D U A B E L A S

1.6K 267 33
                                    

Setelah beberapa menit lamanya anak itu menunggu, akhirnya tersangka yang ditunggu pun masuk tanpa rasa bersalah dengan pakaian yang sedikit berantakan.

"Kenapa Ayah lama sekali?! Di sini panas tahu!" omel Jaffan.

Jeffrey yang dilayangkan pertanyaan hanya membalasnya dengan senyum tidak jelas. Pria itu mengabaikan Jaffan dan pertanyaannya kemudian menyuruh sang sopir untuk menjalankan mobil.

"Ayah," panggil Jaffan.

Sang ayah yang dipanggil menolehkan pandangannya. "Kenapa, Jaffan?" tanyanya.

"Ayah habis digigit lebah ya?" tanya Jaffan yang heran melihat bibir ayahnya yang bengkak dan sedikit berwarna merah. Ia mendengar bahwa kalau lebah menggigit nanti akan bengkak, ia mendengarnya di televisi.

"Enggak, kenapa kamu bilang begitu?" tanya Jeffrey balik. Ia masih belum paham apa yang dikatakan Jaffan karena di dalam otaknya sekarang hanya berisi kegiatan yang barusan terjadi.

"Bibir Ayah bengkak, nanti kita periksa ke dokter ya? Kalau kenapa-kenapa gimana?" ucap anak itu penuh kekhawatiran.

Sekarang Jeffrey paham apa yang dimaksud anaknya. Lagi-lagi bukannya menjawab anaknya, dirinya malah mengambil ponsel dan melihat seberapa bengkak bibirnya saat ini.

Jeffrey melihat bibirnya yang bengkak dan berwarna sedikit merah, mungkin itu akibat liptint yang digunakan Jeselin. Dirinya mengambil tisu dan menghapusnya, tak lupa ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dengan sisir kecil yang dia bawa setiap hari.

Sepanjang jalan menuju kantor diisi dengan omelan Jaffan yang menyuruh ayahnya lebih berhati-hati agar tak tergigit lebah kalau menurutnya. Sedangkan, Jeffrey sama sekali tidak mengindahkan omelan anaknya, dia masih setia dengan ingatan tadi dan tersenyum-senyum sendiri.

Pak sopir? Bulu kuduknya rasanya naik semua ketika melihat sang majikan yang berada di tahap mabuk asmara. Pria tua itu bahkan merasakan telinganya terasa berdengung karena omelan tuan mudanya, tetapi bisa-bisanya tuan besarnya sangat tenang dengan pikirannya sendiri dan sama sekali tak terganggu dengan omelan dari anaknya.

─── ⋆ ───

Sesampainya di kantor milik Jeffrey, Jaffan keluar dari dalam mobil dan berlari masuk ke dalam gedung kantor itu.

"Jaffan jangan lari-lari nanti kalau kamu jatuh pasti ayah yang disalahkan sama bunda," perintah Jeffrey.

Jaffan yang sudah terlanjur berlari dan membuat jaraknya dan Jeffrey jadi berjauhan sama sekali tak bisa mendengar perintah yang Jeffrey lontarkan.

Jaffan terus saja berlari ke sana kemari. Jeffrey yang takut anaknya jatuh lantas ikut berlari untuk mengejar anak itu, sedangkan Jaffan mengira bahwa ayahnya mengejarnya karena ingin bermain lari-larian dengannya. Ia pun semakin mempercepat larinya dan berlari tidak berarah.

"Jaffan berhenti!" teriak Jeffrey pada Jaffan.

Semua karyawan melihat ke arah Jeffrey yang asyik mengejar anaknya ke sana kemari. Beberapa karyawan ada yang kasihan dengan Jeffrey dan beberapa lagi ada yang tertawa kecil karena melihat tingkah lucu ayah dan anak itu.

Bugh

Nahaslah Jeffrey ketika melihat anaknya terjatuh setelah menabrak seorang wanita yang sedang berdiri di depan pintu lift. Jeffrey hanya bisa berdoa Jaffan tidak mengadu pada Jeselin bahwa dirinya jatuh. Baru juga tadi pagi bermesraan, masa ada aja asapnya, batinnya.

Maksud dari asap yang Jeffrey ucapkan adalah umpan yang akan membuat istrinya itu mengomel dan tidak bersikap manis lagi dengannya.

"Hey, jangan berlari-lari di sini! Ini kantor bukan taman bermain yang bisa kau buat tempat bermain!" bentak wanita.

Keluarga Bapak Jeffrey [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang