Nggak tau sih pada nyadar apa enggak ini cerita jadi agak slow update, hehehe
Maaf ya lagi berisik otaknya jadi nggak mood update.
Semoga segera normal lagi 'cause I personally really enjoy writing this story ❤️*****
Ternyata Mark kaburnya belum jauh, sepuluh menit naik Alberto bertiga sama Jaemin dan ayahnya, mereka udah sampai lagi di kastil tengah hutan. Seperti biasa rumah sepi, tapi mobil mahal dua-duanya ada di halaman ㅡberarti Papa Mama Moon kayaknya ada di rumah. Kecuali mereka keluar rumah jalan kaki sambil uji nyali dikejar rusa.
"Bau-baunya Mark bakal dimarahin, kita langsung pulang aja yuk," ajak Jaemin ke ayahnya waktu mereka baru sampai di depan rumah.
"Dimarahin atau nggak, ini udah sore. Mark, kita nggak mampir ya. Om masih banyak urusan lain," kata Om Jaesu.
"Ya emang nggak ada yang pengen Om mampir sih, kalo Jaemin boleh lah," jawab Mark nggak tau diri.
"Nggak ah. Takut ada prahara rumah tangga," Jaemin bergidik.
"Hng ya udah deh. Makasih ya~" ucap Mark sambil melambai.
"Sama-sama, jangan kabur lagi loh," kata Om Jaesu sebelum tancap gas Alberto.
Mark cuma cengengesan. Dia berdiri di tempat sampai dua penyelamatnya menghilang di jalan setapak hutan. Tanpa dinasehati Om Jaesu pun Mark nggak ada niat kabur lagi. Ternyata dunia luar itu serem, banyak anak yang lebih nakal daripada dia. Contohnya si Luna tuh, masih kelas lima tapi ganas banget sampe anak SMA aja kalah.
Tapi Mark jadi sadar ㅡkalau nggak kabur, mungkin nggak ya ketemu Luna lagi?
Blak
"Mark?"
Lagi asyik ngelamunin cewek, pintu rumah tiba-tiba dibuka dari dalam. Mark ketemu lagi sama kembarannya versi full size alias Papa Moon.
"Papa, hehehehe," Mark cengengesan.
Papa Moon lega sekaligus cemas, langsung dia teliti anaknya ada luka atau nggak. Keliatannya sih baik-baik aja, bawa ransel sama gitar setengah milyarnya yang jadi sumber masalah.
"Kamu dari mana??" selidik Papa.
"Dari kabur hehe," jawab Mark takut-takut. "Mark takut gitar baru dijual Mama. Jadi kabur deh. Tapi tadi ketemu Om Jaesu terus diajak pulang."
"Ish ada-ada aja! Tapi kamu nggak apa-apa?" tanya Papa lagi.
"Nggak, Pa. Cuma dipalak anak gede tadi jadi jajanan, petasan, sama uangnya Mark habis semua. Untung gitar nggak diminta juga," Mark meluk gitarnya.
"Untung kamu nggak apa-apa," Papa Moon menghela napas lega sambil mengusap kepala miniaturnya.
"Um- m-mama mana?" tanya Mark akhirnya. Sebenernya takut dimarahin, tapi aneh kenapa ibunya nggak muncul terus heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moons (Psycho But It's Okay | AU)
Historia Corta"Aku cuma mau satu anak laki-laki. Kalau telanjur ada anak lagi, anak itu aku bunuh nanti." #PsychoButItsOkay 10-20 years later alternative universe ©pinkishdelight