L I M A

2.2K 338 39
                                    

Jeselin terkekeh melihat Jeffrey yang sedang bermain trampolin. Ia meletakkan barang-barang belanjaannya di samping dirinya. Dari sini Jeffrey sangat tidak terlihat seperti bapak anak satu, ya semua itu dikarenakan wajahnya yang terlihat muda setiap saat. Mungkin sebagian orang yang melihat kedekatan mereka mengira bahwa Jaffan adalah adik Jeffrey, padahal faktanya bukan.

Jeselin menatap ke sekitar, Jeselin tersentak ketika melihat mesin capit boneka. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat penukaran koin. Tak lupa ia juga membawa barang belanjaannya untuk dititipkan di sana. Ia menukarkan beberapa nominal uang untuk dicairkan dalam bentuk koin yang nantinya akan ia pakai untuk bermain.

Jeselin berjalan riang menuju mesin capit boneka. Terlihat bermacam-macam boneka tertata di dalam mesin. Ia mulai memasukkan satu koin ke dalam lubang yang terdapat di mesin itu.

Percobaan pertama gagal. Namun, hal itu tak membuat Jeselin menyerah.

Tapi, lama kelamaan sepertinya Jeselin mulai kesal ketika ia belum juga berhasil mendapatkan salah satu boneka di mesin itu. Jeselin terus berusaha mencoba mendapatkan boneka yang ia inginkan atau setidaknya salah satu boneka di mesin itu.

Tak

Jeselin tersentak ketika sebuah tangan memegang pundaknya, ia mengalihkan pandangannya dan langsung terkejut melihat orang di masa lalunya berada di hadapannya saat ini.

"Mau dibantu?" tawarnya.

Bukannya menjawab, Jeselin malah bertanya. "Loh, Lix, lu ngapain di sini?" tanya Jeselin.

"Biasalah, ngajakin keponakan main," jawabnya.

Felix mengambil koin yang ada di tangan Jeselin, kemudian memasukkan koin itu. Mesin mulai mengeluarkan suara dan Felix mengambil alih mesin capit itu, ia menggerakkan tuasnya secara perlahan.

Tap

Satu boneka keluar dari mesin itu. Jeselin membulatkan matanya tak percaya atas apa yang Felix lakukan. Mengapa pria itu dengan mudahnya mendapatkan boneka yang sedari tadi diincarnya?

"B-bagaimana bisa?" tanyanya yang masih tak percaya.

"Udah biasa main mah gue," balas Felix dengan senyum.

"Nih," ucap Felix sembari menyodorkan boneka beruang itu. Melihat boneka itu membuat Felix mengenang masa lalu mereka. Setiap kali kencan pasti Felix akan memberikan boneka beruang. Bahkan, Jeselin sering mengomel karena di rumahnya bertumpukan boneka beruang yang Felix berikan. Wanita itu terlalu segan menolak pemberian Felix, makanya sampai menumpuk.

"Makasih ya, Lix," ucap Jeselin dengan senyuman yang tak luntur.

"Iya, kayak sama siapa aja," jawab Felix.

Mereka memutuskan duduk di bangku yang berada tepat di depan mesin capit. Sedari tadi Jeselin tak henti-hentinya mengusap boneka beruang itu.

"Oh ya, ke sini sama siapa?" tanya Felix sambil mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah Jeselin.

Jeselin juga mengalihkan pandangannya dan melihat ke Felix. "Sama suami gue," jawab Jeselin.

"Oh," gumam Felix dengan kepala yang diangguk-anggukkan. Bahkan ia lupa jika Jeselin sudah memiliki suami. Ia baru ingat sekarang, dulu ketika Jeselin menikah dirinya tak dapat hadir. Ya salah satunya karena masalah hati.

"Oh, aku sampai lupa. Lu belum tahu suami gue, kan?" ucap Jeselin sembari menepuk jidatnya.

Felix mengangguk mengiyakan ucapan Jeselin. Walaupun hal itu tak semuanya benar. Bagaimana ia tak tahu suami dari mantannya ini, nama mereka berdua bahkan trending pada saat itu. "Hmmm, maaf nih, dulu enggak bisa hadir di pernikahan lu," ucap Felix.

Keluarga Bapak Jeffrey [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang