7. Another Man

5K 515 50
                                    

Tolong dibaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong dibaca!

Update seminggu sekali, kalaupun authornya update lebih cepat berarti moodnya lagi bagus.

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate.

Segalanya berubah dalam sekejap mata, seperti angin sepoi-sepoi yang tiba-tiba berubah menjadi badai topan yang menghancurkan segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segalanya berubah dalam sekejap mata, seperti angin sepoi-sepoi yang tiba-tiba berubah menjadi badai topan yang menghancurkan segalanya. Maka, jangan mudah terperdaya dengan apa yang tampak di depan matamu.

Chapter 7

Another Man


"Kau berjalan sangat lambat," gerutu Chiaki, mereka memasuki sebuah hotel berbintang lima.

Crystal mendengus, ia telah berjalan dengan langkah lebar untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Chiaki, tetapi faktanya ia tetap tertinggal di belakang pria itu.

Chiaki menekan tombol lift. "Dasar, Siput." Ia itu mengejek Crystal dengan memanggilnya Siput saat Crystal telah berdiri di sampingnya.

Crystal membeliak, menatap Chiaki dengan sorot mata jengkel.

Sama sekali tidak lucu!

"Kenapa? Ingin memakiku?" Chiaki menaikkan sebelah alisnya.

Crystal hanya memutar bola matanya enggan menanggapi ucapan Chiaki, ia tidak ingin membuang-buang tenaga dan emosinya untuk berdebat dengan pria berambut gondrong itu. Bahkan di dalam lift hingga lift berhenti di lantai paling atas mereka tidak terlibat pembicaraan, keduanya saling diam seolah-olah tidak saling mengenal.

Chiaki berjalan keluar dai lift sambil setengah bersiul, tangan kirinya sesekali menyugar rambutnya yang panjang sementara tangan kanannya memegang violin case diikuti Crystal yang terus menatap punggung pria yang sedikit tidak masuk akal, pria yang berubah-ubah sifatnya.

Terkadang dingin, kaku, dan menjengkelkan. Tetapi, terkadang ia tidak bersikap dingin, tidak kaku, dan agak menyenangkan.

Pria itu berhenti di sebuah pintu yang berada di paling ujung lorong, ia membuka pintu kamar hotel menggunakan sidik jarinya. "Masuklah," katanya dengan nada datar.

The Tycoon's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang