25-Bahagia Kita

2.8K 188 18
                                    

Cuma mau ngingetin :

■ Follow aku saya terlebih dulu
■ Vote setiap partnya
■ Komen sebanyak-banyak supaya saya makin semangat up ceritanya

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tepat seminggu setelah lulus kuliah, Karina diminta untuk bekerja di sebuah rumah sakit khusus anak sebagai psikolog disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat seminggu setelah lulus kuliah, Karina diminta untuk bekerja di sebuah rumah sakit khusus anak sebagai psikolog disana. Dan tanpa pikir panjang, Karina langsung menerima tawaran yang tidak akan datang dua kali itu.

Saat tahu kalau Karina telah diterima bekerja di rumah sakit, awalnya Raffa tidak setuju. Ia ingin Karina tetap di rumah saja tanpa harus bekerja. Namun gadis yang dicintainya itu malah menceramahinya panjang lebar.

"Kok kamu gak setuju sih ? Kamu harusnya dukung keputusanku dong. Bla.. bla.. bla..".

Kalau bukan karena ada telfon penting yang Raffa terima saat itu, mungkin Karina akan terus melanjutkan ceramahnya hingga hari berganti malam.

.

Karina keluar dari rumah sakit sambil merenggangkan kedua tangannya. Raut wajahnya berubah begitu melihat seseorang yang telah menghianatinya berdiri tepat dihadapannya.

"Ngapain lo disini ?". Tanya Karina sinis.

"Yaelah, Rin. Lo masih marah sama gue ?".

Karina mendengus sebal dan berjalan melewati sahabat baiknya yang telah menghianatinya.

Hari ini tepat seminggu setelah Karina dan Raffa mengetahui tentang fakta mengejutkan yang dibeberkan oleh Maya dan Astrid.

Setelah mengetahui kalau Dyva-lah yang mengusulkan rencana untuk menjodohkannya dengan Raffa, Karina langsung mengomeli sahabatnya itu tanpa henti.

Ia kira Dyva ada di pihaknya, rupanya sahabatnya itu malah bekerja sama dengan ibu dan ibu mertuanya untuk menjebaknya.

"Gue kan udah minta maaf, nyil. Mau sampek kapan lo marah sama gue ?". Dyva mengejar Karina yang berjalan menuju parkiran sambil berusaha menjajarkan langkahnya.

"Dari pada marah-marah, lo harusnya berterima kasih sama gue. Berkat gue, lo akhirnya menemukan tambatan hati lo kan ?". Tambah Dyva.

Karina tak menjawab. Ia malah mempercepat langkah kakinya.

Meski sudah sering berkelahi dan berbeda pendapat, baru kali ini Dyva melihat Karina marah dan kecewa padanya. Karena tak ingin hubungan persahabatan mereka yang telah terjalin puluhan tahun kandas, ia pun berusaha untuk membuat Karina memaafkannya.

Marriage Contract🍂[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang