Tolong dibaca!
Update seminggu sekali, kalaupun authornya update lebih cepat berarti moodnya lagi bagus.
Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate.
It's easy to look at people and make quick judgments about them, their present and their pasts, but you'd be amazed at the pain and tears a single smile hides.
Chapter 8
Let's Play the Game
Chiaki mengeringkan rambut Crystal menggunakan handuk di tangannya, menurut Crystal itu adalah pemandangan yang tidak lazim hingga membuatnya terheran-heran. Tetapi, Crystal diam tidak berkomentar, ia memilih untuk menikmati kebaikan Chiaki."Aku tidak menyukai warna rambutmu, Donna akan mengembalikannya ke warna semula setelah kau kembali ke rumah," ujar Chiaki datar.
Terserah saja, apa pun warna rambutnya, Crytsal merasa jika ia bukan pemilik raganya lagi. Ia telah menjual jiwa dan raganya kepada iblis kaku yang sifatnya berubah-ubah membuatnya hanya bisa mengangguk pasrah.
"Buka handukmu," ujar Chiaki setelah ia rasa cukup mengeringkan rambut Crystal.
Crystal yang duduk di kursi perlahan bangkit, ia melepas handuk yang melingkar di tubuhnya.
Chiaki menatap tubuh polos Crystal dari atas hingga ke bawah dengan tatapan seolah sedang menilai tubuh gadis di depannya lalu berucap, "Naiklah ke atas tempat tidur."
Menuruti perintah Chiaki, Crystal naik ke atas tempat tidur lalu berbaring di sana menunggu perintah selanjutnya dari pria aneh itu.
Chiaki melepaskan handuk yang melilit rendah di pinggangnya dan meletakkan begitu saja di atas kursi lalu mendekati tempat tidur. "Pejamkan matamu."
Jantung Crystal berpacu dua kali lebih cepat, mungkinkah pria itu akan menyiksanya di atas ranjang? Mengikat tangannya, mengikat kakinya, mencambuknya, lalu menyetubuhinya dengan kasar. Membayangkan itu Crystal merasa bergidik, ia memejamkan matanya sambil memanjatkan doa memohon perlindungan kepada Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tycoon's Scandal
Romance⚠️⚠️⚠️ Cerita dewasa! Bukan bacaan anak kecil, sesuaikan usia kalian membaca ini! "Crys...." Crystal kembali menginterupsi ucapan Chiaki, ia menempatkan jadi telunjuknya di depan bibirnya dengan posisi vertikal. "Kau harus menurut, oke?" Apa-apaan...