YOOOOO YOU GUYS ROCK!!
THANKS 4 THE 100K READS
I WON'T MAKE YOU REGRET FOUND THIS STORY!but
if you want some more well written stories,
go check other books of mine
only on >> pinkishdelight*****
Papa Moon baru aja rebahan di kamar, capek habis nganterin Mark beli gitar. Iseng dia cek handphone, mau liat siapa tau anaknya udah pamer lagi di Instagram. Waktu dibuka aplikasi Instagram, bener sih ada update gitar semangka ㅡtapi yang update bukan username Mark. Senyum kemenangan Papa Moon luntur seketika.
Makin luntur waktu liat Jaesu, temennya Papa, komentar kalau harga gitar itu cuma lima ratus ribu. Daripada penasaran, langsung aja Papa Moon konfirmasi ke temennya. Bukan soal uang yang cuma setengah milyar, tapi penipuan sekecil apa pun tetap tindakan kriminal.
"Hadeeeeeh," keluh Papa Moon seperti biasa.Bukannya dapet pencerahan, yang ada malah tambah penasaran. Kayaknya Jaesu nggak bercanda nih tentang harga gitar. Jadi beneran dong ditipu? Atau cuma salah liat harga? Jauh banget lima ratus ribu jadi lima ratus juta.
Akhirnya Papa Moon nggak bisa rebahan dengan tenang. Dia bangun, cari struk pembelian gitar. Begitu ketemu langsung dihubungi nomor telepon yang tertera di sana. Lumayan kalo beneran salah liat harga, bisa cashback buat jajan mie deket pasar.
"HADEEEEEEHHHH..."BRAKKKK
Itu barusan suara Mama Moon menerjang pintu.
"Mark mana?!" tanya dia waktu udah di dalam kamar."Di kamarnya lah," jawab suaminya santai.
"Nggak ada," ujar mama.
"Ada, nggak ada juga ke mana?"
"Nggak ada, Moon Kangtae," mama berdiri di depan suaminya.
"Masa sih? Udah kamu liat emang ke kamarnya?" masih aja papa kalem seperti biasa.
"Udah, di kamar mandi, di kolong, di atas lemari, di mana-mana nggak ada."
"Yakali ah di atas lemari," ujar papa, tertawa kecil sambil beranjak dari kasur. "Yuk cari lagi. Paling dia ngumpet gara-gara takut gitarnya kamu jual."
Mama nurut aja diseret suaminya ke kamar anak mereka, tapi dalam hati mulai gelisah. Selain takut kehilangan Papa Moon, ketakutan ke-dua nya adalah kehilangan Mark.
"Maaaark," panggil Papa sambil masuk kamar Mark.
Hening.
"Mark, keluar dong, dicariin Mama nih," seru papa lagi.
"Mark? Keluar sekarang kalo kamu ada di sini. M-mama nggak jadi jual gitar kamu," ucap mama. "Janji."
Tetap nggak ada jawaban. Suami istri itu bertukar tatap, terus sepakat cari anak mereka ke seluruh sudut kamar. Hasilnya sama, Mark nggak ada. Mama makin cemas deh, merasa bersalah. Jangan-jangan Mark kabur saking takutnya gitar baru dia beneran dijual?
"Nggak ada," ujar Papa Moon setelah yakin anaknya nggak ada.
"Aku bilang juga nggak ada," timpal mama. "Kalian pulang udah lama? Yakin Mark masuk kamar?"
"Sekitar setengah jam. Tadi Mark beneran masuk kamar, katanya mau bikin lagu buat adik bayi," jawab papa sejujurnya.
Tangan Mama Moon bergerak mengelus perutnya. Rasanya agak gimana denger Mark mau bikin lagu buat anak di kandungannya. Mama kira itu cuma alasan bocah aja biar dibeliin gitar.
"Ayo cari lagi. Siapa tau dia main di perpustakaan, atau dapur, atau lagi gangguin rusa di halaman belakang," ujar Mama panik. "Cari cepetan!"
Mereka berdua langsung kalang kabut cari Mark ke semua ruangan di rumah angker itu. Mulai dari basement sampai loteng. Mark anaknya jarang menjelajah rumah, biasanya main di tempat yang wajar-wajar aja soalnya takut ketemu hantu kakek neneknya yang udah pada meninggal.
Ternyata dicari ke seluruh penjuru rumah juga nggak ketemu. Sekarang papa Moon yang tenang bahkan mulai panik. Apalagi liat istrinya mulai sesenggukan. Ah, kacau ini.
"Telepon coba," suruh Mama.
"Udah dari tadi, tapi ini handphone dia ada di meja dapur," kata Papa sambil mengangkat handphone Mark dari sakunya.
"Dapur?" gumam Mama.
"Heh- mau ke mana?!"
Tanpa bilang apa-apa Mama lari ke dapur. Dia langsung buka kulkas dan lemari dapur. Habis liat isinya, dia langsung duduk merosot ke lantai.
"Nggak ada," Mama bergumam parau. "Jus semangka, botol minum, snack favorit Mark, sama kotak bekalnya nggak ada."
Handphone ketinggalan di dapur, makanan favorit Mark menghilang... apa jangan-jangan beberapa baju di lemari anak itu juga ada yang hilang? Begitu liat space kosong di kulkas dan lemari yang dimaksud istrinya, Papa Moon langsung bisa menarik kesimpulan;
Mark kabur dari rumah.
*****
Sementara itu, di sudut suatu halte bus Mark memeluk gitar barunya erat-erat. Baru genap satu jam kabur, Mark udah ketakutan di alam bebas. Tadinya dia bawa ransel berisi perbekalan, tapi tadi dipalak anak-anak SMA di dekat terminal. Cuma gitar ini yang selamat. Dan Mark lapar. Gitarnya nggak bisa dimakan walaupun mirip banget semangka.
Tadinya Mark sendirian, tapi kemudian ada perempuan paruh baya yang baru datang di halte bus itu. Suara hak sepatunya kedengaran nyaring karena tempat ini sepi. Mark mendongak, ibu-ibu yang baru datang tersenyum ramah.
"Kamu sendirian di sini?" tanya ibu itu.
"Iya," angguk Mark sambil senyum canggung.
Di luar dugaan, ibu itu nggak tanya apa-apa lagi. Diam-diam Mark memperhatikan orang ini. Bajunya bagus, usianya mungkin hampir sama kayak neneknya Haechan. Tapi satu hal yang bikin Mark bingung, aroma ibu ini mirip banget sama seseorang. Mama Moon.
Siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moons (Psycho But It's Okay | AU)
Cerita Pendek"Aku cuma mau satu anak laki-laki. Kalau telanjur ada anak lagi, anak itu aku bunuh nanti." #PsychoButItsOkay 10-20 years later alternative universe ©pinkishdelight