulai hari ini lo gak usah deket-deket sama gue dan Lauren lagi," kata Moza mengakhiri perdebatannya dengan Zeline, Moza mengambil tasnya kemudian duduk di tempat paling jauh dengan bangku Zeline

Moza mengatur amarahnya, "Dasar teman makan teman,"

***

"Aileen, lo sekarang punya dua saingan Zeline dan Lauren," kata teman Aileen, Aileen hanya diam menikmati makanannya

"Atau lo mau kita labrak dua-duanya?" tawar temannya

Aileen hanya tertawa, "Gue gak sejahat itu kali Feli ku sayang, gue tahu Aldo itu cuman suka sama Lauren, gue sadar semenjak Lauren gak ada kabar,"

Aileen menopang dagu dan Feli masih mendengarkan, "Lo tahu kan gue suka banget sama Aldo, waktu Aldo nolongin anak kecil yang kehabisan uang, Aldo yang bayarin buku gambarnya, gue jadi pikir masih ada yaa manusia yang sebaik dia,"

Aileen menatap Feli teman masa kecilnya, "Tapi gue sadar diri, segala sesuatu yang memaksakan atau dipaksakan itu tidak baik, jadi gue sedang berusaha lepasin Aldo untuk Lauren, karena gue tahu cinta gue, Lauren ke Aldo itu sama,"

Feli menatap haru Aileen kemudian memeluk Aileen sangat erat, "Gue bangga sama lo,"

Aileen tersenyum, "Iyya dong harus," kata Aileen penuh percaya diri

"Lo mau gak gue kenalin sama teman cowok gue?" kata Feli tersenyum

Aileen berpikir,

"Hmm, gak dulu deh gue takut kalau kejadian ini terulang,"

***

"Dasar gak tahu diri, dia pikir dia hebat apa? Bener yaa kata orang jangan nilai dari covernya doang, mukanya aja lugu," omel Moza

"Hebat gitu nikung temen? Dasar pengkhianat,"

"Pengkhianat gak tahu malu," umpat Moza

Moza sedang berada di perpustakaan, bukan untuk membaca melainkan tidak mood untuk bertemu seseorang.

"Zeline tuh gak salah, yang salah itu perasaannya," celutuk Anggara, Moza berbalik menatap Anggara jengkel

"Kalau udah cinta susah," tambah Anggara

"Tapi punya temen jangan di embat juga kali, cihh bahkan gue gak sudi manggil dia temen," balas Moza

Anggara hanya tersenyum, "Lo kalau di posisi dia?"

"Yaaa mana mungkin lah gue suka sama Aldo, apalagi Lauren suka Aldo," jelas Moza

Anggara duduk di samping Moza memandang lurus ke depan, "Cinta itu kadang datang terlambat Za, kadang datang di waktu yang salah," Moza diam tidak tahu arah pembicaraan Anggara.

Anggara menatap Moza, "Sama gue ke lo, mungkin lo udah gak ada perasaan lagi ke gue," lanjut Anggara, refleks Moza berbalik arah ke Anggara.

***

V o t e c o m m e n t

Karena vote and comment kalian adalah semangatku buat lanjut lagi huhu:)

Lop uu❤

Love in Realita (REVISI SETELAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang